TIMES MALANG, MALANG – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Malang merilis hasil penghitungan dan pengamatan hilal awal Ramadan 1445 Hijriyah.
Dari hasil penghitungan yang dilakukan, BMKG Malang mendapatkan perkiraan ketinggian hilal berkisar 0.627 derajat dengan umur bulan 1.7522 jam.
"Hasil hisab (penghitungan) kami, didapati hilal terlihat pada 0.627 derajat, dan umur bulan 1.7522 jam. Tetapi, perkiraaan ini masih harus dilihat dengan metode rukyatul hilal melalui alat teropong nanti," terang Kepala BMKG Stasiun Geofisika Karangkates, Kabupaten Malang, Ma'muri, dikonfirmasi, Ahad (10/3/2024) pagi.
Akan tetapi, menurutnya, metode penentuan awal Ramadan yang dirujuk pemerintah selama ini ada 2 (dua). Yakni, metode hisab dan rukyatul hilal atau pembuktian langsung malalui alat teropong.
"Hasil hisab tersebut masih harus dibuktikan dengan pengamatan langsung hilal, atau dengan rukyatul hilal. BMKG supporting saja terhadap perbedaan dasar penentuan awal Ramadan tersebut," terang Ma'muri.
Tangkapan layar informasi perkiraan hilal awal Ramadan 1445 H oleh BMKG Stasiun Geofisika, Malang, yang dirilis hari ini, Ahad (10/3/2024). (Foto BMKG Malang/TIMES Indonesia)
Menurutnya, wujudul hilal sendiri bisa diperkirakan dari perhitungan konjungsi. Aman tetapi, jika konjungsi terjadi sebelum terbenam matahari, maka harus dilakukan pembuktian melihat langsung hilal tersebut.
Untuk diketahui, konjungsi adalah kondisi bila bulan dan matahari mempunyai bujur ekliptika sama. Konjungsi dapat terjadi dini hari, pagi hari, siang hari, sore hari, bahkan malam hari sebelum matahari tepat berada di titik nadir pengamat.
Rencananya, pengamatan melalui teropong untuk kegiatan Rukyatul Hilal 1 Ramadhan 1445 H, akan dilakukan di Gedung Command Center Lt. 9, Kantor Bupati Malang, di Kepanjen, sore nanti. Yakni, dalam ketinggian 400 mdpl.
BMKG juga memprakirakan, waktu terbenam matahari adalah pada pukul 17.45 WIB dan waktu terbenam bulan pukul 17.50 WIB, pada hari ini, Ahad (10/3/2024).
Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, menurut Ma'muri, hasil hisab (penghitungan) yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan dengan metode pengamatan hilal.
"Untuk penenteuan awal Ramadan, kita sama-sama tetap menunggu hasil sidang Isbath Kementrian Agama RI," demikian Ma'muri. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |