https://malang.times.co.id/
Pendidikan

KKL Mahasiswa Sastra Indonesia UM, Gali Kekayaan Sastra Lisan Lewat Museum dan Pentas

Senin, 19 Mei 2025 - 16:35
KKL Mahasiswa Sastra Indonesia UM, Gali Kekayaan Sastra Lisan Lewat Museum dan Pentas Rombongan mahasiswa UM, tenaga pendidik UM, dan para staf museum berfoto di Museum Radya Pustaka, Yogyakarta (Foto: Dwi Sulistyorini for TIMES Indonesia).

TIMES MALANG, MALANG – Mahasiswa Program Studi S1 Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang (UM) kembali menyelenggarakan kegiatan rutin Kuliah Kerja Lapangan (KKL) sebagai bagian dari pembelajaran luar kelas pada mata kuliah Sastra Lisan.

Digelar pada 14-15. Mei 2025, kegiatan ini mengusung tema 'Menelusuri Jejak Sastra Lisan dalam Denyut Budaya melalui Pustaka Tradisi hingga Panggung Tari'.Acara ini bertujuan menjembatani teori yang diperoleh di ruang kelas dengan praktik nyata di lingkungan budaya.

Sebanyak 83 mahasiswa didampingi empat dosen pendamping turut ambil bagian dalam program ini. Dosen-dosen yang mendampingi adalah Dr Dwi Sulistyorini, SS, MHum, Dr Bambang Prastio, MPd, Ahmad Junaidi, SS, MA dan Siti Rahajeng NH, SHum.

“Budaya adalah identitas sekaligus kekayaan yang tak ternilai. Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar, tetapi juga diajak untuk mencintai dan menjaga warisan budaya bangsa,” ujar Dwi, dosen Sastra Indonesia UM.

Rombongan-mahasiswa-UM-a.jpgTotok Yasmiran (berkemeja putih) mengenalkan naskah-naskah manuskrip kuno dan segala ilmu yang berkaitann dengannya kepada mahasiswa UM di Museum Radya Pustaka (Foto: Dwi Sulistyorini for TIMES Indonesia).

Baginya, penting mengenalkan khazanah kebudayaan ke generasi muda dengan melakukan kegiatan seperti ini.

Hari pertama, peserta KKL mengunjungi Museum Radya Pustaka di Kota Solo, salah satu museum tertua di Indonesia yang menyimpan koleksi penting seperti naskah kuno, keris, dan artefak budaya Jawa.

Mahasiswa diajak untuk mengamati dan memahami langsung jejak sastra lisan dalam konteks sejarah dan budaya.

“Budaya bukan hanya objek studi, tetapi juga ruang hidup yang perlu kita dekati dengan empati dan rasa ingin tahu. Kegiatan seperti ini adalah langkah awal yang baik,” tutur Junaidi selaku dosen Sastra Indonesia UM.

Menurutnya, membumikan teori-teori yang telah dipelajari di ruang kelas pembelajaran menjadi hal yang tak boleh dilewatkan, mengunjungi museum-museum dan tempat-tempat yang menyimpan banyak kekayaan kultural, menjadi salah satu pilihan kegiatan yang baik dalam hal ini.  

Setelah mengunjungi Radya Pustaka, rombongan mahasiswa melanjutkan eksplorasi ke Museum Sonobudoyo, Yogyakarta.

Salah satu tempat yang kaya akan koleksi budaya, termasuk alat musik tradisional, wayang, serta manuskrip kuno. Di museum ini mahasiswa mendalami hubungan antara artefak budaya dengan nilai-nilai sastra lisan yang berkembang dalam masyarakat Jawa.

Setelahnya, rombongan mahasiswa berkesempatan mengunjungi kawasan Malioboro, salah satu ikon budaya dan pariwisata Yogyakarta. Di sana, mereka dapat mencicipi berbagai kuliner lokal seperti gudeg, sate klathak, dan aneka jajanan kaki lima sembari menikmati suasana malam khas Jogja yang penuh akan kegiatan kesenian budaya.

Prambanan.jpgPertunjukan Ballet Prambanan di Gedung Trimurti, Yogyakarta (Foto: Dwi Sulistyorini for TIMES Indonesia).

“Melalui KKL, kami bisa lebih dekat dengan mahasiswa, memahami semangat mereka, sekaligus mendorong mereka agar lebih tertarik meneliti budaya,” ungkap Bambang, dosen Sastra Indonesia UM.

KKL ini tidak sekadar menjadi pengalaman akademik luar kelas, melainkan juga mendorong mahasiswa untuk lebih memahami, mendokumentasikan, dan merefleksikan bentuk-bentuk sastra lisan serta dinamika budaya di tengah masyarakat. Para peserta tidak hanya dituntut menjadi pengamat, tetapi juga penafsir aktif terhadap realitas budaya.

Tujuan utama kegiatan ini adalah menumbuhkan apresiasi terhadap warisan budaya lokal serta memperkenalkan sumber-sumber tradisi secara langsung, baik berupa arsip budaya, transkripsi sastra, maupun seni pertunjukan.

Kegiatan KKL ditutup dengan menyaksikan pertunjukan Ballet Prambanan, dramatari yang mengangkat kisah epik klasik seperti Ramayana di Gedung Kesenian Trimurti, Yogyakarta. Pertunjukan ini memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa tentang bagaimana karya sastra klasik dapat diwujudkan dalam bentuk seni pertunjukan tradisional.

“Selain menambah wawasan, di sini kita juga banyak memperoleh bagaimana ilmu dan wawasan itu dapat bekerja dalam kehidupan nyata, khususnya dalam lingkup sastra dan kebudayaan,” pesan Aghizka, mahasiswa Sastra Indonesia UM. (*)

Pewarta : M. Arif Rahman Hakim (Magang MBKM)
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.