TIMES MALANG, MALANG – Masih banyak cara untuk mencari keadilan soal Tragedi Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 lalu. Peristiwa yang telah menewaskan 135 jiwa tersebut hingga kini masih dianggap abu-abu soal keadilan para korban.
Tak hanya mencari keadilan lewat turun jalan maupun jalur hukum. Namun, melalui poster dan spanduk yang terpasang di setiap sudut wilayah Malang pun bisa menjadi alternatif jitu guna mencari keadilan dan merawat ingatan tentang tragedi kelam tersebut.
Pantauan TIMES Indonesia, sejumlah poster dan spanduk soal usut tuntas Tragedi Kanjuruhan masih terpasang di setiap sudut wilayah Malang.
Ratusan poster yang menutupi seluruh bagian pos polisi di kawasan perempatan Rajabali. (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)
Tragedi Kanjuruhan yang sudah berlalu hampir 5 bulan ini, ternyata tak membuat padam bara sejumlah warga Malang untuk terus melawan dan mencari keadilan bagi para korban.
Terlihat spanduk bertuliskan 'Gas Air Mata vs Air Mata Ibu #usut_tuntas' masih terpampang jelas di kawasan Jembatan Peler yang menghubungkan wilayah Oro-oro Dowo dan Samaan, Kota Malang.
Kemudian, ratusan poster bertemakan usut tuntas Tragedi Kanjuruhan pun juga terlihat menempel penuh di dua pos polisi kawasan Jalan Basuki Rahmat.
Pertama, poster tersebut menutup penuh di Pos Polisi dekat kawasan Kantor PLN Kota Malang dan satu lagi terlihat menutup penuh di Pos Polisi kawasan perempatan Rajabali Kota Malang.
Di sepanjang Jalan Basuki Rahmat atau Kayutangan Heritage tersebut juga menempel bendera bertemakan usut tuntas yang terpasang di hampir seluruh lampu hias kawasan tersebut.
Adapun spanduk besar bertuliskan 'Gas Air Mata Matamu Cok' yang terpampang jelas di jembatan penyebrangan kawasan Patung Chairil Anwar Jalan Basuki Rahmat, Kota Malang.
Salah satu warga bernama Arjuna (24) saat ditemui TIMES Indonesia mengatakan bahwa spanduk-spanduk dan poster soal usut tuntas Tragedi Kanjuruhan ini memang sudah banyak berkurang ketimbang di beberapa bulan awal pasca Tragedi 1 Oktober 2022 lalu.
"Iya saya lihat masih ada, tapi sudah jarang gak kayak dulu. Dulu dimana-mana pasti ada dan penuh. Tapi sekarang cuma beberapa aja," ujar Arjuna, Kamis (16/2/2023).
Meski sudah terlihat jarang, Arjuna mengaku sangat salut atas segala perjuangan warga Malang untuk terus mencari keadilan dan merawat ingatan atas tewasnya 135 nyawa.
"Saya salut tapi mas, banyak yang masih terus berjuang. Saya juga lihat terus bagaimana progresnya dan semoga mendapat keadilan yang diinginkan," ucapnya.
Sementara, spanduk-spanduk soal Tragedi Kanjuruhan ini ternyata tak hanya terlihat di tengah Kota Malang saja.
Seperti halnya di kawasan belakang Arema Pasar Besar Malang. Terdapat sejumlah spanduk yang masih terpasang rapih, yakni bertuliskan 'Polisi Baik Adalah Polisi Tidur', 'Karma Itu Nyata Pak. Gak Kenek Umak Yo Kenek Keluargamu !!', dan 'Allah Maha Adil, 135 Nyawa Bukan Guyonan'.
Lalu, adapun spanduk-spanduk Tragedi Kanjuruhan yang juga terpampang di kawasan Ciptomulyo Kota Malang.
Spanduk tersebut bertuliskan 'Bayar Air Mata Kami Dengan Keadilan. Malang Kucecwara ! Tuhan Menghancurkan Yang Batil'.
Sebagai informasi, kini perkara Tragedi Kanjuruhan dalam laporan Model A atau laporan polisi sudah memasuki persidangan di tahap pembuktian dan penentuan.
Sidang Tragedi Kanjuruhan tersebut digelar di PN Surabaya, terakhir pada Selasa (14/2/2023) lalu dengan menghadirkan ketiga terdakwa dari pihak kepolisian. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mencari Keadilan Lewat Spanduk dan Poster Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Imadudin Muhammad |