TIMES MALANG, BLITAR – Suasana Pendopo Ronggo Hadi Negoro (RHN) Blitar terasa berbeda pada Senin pagi, 19 Mei 2025. Bukan sekadar seremoni seremonial antarpejabat.
Di bawah langit Blitar yang bersahabat, dua kepala daerah dari wilayah selatan Jawa Timur bertemu, bukan hanya untuk bersalaman, tetapi membuka lembaran kerja sama baru yang lebih substansial.
Bupati Malang, H. Sanusi, datang bersama rombongan untuk melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Blitar. Sambutan hangat datang langsung dari tuan rumah, Bupati Blitar, H. Rijanto, yang menyambut dengan sebuah pesan kekerabatan.
“Bagi kami, Kabupaten Malang ini sedulur cedek, saudara dekat. Maka kehadiran panjenengan adalah kehormatan besar bagi masyarakat Blitar,” ujar Rijanto di hadapan para undangan yang hadir.
Namun sambutan itu bukan basa-basi belaka. Di balik ucapan penuh hormat, Rijanto menyiapkan ‘hidangan utama’ berupa data dan potensi ekonomi daerah yang siap untuk dikolaborasikan. Di antara semua potensi yang ditawarkan, satu yang paling bersinar: tebu.
Tebu: Emas Manis dari Tanah Blitar
Dengan luas lahan tebu mencapai 8.927 hektare dan produksi 655.658 ton pada 2024, Blitar tak ubahnya ladang manis yang belum sepenuhnya dipanen potensinya. Apalagi di sana berdiri Pabrik Gula Rejoso Manis Indo di Kecamatan Binangun, dengan kapasitas produksi hingga 9.000 TCD. Namun, di balik angka-angka manis itu, tersembunyi tantangan pahit.
“Lahan marginal masih mendominasi. Umur ratoon banyak yang lewat empat tahun. Belum lagi keterbatasan air dan infrastruktur yang belum mendukung sepenuhnya,” terang Rijanto.
Ia menambahkan, varietas tebu Bululawang (BL) masih mendominasi, meskipun rentan penyakit. Namun karena masih unggul di lahan marginal, varietas ini tetap dibudidayakan petani.
Maka solusi pun ditawarkan: penguatan kebun benih induk, bongkar ratoon, hingga perluasan areal tanam dengan dukungan teknologi dan pembibitan unggul.
Lebih dari sekadar produksi, Bupati Blitar menekankan pentingnya membangun rantai nilai dari hulu ke hilir.
“Petani harus ikut menikmati nilai tambah pascapanen. Kita ingin tak hanya menjual tebu, tapi juga mengolahnya—bioetanol, biomassa, bahkan produk turunannya.”
Peternakan Blitar Telur, Kambing, dan Masa Depan Desa
Tak hanya tebu, Blitar juga dikenal sebagai raksasa peternakan ayam petelur. Dengan populasi 17 juta ekor dan produksi harian hingga 500 ton, Blitar mengirimkan 95% hasil telurnya ke luar daerah. Belum lagi populasi kambing potong yang mencapai 380 ribu ekor.
“Bayangkan, jika satu ekor ayam saja menghasilkan dua telur sehari, kita sedang bicara tentang ratusan ton potensi pangan yang keluar dari Blitar tiap harinya. Dan sebagian besar itu belum diolah secara lokal,” ujar Rijanto.
Kolaborasi Membangun Poros Selatan
Pertemuan dua kepala daerah ini menjadi lebih dari sekadar silaturahmi. Ada harapan besar yang dititipkan: agar Malang dan Blitar membentuk simpul kekuatan ekonomi baru di Jawa Timur bagian selatan.
“Dengan kerja sama konkret, kita bisa saling melengkapi. Kita punya potensi yang kuat, dan Malang punya jaringan, infrastruktur, serta sumber daya yang bisa saling menopang,” kata Rijanto, menatap langsung Bupati Sanusi.
Langkah-langkah awal sudah dimulai. Diskusi intens dilakukan antara perangkat daerah, mencakup sektor pertanian, peternakan, hingga pengolahan hasil bumi. Namun, yang lebih penting adalah komitmen untuk menindaklanjuti di lapangan.
Dari Pendopo RHN, Menuju Peta Jalan Baru
Kunjungan kerja ini mungkin hanya berlangsung sehari, tapi dampaknya bisa jadi melampaui hitungan tahun. Di Pendopo RHN, dua pemimpin daerah membicarakan hal-hal riil: pangan, petani, pascapanen, hingga masa depan wilayah.
Pertemuan itu bukan sekadar basa-basi birokrasi. Di sana ada blueprint pembangunan kawasan yang saling menguatkan, antara Malang yang bergeliat sebagai pusat pertumbuhan dan Blitar yang kokoh sebagai lumbung pangan dan ternak.
Jika kata-kata dan niat baik ini ditindaklanjuti dengan kolaborasi nyata, maka bukan mustahil, dari pertemuan sederhana di pendopo tua ini akan lahir babak baru pembangunan poros selatan Jawa Timur.(*)
Pewarta | : Imadudin Muhammad |
Editor | : Imadudin Muhammad |