https://malang.times.co.id/
Berita

PLTS Apung di Waduk Karangkates: Ahli Ungkap Kelebihan dan Tantangan

Minggu, 09 Februari 2025 - 11:54
PLTS Apung di Waduk Karangkates: Ahli Ungkap Kelebihan dan Tantangan Keramba jaring apung yang ada yang di Waduk Karangkates, sebagai lokasi penempatan PLTS Apung. (Dok. TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Apung di Waduk Karangkates, Malang, yang diprakarsai oleh PLN Nusantara Power, menjadi sorotan berbagai pihak.

Proyek ini dirancang untuk menghasilkan energi berkapasitas 100 MWac, sebagai bagian dari upaya pemerintah dalam transisi energi menuju sumber yang lebih ramah lingkungan.

Menanggapi rencana ini, Dr. Ir. Widodo Pudji Muljanto, MT., dosen Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, memberikan pandangannya mengenai keuntungan dan tantangan teknis dari PLTS Apung.

Menurut Dr. Widodo, salah satu keuntungan utama dari PLTS Apung adalah penghematan lahan, mengingat instalasi panel surya di daratan membutuhkan area yang sangat luas.

"Untuk menghasilkan 1 MW listrik, dibutuhkan lahan sekitar 1 hektare. Jadi, untuk kapasitas 100 MW, kita membutuhkan 100 hektare lahan. Jika lahan tersebut merupakan area pertanian atau lahan produktif lainnya, tentu akan sangat disayangkan," jelasnya.

Karena itu, pemanfaatan waduk atau bekas galian tambang menjadi solusi alternatif yang lebih efisien dibandingkan menggunakan lahan segar. Selain itu, keberadaan air di waduk dapat memberikan efek pendinginan alami bagi panel surya, yang justru dapat meningkatkan efisiensi kinerja sistem.

"Jika panel surya ditempatkan di dekat air, suhu lingkungan cenderung lebih rendah. Efisiensi solar cell meningkat ketika temperaturnya lebih dingin, sehingga ini menjadi nilai tambah bagi PLTS Apung," tambahnya.

Dari aspek pengelolaan, pemanfaatan waduk untuk PLTS juga lebih mudah karena umumnya sudah berada di bawah otoritas tertentu, seperti Perum Jasa Tirta 1, yang juga mengelola PLTA Sutami di Waduk Karangkates.

Meskipun memiliki banyak keuntungan, Dr. Widodo menyoroti beberapa tantangan utama dalam implementasi PLTS, terutama terkait biaya dan ketidakstabilan daya listrik yang dihasilkan.

Dia menyebut, salah satu kendala utama PLTS adalah biaya produksi listrik yang masih lebih mahal dibandingkan energi berbasis fosil, terutama batu bara.

"Sebagai gambaran, listrik dari batu bara bisa mencapai harga Rp600 per kWh, sementara PLTS tanpa baterai yang terkoneksi dengan jaringan PLN masih berkisar Rp1.200 hingga Rp1.500 per kWh. Jika menggunakan baterai untuk menyimpan energi, biaya bisa jauh lebih tinggi," jelasnya.

Hal ini menjadi tantangan dalam aspek ekonomi dan investasi, karena harga listrik dari PLTS masih kurang kompetitif dibandingkan sumber energi konvensional.

Tantangan lain adalah sifat intermitensi, yaitu ketidakpastian dalam produksi energi yang bergantung pada intensitas sinar matahari.

"Saat matahari bersinar terik, produksi listrik bisa optimal. Namun, jika mendung atau hujan, daya yang dihasilkan turun drastis. Ini bisa mengganggu stabilitas jaringan listrik PLN jika PLTS terkoneksi langsung ke grid," jelas Dr. Widodo.

Fluktuasi daya listrik ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem kelistrikan nasional, yang mengharuskan PLN menyiapkan pembangkit cadangan untuk mengantisipasi naik-turunnya pasokan listrik dari PLTS.

"Ketidakstabilan ini bisa membuat frekuensi listrik naik-turun, yang dapat merugikan PLN. Oleh karena itu, diperlukan sistem cadangan yang bisa menjaga keseimbangan jaringan," tambahnya.

Secara keseluruhan, PLTS Apung di Waduk Karangkates memiliki potensi besar sebagai sumber energi hijau yang efisien, terutama dalam menghemat lahan dan meningkatkan efisiensi panel surya.

Namun, tantangan terkait biaya dan stabilitas pasokan listrik masih menjadi perhatian utama yang harus diatasi sebelum proyek ini dapat berjalan optimal.

Dengan perkembangan teknologi dan kebijakan energi yang terus berkembang, solusi seperti penyimpanan energi (battery storage) dan sistem manajemen grid yang lebih canggih dapat menjadi kunci dalam mengatasi tantangan tersebut. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.