TIMES MALANG, MALANG – Filmmaker asal Malang berhasil membawa karyanya go internasional. Film yang berhasil membawa nama harum Indonesia tersebut, yakni berjudul Romansa Dibalik Pagar Akal yang diproduksi oleh PH Mois Creative dan Hura-Haru Film.
Film pendek berdurasi 32 menit tersebut tayang di bioskop Pathè Balexert, Mal terbesar di Jenewa, Swiss pada 29-30 September 2023 lalu.
CEO Mois Creative, Kahfi Karsadinata mengatakan, film pendek hasil produksinya tayang di bioskop Swiss dalam rangka kegiatan Indonesia Movie Days 2023 bersama sejumlah film lain, seperti Onde Mande dan KKN di Desa Penari.
"Awalnya teman-teman Mois dan Hura Haru kan ikut festival film bulanan. Terus kaget bisa masuk (tayang di Swiss)," ujar Kahfi, Kamis (5/10/2023).
Pria asal Jakarta yang kini tinggal di Malang tersebut mengembangkan PH Mois dan Hura Haru ini sejak Pandemi Covid-19.
PH tersebut berhasil berkembang di Malang, Bandung dan Jakarta hingga akhirnya untuk pertama kali hasil filmnya mampu diputar di festival film internasional.
"Teman-teman produksi ada di Bandung. Di Malang kota sekarang sebagai Agensi Creative dan branding," ungkapnya.
Diketahui, film Romansa Dibalik Pagar Akal ini menceritakan tentang kisah cinta sepasang eks ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa).
Sepasang ODGJ tersebut menjalin asmara sejak berada di panti rehabilitasi hingga akhirnya menikah setelah menjadi eks ODGJ.
Menurut Kahfi, bisa jadi tema dan latar belakang film yang ia angkat ini menjadi salah satu alasan film produksinya mampu go internasional.
Sebab, berbeda dengan lainnya. Dalam film tersebut ia mengangkat perspektif tentang kisah cinta sepasang eks ODGJ yang anti mainstream.
"Lebih melihat perspektif tentang cinta. Ini complicated yang masih menjadi isu sosial tentang kesehatan mental dan urusan kejiwaan. Orang yang punya kondisi mental seperti itu masih bisa deserve to be love," jelasnya.
Setelah berhasil go internasional, ia bersama timnya selanjutnya bakal membuat film tentang sejarah yang menurutnya masih banyak yang bisa diceritakan tentang sejarah Indonesia.
"Ini kritik, dimana isi film Indonesia kan itu-itu saja. Banyak cerita yang bisa diangkat tentang sejarah. Next kita bikin film dengan background 90an setelah riset 2 tahun," tuturnya.
Pria lulusan Istanbul University dan Sivas University ini ingin mendobrak perfilman Indonesia bersama timnya dari Mosi Creative dan Hura Haru Film.
"Kita mau dobrak industri film mainstream Indonesia dengan warna baru," tandas filmmaker asal Malang ini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Filmmaker Malang Bawa Karyanya Tayang di Bioskop Swiss
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |