TIMES MALANG, MALANG – Usaha bidang peternakan tidak banyak ditemui pada kelompok usia muda. Di Desa Pandanrejo, Pagak, Kabupaten Malang, ada satu petani atau peternak milenial, yang kini sukses dari menggeluti ternak kambing.
Di usianya yang belum genap 20 tahun, Pandika Samekto Gati, yang tercatat lulusan SMKN di Kabupaten Malang, kini disibukkan mengurusi puluhan ekor kambing jenis PE (Peranakan Etawa) di kandang komunalnya. Bersama ayahnya, Sujiadi, ia menjadi peternak yang propek menjadi pengusaha besar ternak kambing di masa depan.
Kepada TIMES Indonesia, Pandika mengungkapkan, awalnya hanya punya 15 ekor kambing yang dipeliharanya dalam satu kandang. Dia yang besar di desa, dengan lingkungan keluarga petani, menunjukkan minatnya pada bidang pertanian dan pertanian.
"Saya awali belum lama, dimulai ketika bergabung mengikuti program YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Service) Kementerian Pertanian tahun 2024 kemarin. Dari situ, saya mendapatkan pelatihan dan mengajukan hibah kompetisi pengembangan usaha ternak kambing ini," terang Pandika, ditemui di kandang ternaknya di Desa Pandanrejo, kemarin.
Saat pengajuan hibah kompetisi program YESS ini, lanjutnya, kegiatan usaha peternakannya termasuk yang terpilih dari 40 usulan se Jawa Timur.
Di Kabupaten Malang sendiri, tiga petani milenial terpilih termasuk dirinya. Dua peternak lainnya, dari Kecamatan Kesembon jenis ternak domba, dan Wonosari, untuk usaha jenis ternak seperti miliknya.
Pandika beruntung, mendapatkan bantuan senilai Rp65 juta, dari hibah kompetisi pengembangan usaha pertanian/peternakan dari program YESS Kementerian Pertanian yang diusulkannya. Dari bantuan tersebut, ia membeli 29 ekor kambing, dengan 24 ekor indukan.
Kini, kambing miliknya berkembang, bertambah jumlahnya sampai 60 ekor. Sebanyak 45 ekor diantaranya merupakan kambing indukan siap kawin, dengan dua ekor pejantan.
"Ya, berkembangnya gabungan dari ternak yang kami punya sebelumnya dengan yang dapat dari dana hibah. Alhamdulillah sekarang berkambang sampai puluhan ekor. Tetapi, sebagian masih cempe (anakan kambing)," terangnya.
Bertambahnya jumlah ternak kambing Pandika ini, dalam waktu kurang lebih enam bulan, .
Tiga bulan setelah mengembangkan usaha dengan dukungan hibah program YESS, diakuinya sudah sempat menjual sejumlah 4 ekor.
"Alhamdulillah, sudah pernah menjual sampai 4 ekor. Tetapi, kalau menjual dalam skala besar masih belum, karena masih banyak anakan," imbuh Pandika.
Untuk satu ekor kambing pejantan kecil, ia mengaku bisa menjual Rp1,2 sampai 1,3 juta per ekor. Sedangkan, kambing betina laku jual rata-rata Rp1 juta per ekor.
Saat dikunjungi Bupati Malang, HM Sanusi, bersama Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Malang kemarin, ia sempat dijanjikan dibantu satu ekor pejantan. Dengan bantuan ini, ia berharap keturunan ternak kambing PE yang dipeliharanya semakin bagus nantinya.
Sebagai penerima hibah program YESS, peternak iilenial ini memang diwajibkan bisa mengembangkan kegiatan usaha peternakannya dalam kurun waktu tertentu. Termasuk, bisa mengajak atau mengimbaskan usaha suksesnya bersama pemuda lain di sekitarnya.
Semua ternak kambing Pandika kini dipelihara dalam tiga kandang komunal di lahan milik sendiri. Model kandang komunal juga dibuat tinggi, dengan jarak kurang lebih 1 meter di atas tanah.
Sehingga, kotoran ternak kambing yang dipelihara, tetap bisa dimanfaatkan menjadi pupuk organik untuk pertanian.
"Kotoran kambingnya tetap bisa dimanfaatkan, bisa dijual, seharga Rp10 ribu per satu karung kecil. Tetapi, jika kotoran untuk pupuk ini dijual halus atau hasil diselep, bisa terjual sampai Rp30 ribu/karung," terangnya.
Saat cuaca musim kemarau, menurutnya menjadi kendala bagi peternak, karena kesulitan mencari pakan rumput. Sebaliknya, saat musim penghujan, kotoran ternak dari bawah kandang komunal, agak sulit diambil untuk bisa diselep. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |