https://malang.times.co.id/
Berita

Nasaruddin Umar Gagas Kurikulum Cinta, Jangan Ajarkan Kebencian Antar Agama

Selasa, 11 Februari 2025 - 13:31
Nasaruddin Umar Gagas Kurikulum Cinta, Jangan Ajarkan Kebencian Antar Agama Menteri Agama RI Prof Nasaruddin Umar saat kunjungan ke UIN Maliki Malang, Senin malam (10/2/2025). (FOTO: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, mengungkapkan bahwa lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Agama ke depan akan menerapkan "Kurikulum Cinta". Hal itu dia katakan ketika melakukan kunjungan kerja ke Kampus 3 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada Senin malam (10/2/2025).

Kurikulum ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kasih sayang, toleransi, dan persaudaraan sejak dini dalam sistem pendidikan agama.

Saat ini, kurikulum tersebut masih dalam tahap pembahasan dan penyisiran oleh Kementerian Agama.

Menurut Prof. Nasaruddin, pendidikan agama harus diajarkan dengan penuh cinta, bukan dengan menanamkan kebencian terhadap agama lain.

Ia menegaskan bahwa sejak dini, anak-anak harus dikenalkan dengan nilai-nilai persamaan dan kebersamaan sebagai sesama manusia dan sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

"Nanti semua guru agama itu harus mengajarkan agamanya dengan penuh cinta. Jangan mengajarkan kebencian kepada agama lain. Itu poinnya. Apa jadinya kalau anak kita diajarkan perbedaan sejak dini, apalagi diajarkan kebencian?" ujarnya.

Prof. Nasaruddin menekankan bahwa ajaran agama harus berfokus pada nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan. Perbedaan agama seharusnya tidak menjadi pemicu permusuhan, melainkan dijadikan sebagai kekayaan yang memperkuat persatuan dalam keberagaman.

"Kita harus doktrinkan kepada anak-anak kita, persamaan kemanusiaan kita, persamaan kebangsaan kita. Walaupun berbeda agama, tetapi kita tetap sebagai bangsa Indonesia, kita sama-sama manusia. Jadi ini yang kita maksudkan," jelasnya.

Kurikulum Cinta ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para guru agama dalam menyampaikan ajaran dengan pendekatan yang lebih inklusif dan damai.

Menag juga menyoroti pentingnya pemilihan ayat-ayat suci dan hadis dalam pengajaran agama, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman atau bahkan memicu intoleransi.

"Sekarang ini sedang disisir, jadi cara pengajarannya itu juga diperhatikan. Cara memilih ayat, cara memilih hadis, harus dikaji dengan cermat. Begitu juga dengan teman-teman dari agama lain, jangan sampai ada ayat atau hadis yang ditafsirkan secara sepihak tanpa memperhatikan konteksnya (asbabun nuzul dan asbabul wurud). Karena ini berpotensi menimbulkan salah paham," jelasnya.

Dia menegaskan bahwa ajaran agama tidak boleh dipakai untuk menanamkan kebencian antar sesama. Sebaliknya, pendidikan agama harus membangun karakter yang berlandaskan cinta dan persatuan.

Lebih lanjut, Prof. Nasaruddin mengingatkan bahwa pola pendidikan yang hanya menekankan perbedaan akan berdampak negatif bagi masa depan bangsa.

"Jangan mengajarkan kebencian antar sesama kepada anak didik kita, dalam agama apa pun. Itu sangat mendasar. Apa jadinya bangsa ini nanti kalau anak-anak kita diajarkan perbedaan? Harusnya kita doktrinkan persamaan," tegasnya.

Dengan Kurikulum Cinta diharapkan Indonesia dapat mencetak generasi yang memiliki pemahaman agama yang kuat namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan kebersamaan.

Hal ini sejalan dengan visi Kementerian Agama dalam menciptakan masyarakat yang damai, harmonis, dan saling menghormati dalam keberagaman. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.