TIMES MALANG, MALANG – Puluhan anak muda yang biasa beraktivitas di jalan tampak singgah di Masjid Teduh Jenggolo, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jumat (14/3/2025) sore. Tidak seperti jamaah masjid pada umumnya, mereka datang dengan pakaian seadanya, sebagian bertato, dan beberapa membawa alat musik gitar kecil yang selalu menemani aktivitas mereka.
Namun, tak ada raut canggung di wajah mereka. Sebaliknya, mereka terlihat nyaman, menikmati suasana silaturahmi di dalam rumah Allah SWT.
Mendekatkan Diri Tanpa Rasa Canggung
Para pemuda yang hadir merupakan anak punk dan pengamen yang biasa berkegiatan di kawasan Pasar Kepanjen serta pertokoan sekitarnya. Kehadiran mereka di masjid bukan sekadar persinggahan, tetapi bagian dari kegiatan mengaji bareng yang diinisiasi oleh Yayasan Embong Apik Malang.
"Hari ini mereka berkumpul, bisa bersilaturahmi. Mereka senang karena merasa tetap dihargai dan diorangkan sebagai sesama muslim. Mereka bersyukur masih ada yang peduli," ujar Ustadz Ajang Kusmana, yang menjadi pengisi dakwah dalam kegiatan tersebut.
Selain pesan-pesan kebaikan dari Ustadz Ajang, motivasi hidup positif juga disampaikan oleh Prof. Wahyudi Siswanto, seorang motivator dan konsultan pendidikan yang juga penasihat Embong Apik.
"Setidaknya mereka masih mempertahankan syahadatnya. Selanjutnya, memang butuh proses. Mereka masih harus berjuang hidup, dan itu bukan hal yang salah," tambah Ustadz Ajang, yang juga pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang.
Menanamkan Kebaikan, Bukan Sekadar Mengajak Ibadah
Kegiatan ini juga didukung oleh Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang, yang diketuai oleh H. Ajang Kusmana. Setelah sesi mengaji bersama, para peserta mendapatkan bingkisan sembako dan sarung, yang diberikan oleh Lazismu PDM Kabupaten Malang.
Ketua Yayasan Embong Apik, Grienny Nuradi A., mengungkapkan bahwa program ini telah berlangsung selama empat tahun sebagai bagian dari misi merangkul dan menanamkan nilai-nilai kebaikan bagi kelompok marginal, tanpa memandang status sosial.
"Sehari-hari mereka di jalan, bukan berarti melupakan identitasnya sebagai hamba Allah SWT. Kami ingin tetap menanamkan nilai-nilai baik kepada mereka," ujar Grienny.
Tak hanya mengajak mereka untuk kembali ke masjid, Embong Apik juga membuka peluang penghidupan lebih baik bagi mereka. Beberapa kali, anak punk dan pengamen ini difasilitasi dengan berbagai pelatihan keterampilan agar mereka bisa mandiri dan mendapatkan penghidupan yang lebih layak.
Lewat kegiatan ini, semangat dakwah dan kepedulian sosial berpadu dalam aksi nyata. Dengan pendekatan yang tanpa menghakimi, para pemuda jalanan ini diberikan ruang untuk tetap merasakan kehangatan silaturahmi, sekaligus peluang untuk masa depan yang lebih baik. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |