TIMES MALANG, MALANG – Aremania berencana bakal kembali turun jalan melumpuhkan jalur kendaraan di wilayah Malang. Hal ini tentu dilakukan guna mencari keadilan dan menuntut usut tuntas Tragedi Stadion Kanjuruhan yang telah menewaskan 135 nyawa.
Berbeda dengan sebelumnya yang biasa dilakukan pada hari Minggu, kini rencana aksi turun jalan tersebut bakal digelar serentak tepat di hari dan jam kerja, yakni pada Kamis (8/12/2022) mendatang.
Salah satu Aremania Kelayatan Malang, Harie Pandiono Paimin mengatakan, Aremania menyepakati aksi turun jalan di hari Kamis tersebut setelah melakukan rapat Akbar Arek Malang di Stadion Gajayana, Kota Malang, Sabtu (3/12/2022) lalu.
Rencananya, aksi tersebut bakal dilaksanakan Kamis (8/12/2022) sekitar pukul 10.00 WIB dengan titik kumpul di Stadion Gajayana Malang.
"Kemarin sepakat Kamis turun jalan jam 10 dari titik Gajayana Malang," ujar Harie, Senin (5/12/2022).
Diperkirakan ribuan Aremania akan bersatu bersama turun jalan dengan satu tujuan, yakni mencari keadilan dan menuntut usut tuntas Tragedi Kanjuruhan. Mereka direncanakan bakal melakukan aksi longmarch dari Stadion Gajayana Malang menuju ke Mako Brimob Malang.
"Iya dari Gajayana akan ke kantor polisi sampai ke Mako Brimob," ungkapnya.
Ada waktu yang mereka rencanakan untuk aksi turun jalan ini. Harie menyebutkan ribuan Aremania bakal membuat lumpuh jalanan Malang selama 135 menit. Hal tersebut, kata Harie, sebagai simbol atas matinya 135 nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu.
"Kamis kita tes 135 menit di hari kerja, saya minta maaf Malang macet, ini menunjukkan 135 nyawa," katanya.
Aksi turun jalan tersebut juga akan dibarengi dengan aksi diam dan hanya membawa ratusan spanduk hingga poster sebagai simbol tuntutan mereka.
"Kita aksi diam dengan tulisan tuntutan. Diam artinya kita gak beringas dan kita menyindir apa yang mereka perbuat," tuturnya.
Diketahui juga, Harie ini merupakan salah satu Aremania yang sempat ramai di perhelatan Akbar sepak bola dunia, yakni Piala Dunia Qatar 2022.
Sebab, Harie kala itu sempat berada di Qatar bukan untuk menonton pertandingan bola, namun untuk menyuarakan usut tuntas atas Tragedi Kanjuruhan..
"Saya satu jiwa dengan teman-teman di Malang. Tidak ada sepak bola seharga nyawa. Buat saya pribadi, saya tidak butuh sepak bola, tapi 135 nyawa ini meminta keadilan. Biasanya saya ke piala dunia bawa bendera Arema dan Indonesia, tapi sekarang saya bawa misi usut tuntas," jelasnya.
Ia mengaku juga mendapat respon positif dari sejumlah suporter dunia di Qatar kala itu. Ia juga sempat ditanyai soal perkembangan kasus Tragedi Kanjuruhan yang sudah berjalan sekitar dua bulan lamanya.
"Saya bertemu suporter dunia, seperti Argentina, Brazil, itu mereka tanya kasusnya sudah sampai mana. Respon mereka baik sekali," ucapnya.
Sementara, soal tuntutan-tuntutannya tentu sama seperti yang lain. Mereka meminta penambahan pasal pembunuhan, penambahan tersangka dan yang terbaru mereka menolak hasil autopsi kedua anak Devi Athok yang dikatakan mereka mati, akibat terkena benda tumpul.
"Kemudian juga hasil rekonstruksi juga gak sesuai fakta lapangan, kita tolak. Semua rekomendasi TGIPF bentukan bapak Presiden Jokowi juga harus dijalankan. Intinya tangkap dan adili mereka yang membunuh saudara kami," kata Harie.(*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Imadudin Muhammad |