https://malang.times.co.id/
Berita

Kuburan Massal Berisi 100.000 Lebih Mayat Korban Penyiksaan Ditemukan di Suriah

Rabu, 18 Desember 2024 - 07:10
Kuburan Massal Berisi 100.000 Lebih Mayat Korban Penyiksaan Ditemukan di Suriah Pejuang Suriah dari kelompok pemberontak mengamati lokasi yang diidentifikasi sebagai kuburan massal di Najha, selatan Damaskus. (FOTO: Arab News/AP)

TIMES MALANG, JAKARTA – Penemuan kuburan massal yang berisi 100.000-an jasad manusia di Suriah semakin mengungkap bukti "mesin kematian" yang dijalankan negara tersebut selama kepemimpinann Bassar al-Assad yang telah digulingkan itu.

Seorang jaksa penuntut kejahatan perang internasional mengatakan Selasa (17/12/2024), bahwa bukti itu telah mengungkap "mesin kematian" yang dijalankan negara di bawah pemimpin yang digulingkan Bashar al-Assad dimana ia memperkirakan lebih dari 100.000 orang disiksa dan dibunuh sejak 2013.

Mantan Duta Besar Kejahatan Perang Amerika Serikat, Stephen Rapp usai mengunjungi dua situs kuburan massal di Qutayfah dan Najha dekat Damaskus mengatakan, tidak ragu bahwa bahwa lebih 100.000 orang yang hilang itu disiksa sampai mati.

"Kami benar-benar belum pernah melihat yang seperti ini sejak Nazi," kata Rapp seperti dilansir Reuters.

Rapp memimpin penuntutan di pengadilan kejahatan perang Rwanda dan Sierra Leone serta bekerja dengan masyarakat sipil Suriah untuk mendokumentasikan bukti kejahatan perang dan membantu mempersiapkan setiap persidangan nantinya.

"Ribuan orang terlibat dalam sistem pembunuhan ini, mulai dari polisi rahasia yang menculiknya, sipir penjara dan interogator yang menyiksanya hingga kelaparan dan mati, sampai pengemudi buldozer yang menguburkannya," katanya.

"Kami berbicara tentang sistem teror negara, yang menjadi mesin kematian," tambahnya.

Ratusan ribu warga Suriah diduga telah dibunuh sejak 2011, dengan tindakan keras Bassar al-Assad terhadap mereka yang memprotesnya.

Baik Bassar al-Assad maupun ayahnya Hafez, yang mendahuluinya sebagai presiden dan meninggal pada tahun 2000, telah lama dituduh oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia dan pemerintah atas banyaknya pembunuhan yang dilakukan di luar hukum, termasuk eksekusi massal di dalam sistem penjara negara itu dan penggunaan senjata kimia terhadap rakyat Suriah. 

Namun Bassar al-Assad  yang kini kabur ke Moskow, Rusia telah berulang kali membantah bahwa pemerintahnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan menggambarkan para pencelanya itu sebagai ekstremis.

Kepala organisasi advokasi Suriah yang berbasis di AS, Syrian Emergency Task Force, Mouaz Moustafa, yang juga mengunjungi Qutayfah, 25 mil (40 km) utara Damaskus, memperkirakan setidaknya 100.000 mayat dikubur di sana saja.

Tempat Mengerikan

Secara terpisah, Komisi Internasional Orang Hilang di Den Haag mengatakan, juga  telah menerima data yang menunjukkan mungkin ada sebanyak 66 situs kuburan massal di Suriah yang belum diverifikasi.

Lebih dari 157.000 orang telah dilaporkan hilang kepada komisi tersebut.

Kepala Komisi Internasional Orang Hilang di Den Haag, Kathryne Bomberger mengatakan kepada Reuters, portalnya untuk melaporkan orang hilang sekarang "meledak" dengan laporan dari para keluarga korban.

Sebagai perbandingan, sekitar 40.000 orang hilang selama perang Balkan tahun 1990-an.

Bagi keluarga, pencarian kebenaran di Suriah bisa jadi panjang dan sulit.

"Pencocokan DNA akan membutuhkan setidaknya tiga kerabat yang menyediakan sampel referensi DNA dan mengambil sampel DNA dari masing-masing sisa kerangka yang ditemukan di kuburan," kata Bomberger.

Komisi tersebut menyerukan agar situs-situs tersebut dilindungi sehingga bukti diawetkan untuk persidangannya nanti.

Tetapi situs kuburan massal tersebut mudah diakses pada hari Selasa.

"Amerika Serikat bekerja sama dengan sejumlah badan PBB untuk memastikan rakyat Suriah mendapatkan jawaban dan akuntabilitas," kata Departemen Luar Negerinya pada hari Selasa.

Penduduk Suriah yang tinggal di dekat Qutayfah, bekas pangkalan militer tempat salah satu situs tersebut berada, dan sebuah pemakaman di Najha yang digunakan untuk menyembunyikan mayat dari tempat penahanan menginformasikan, melihat truk berpendingin terus menerus mengirimkan mayat yang dibuang ke parit panjang yang digali dengan buldoser.

"Kuburan disiapkan secara terorganisasi, truk datang, menurunkan isi kargonya, dan kemudian. Ada kendaraan keamanan bersama mereka, dan tidak seorang pun diizinkan untuk mendekat, siapa pun yang mendekat biasa ikut turun bersama mereka,” kata Abb Khalid, yang bekerja sebagai petani di sebelah pemakaman Najha.

Di Qutayfah, penduduk menolak berbicara di depan kamera atau menggunakan nama mereka karena takut akan pembalasan, dengan mengatakan bahwa mereka belum yakin daerah itu aman setelah jatuhnya Assad.

"Ini adalah tempat yang mengerikan,” kata seorang diantaranya pada hari Selasa.

Di dalam sebuah situs yang tertutup dinding semen itu, tiga anak bermain di dekat kendaraan satelit militer buatan Rusia.

Tanahnya datar dan rata, dengan tanda-tanda lurus panjang di mana mayat-mayat itu diyakini dikubur di situ.

Citra satelit yang dianalisis Reuters dari citra satelit juga menunjukkan, penggalian skala besar dimulai di lokasi tersebut antara tahun 2012 hingga 2014 dan berlanjut hingga tahun 2022.

Beberapa citra satelit yang diambil oleh Maxar selama waktu itu menunjukkan sebuah penggali dan parit besar terlihat di lokasi tersebut, bersama dengan tiga atau empat truk besar.

Mantan pemimpin protes anti-Assad yang tinggal di dekat pemakaman Najha, Omar Hujeirati yang digunakan hingga situs Qutayfah yang lebih besar dibuat karena sudah penuh mengatakan, dia menduga beberapa anggota keluarganya yang hilang mungkin ada di dalam kuburan itu.

Dia yakin setidaknya beberapa dari mereka yang diambil, termasuk dua putra dan empat saudara lelaki, ditahan karena memprotes pemerintahan Assad.

"Itu dosa saya, yang membuat mereka mengambil keluarga saya," katanya.

Rincian kuburan massal Suriah pertama kali muncul selama sidang pengadilan Jerman dan kesaksian kongres AS pada tahun 2021 dan 2023.

Seorang pria yang diidentifikasi hanya sebagai "penggali kubur" bersaksi berulang kali sebagai saksi tentang pekerjaannya di situs Najha dan Qutayfah selama persidangan Jerman terhadap pejabat pemerintah Suriah.

Saat bekerja di pemakaman di sekitar Damaskus pada akhir tahun 2011, dua perwira intelijen muncul di kantornya dan memerintahkan dia dan rekan-rekannya untuk mengangkut dan menguburkan mayat.

Dia juga bersaksi bahwa dia naik mobil van yang dihiasi dengan gambar-gambar Assad dan pergi ke lokasi tersebut beberapa kali seminggu antara tahun 2011 dan 2018, dan diikuti oleh truk pendingin besar yang penuh dengan mayat.

Truk-truk itu membawa beberapa ratus mayat dari rumah sakit militer Tishreen, Mezzeh dan Harasta ke Najha dan Qutayfah, katanya dalam persidangan.

Di lokasi tersebut parit-parit yang dalam sudah digali dan penggali kubur dan rekan-rekannya akan menurunkan mayat-mayat ke dalam parit, yang akan ditutup dengan tanah oleh ekskavator segera setelah satu bagian parit penuh, katanya.

"Setiap minggu, dua kali, tiga truk trailer tiba, penuh dengan 300 hingga 600 mayat korban penyiksaan, kelaparan, dan eksekusi dari rumah sakit militer dan cabang-cabang intelijen di sekitar Damaskus," katanya kepada Kongres dalam sebuah pernyataan tertulis.

Penggali kubur itu melarikan diri dari Suriah ke Eropa pada tahun 2018 dan telah berulang kali bersaksi tentang kuburan massal, tetapi identitasnya selalu dirahasiakan dari publik dan media. 

Kelompok advokasi AS mengatakan, kuburan massal di Suriah yang berisi 100.000-an mayat itu adalah orang-orang yang disiksa dan dibunuh oleh pemerintahan Assad yang kini telah digulingkan.

 

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.