TIMES MALANG, MALANG – Masalah kemacetan di Kota Malang nampaknya secara bertahap bakal segera teratasi. Setelah dibangunnya dua jembatan penghubung, yakni Tunggulmas (Tunggulwulung-Tlogomas) dan Flyover Kedungkandang, kini Pemkot Malang tengah memantapkan realisasi pembangunan Underpass.
Rencana yang telah terlontar sejak Januari 2022 lalu, awalnya memiliki opsi tiga titik yang telah di usulkan. Diantaranya, wilayah Kecamatan Blimbing, Lowokwaru hingga usulan dari Dishub Kota Malang berada di kawasan Sukun.
Namun, kekinian, rencana tersebut semakin mengerucut hingga dipastikan dua titik lokasi usulan pembangunan Underpass di Kota Malang.
Dua titik itu, berada di Kecamatan Blimbing dan Kecamatan Lowokwaru yang mulai diseriusi Pemkot Malang. Bahkan, komunikasi dengan pihak Perguruan Tinggi (PT) di Kota Malang mulai terjalin serius.
Beberapa pekan terakhir ini, diungkapkan Wali Kota Malang, Sutiaji bahwa pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM) guna menyelesaikan Detail Engineering Design (DED) pembangunan Underpass.
Lokasi yang digarap oleh UM dan Pemkot Malang, yakni berada di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Purwodadi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Pemilihan lokasi tersebut, kata Sutiaji, akibat seringnya terjadi kemacetan. Apalagi jika saat weekend (hari libur), kemacetan bisa lebih parah dan memanjang hingga kurang lebih 3 km dari arah Surabaya.
"Benar yang kami pilih disana (Jalan A. Yani). Rencananya dibangun setelah Flyover (Arjosari) hingga ke selatah setelah Carefour (toko ritel modern)," ujar Sutiaji, Minggu (3/4/2022).
Jika melihat pada peta yang tersaji, Underpass di kawasan Kecamatan Blimbing tersebut bakal memiliki panjang kurang lebih 2 km. Tentunya, underpass tersebut bisa jadi yang terpanjang jika melihat underpass Karanglo yang hanya memiliki panjang 343 meter.
Titik kedua rencana pembangunan Underpass, yakni berada di Jalan MT Hariyono, Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Nantinya, underpass tersebut bakal terbangun ke arah Jalan Mayjen Pandjaitan, Kelurahan Penanggungan, Kecamatan Klojen.
Untuk titik kedua, Sutiaji telah melakukan kerja sama dengan Politeknik Negeri Malang (Polinema). Jika dihitung secara kasar, panjang underpass mulai Jalan MT Hariyono menuju Jalan Mayjen Pandjaitan bisa diukur sekitar 1,8 km.
Namun, Pemkot Malang nampak memiliki sedikit kendala untuk rencana pembangunan di titik kedua underpass ini. Akan tetapi, Sutiaji optimis problem masalah kemacetan di sepanjang Jalan bisa diatasi. Bahkan, Jembatan Suhat (Soekarno-Hatta) dimungkinan nanti bakal dikhususkan pengendara yang menuju arah barat atau ke Jalan MT Hariyono.
"Masalahnya adalah bakal mengepras (memotong) sebagian lahan milik UB (Universitas Brawijaya) dan ada makam yang harus dikomunikasikan dulu dengan warga sekitar," ungkapnya.
Disisi lain, jika berbicara soal anggaran yang akan dikeluarkan, Sutiaji menyebutkan bahwa membutuhkan ratusan miliar untuk satu underpass saja.
Pembangunan underpass ini bisa senilai 3/4 dari pembangunan tol. Jika dihitung, untuk pembangunan tol saja setidaknya butuh anggaran Rp450 miliar per kilometer.
Dari acuan tersebut, estimasi Pemkot Malang butuh anggaran sekitar Rp350 miliar untuk pembangunan satu underpass atau jika dihitung per kilometer butuh Rp175 miliar.
"Estimasinya segitu (Rp350 miliar). Itu kami godok dulu anggarannya," katanya.
Terpisah, Ketua DPRD Kota Malang, I Made Riandiana Kartika menyebutkan bahwa bakal cukup berat untuk melakukan pembangunan underpass sendiri. Oleh karena itu, ia mengharapkan ada peran pemerintah pusat untuk bisa mendanai proyek besar pengentas kemacetan di Kota Malang.
"Kuncinya pemulihan pandemi Covid-19. APBD berat. Bagaimana dana pusat bisa dibawa ke Kota Malang, sehingga macet teratasi," tutur Made.
Kemudian, Made juga masih mempertanyakan soal pemilihan tempat dan bagaimana mencari solusi dalam pemangkasan lahan agar bisa dibangun underpass.
Belum lagi, panjang underpass yang mencapai 1,8 km dan 2 km menurutnya cukup panjang. Made berkaca dengan underpass Karanglo yang hanya 343 meter saja sudah lumayan panjang. Belum lagi daerah yang akan dibangun underpass juga rawan banjir.
"Di sana (Jalan A. Yani) itu kan sudah sempit dan pinggir jalan ada banyak pertokoan dan sekolah. Kalau dipaksakan jadi underpass, ya sulit," katanya.
Oleh sebab itu, iya meminta Pemkot Malang bisa memprioritaskan terlebih dahulu soal banjir yang terus menghantui. Pembuatan masterplan banjir tahun 2022 ini diharapkan bisa selesai dan mampu memetakan saluran drainase yang kerap membuat banjir.
"Kan katanya sudah dapat lampu kuning juga (jacking Suhat) tuntaskan saja dulu," tandasnya menanggapi rencana pembangunan Underpass oleh Pemkot Malang. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Deasy Mayasari |