TIMES MALANG, JAKARTA – Seorang ulama senior dunia Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang beresidensi di Uni Emirat Arab (UAE), Syekh Abdullah bin Bayyah, mengungkapkan apresiasinya terhadap peran penting Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keislaman terbesar di Indonesia. 

Dalam pertemuan khusus bersama Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH. Yahya Cholil Staquf, Syekh Abdullah bin Bayyah menegaskan bahwa NU adalah lembaga keagamaan dan institusi bereputasi yang telah memainkan peran besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, keagamaan, kenegaraan, dan kemanusiaan.

Syekh Abdullah bin Bayyah, yang juga menjabat sebagai Kepala Dewan Tinggi Keilmuan pada Mohammed Bin Zayed University for Humanities (MBZ UH), menyebut NU sebagai jangkar moderasi ajaran agama Islam (wasathiyyah al-Islâm) di kawasan Asia Tenggara.

Dalam sambutannya, Ketua Umum PBNU, Gus Yahya, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya kepada Syaikh Abdullah bin Bayyah atas sambutannya yang hangat. 

Gus Yahya juga menyoroti peran penting Syaikh Abdullah bin Bayyah sebagai salah satu ulama rujukan dalam keislaman dan kemanusiaan, baik dalam skala nasional UAE maupun secara internasional.

Pertemuan ini juga menjadi momen penting sehubungan dengan partisipasi Gus Yahya dalam acara Global Faith Summit on Climate Action, sebuah konferensi internasional yang diselenggarakan atas kerjasama Majlis Hukama Muslimin UAE dan PBB, sebagai bagian dari rangkaian acara COP28 UAE - United National Climate Change Conference.

Hadir dalam pertemuan ini adalah sejumlah tokoh penting, termasuk H.E. Dr. Khalifa al-Zhahiri (Ketua Majlis Wali Amanat MBZ UH), H.E. Syaikh al-Mahfuzh bin Bayyah (Sekretaris Jenderal Abu Dhabi Forum for Peace), serta para pejabat MBZ UH. Dari pihak PBNU, mendampingi Gus Yahya adalah KH. Dr. Abdul Ghofur Maimoen (Syuriah PBNU), Charles Holland Taylor (CSCV), Dr. A. Ginanjar Sya’ban (Wasekjen PBNU), dan Bapak Muhammad Sadri (Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Abu Dhabi).

Pertemuan ini menjadi bukti konkret dari hubungan erat antara ulama terkemuka dunia dan NU, serta menunjukkan pengakuan terhadap peran besar NU dalam mempromosikan moderasi agama Islam dan kemanusiaan di Indonesia dan Asia Tenggara. (*)