TIMES MALANG, MALANG – Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi menjadi fondasi utama sebuah peradaban. Hal itu disampaikan oleh Ach Dhofir Zuhry, penulis buku Literasi Timur (Bukan) Untuk Pemalas, dalam kegiatan Ngaji Literasi yang digelar dalam rangka Semarak 1 Dekade TIMES Indonesia di Pondok Pesantren Al-Hikmah Lil Muttaqin, Kuwolu, Bululawang, Kabupaten Malang, Rabu (18/6/2025).
Pria yang akrab disapa Gus Dhofir itu membuka sesi ngaji dengan pertanyaan reflektif: “Kenapa kita harus punya karya, punya peninggalan?” Menurutnya, karya literasi adalah tolok ukur sebuah peradaban. Tanpa karya, umat akan tertinggal dan peradaban akan stagnan.
“Peradaban diukur dari peninggalan tulisannya. Kenapa umat lain bisa maju, sementara umat kita seolah mundur? Salah satunya karena rendahnya budaya literasi,” ujar Gus Dhofir di hadapan para santri dan tamu undangan.
Dia mengutip riset dari UNICEF yang menyebutkan bahwa dari 1.000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang memiliki kebiasaan membaca. Fakta ini menjadi tantangan besar sekaligus alarm bagi bangsa Indonesia untuk segera memperkuat budaya literasi sejak dini.
Untuk itu, dalam kesempatan tersebut, dia banyak memberikan motivasi kepada para pemuda agar mulai memaksa diri untuk suka membaca. Bisa dimulai dengan membaca apapun yang dia suka, tidak terpatok pada bacaan yang ilmiah atau sebagainya.
“Membaca itu titik awal. Mulailah dengan membaca apa saja: koran, buku, atau bahkan label kemasan. Dari kebiasaan kecil itu akan tumbuh kesadaran besar akan pentingnya ilmu,” ungkapnya.
Dalam forum yang sama, hadir pula Jarwati, Manajer Redaksi dan Produksi Non Fiksi dari Elex Media Komputindo, yang turut memberikan pemaparan seputar dunia penerbitan dan tantangan literasi di era digital.
Jarwati menegaskan pentingnya kolaborasi antara pesantren, media, dan penerbit dalam menumbuhkan semangat menulis di kalangan generasi muda, terutama santri. Ia juga mendorong agar potensi lokal diangkat dalam bentuk tulisan dan diterbitkan untuk memperkuat jati diri bangsa.
"Untuk bisa menerbitkan buku ini tentu harus melewati tahapan yang panjang. Sehingga seorang penulis harus memahami tahapan dan langkahnya," ujarnya.
Kegiatan Ngaji Literasi ini merupakan bagian dari peringatan satu dekade TIMES Indonesia yang berkomitmen mendukung gerakan literasi nasional. Selain menyelenggarakan forum-forum literasi, media ini juga aktif mempublikasikan tulisan dari santri, guru, dan penulis pemula untuk memperluas ruang publik literasi. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |