TIMES MALANG, MALANG – Festival ke-12 Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) secara resmi dimulai di Auditorium Lt 9 GKB A19 Universitas Negeri Malang, Kamis (23/11/2023) malam. Pembukaan acara ini diawali dengan pertunjukan gamelan oleh siswa SMP dari Desa Ngadas, suku Tengger.
Pertunjukan tersebut kemudian diikuti dengan kata sambutan dari Penasehat BWCF, Romo Muji Sutrisno, dan Rektor UM, Prof Dr Hariyono. Sebanyak 200 penonton yang hadir juga disajikan dengan pemutaran film wawancara mendiang Prof Dr. Edi S, yang menceritakan upayanya dalam merawat dan melestarikan kebudayaan sebagai bagian dari warisan sejarah bangsa. Setelah pemutaran film, dilanjutkan dengan diskusi bersama perwakilan Perhimpunan Ahli Arkeologi Indonesia (PAAI), Dr Supratikno Rahardjo.
Dr. Supratikno menyampaikan dua pokok pikiran yang dikenalkan oleh Prof Dr. Edi Sedyawati kepada masyarakat, yaitu kecintaannya terhadap ilmu dan kebudayaan.
“Dari film itu kita dapat mengambil 2 hal penting yang ingin dikenalkan beliau (Prof. Dr. Edi S) kepada mahasiswa dan Masyarakat, satu kecintaannya kepada ilmu dan kedua kecintaanya kepada kebudayaan”, jelas Supratikno.
Ia berharap agar generasi muda bisa mengambil contoh dari dedikasi Prof Dr. Edi dalam melestarikan budaya Indonesia sampai akhir hayatnya.
“Tanpa disadari, keterbukaan dan perkembangan teknologi dapat mempengaruhi budaya Indonesia yang sebenarnya. Maka, saya harap kita semua dapat melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh beliau (Prof. Dr. Edi S),” ucapnya.
Dalam konteks perkembangan teknologi, Supratikno menekankan bahwa keterbukaan dan kemajuan teknologi dapat memengaruhi budaya Indonesia. Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak untuk melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh Prof Dr. Edi Sedyawati.
Diskusi tersebut diakhiri dengan pemberian Anugerah Sang Hyang Kamahayanikan Award kepada Prof Dr. Edi, yang diterima oleh Dr. Supratikno dari Bhante Ditthi Sampano Thera. Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan peresmian buku 'Si Pamutung', yang dibedah oleh Repelita Wahyu Oetomo dari Balai Arkeologi Sumatera Utara. Ada juga paparan 'Surat tentang Kekasih' oleh penulisnya, Jean Pascal Elbaz, serta presentasi tentang 'Ganesha' dan 'The Soul Borobudur'.
Pembukaan BWCF 2023 ditutup dengan pidato kebudayaan oleh Dr. Prof Arlo Griffiths, selaku Direktur Effeo Indonesia. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pembukaan BWCF 2023: Merayakan Kecintaan Prof Dr Edi Sedyawati Terhadap Kebudayaan
Pewarta | : Andrias Setia Pribadi (MBKM) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |