TIMES MALANG, MALANG – Pemuda bernama Muhammad Rizky Fatchurozy (25) asal Jalan Ir Rais Gang 14, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, ini diketahui cukup gemar mengoleksi barang-barang antik, khususnya radio lawas.
Mengikuti jejak sang ayah bernama Muhammad Cholil, pemuda yang akrab disapa Ozy ini memiliki sekitar 160 unit radio lawas mulai dari buatan tahun 1900-an.
Saat TIMES Indonesia berkunjung ke rumahnya, nampak banyak sekali barang antik tertata rapi di galeri rumahnya. Beragam merek dan jenis radio tabung hingga transistor pun cukup menarik mata yang memandang.
Kepada TIMES Indonesi, Ozy menceritakan kegemarannya ini memang menurun dari sang ayah yang sudah mulai mengkoleksi barang antik sejak tahun 1996 silam.
"Dulu tahun 1996-an itu sempat numpuk terus dirombengkan. Kemudian bapak saat tahun 2006 itu mikir kok ternyata radio ini ditata rapi kelihatan bagus, akhirnya mulai mengumpulkan lagi sampai ada yang tertarik dari para kolektor," ujar Ozy, Sabtu (11/2/2023).
Dilihat secara detail, ternyata di dalam galeri milik Ozy dan sang ayah juga terdapat alat pemutar musik lawas seperti fonograf hingga gramofon yang memang cukup langkah dan bernilai tinggi.
Ratusan radio lawas miliknya pun diketahui buatan dari berbagai negara, mulai dari Perancis, Jerman hingga Amerika.
"Kalau koleksi macam-macam. Radio tabung itu ada dari Jerman merk-nya Telefunken keluaran tahun 1944. Ada radio Philips, kompas itu tahun 1946. Kalau yang radio transistor ada yang mulai keluaran tahun 1967," ungkapnya.
Ia mendapatkan ratusan radio lawas tersebut dari Indonesia hingga luar negeri. Biasanya, ada saja orang yang menawarkan untuk dijual atau membeli barang miliknya melalui media sosial. Ozy pun mengaku juga sering mengikuti lelang online untuk mendapatkan barang-barang antik tersebut.
"Sekarang saya lebih senang dapat barang lewat lelang, itu ada sensasinya. Pernah dapat harga cuma Rp300 ribu, tapi karena sampai Indonesia dan kena pajak ya jadi Rp1,2 juta," katanya.
Berawal dari kegemaran koleksi dari sang ayah dan Ozy, kini barang-barang tersebut menjadi bernilai investasi untuk diperjual belikan.
Harga yang Ozy tawarkan bisa bernilai hingga belasan juta rupiah dan tentu banyak juga kolektor dari berbagai daerah di Indonesia mampir dan memburu barang-barang koleksi Ozy.
"Banyak yang cari kesini, ada pernah dari Brunei. Saya kan juga koleksi piringan hitam, pernah ada orang Malaysia ya cari kesini. Ada juga yang cari koin lawas dan barang antik lainnya," katanya.
Sementara, saat disinggung soal perawatan barang-barang lawas tersebut, Ozy mengaku memang gampang-gampang susah. Sebab, tukang Service radio-radio lawas di wilayah Malang memang sudah jarang ditemui.
"Ya kalau saya biasanya dibersihkan, pakai kuas halus luar dan dalam. Kemudian minimal satu bulan sekali dinyalakan biar kena setrum, kalau lama didiamkan ya rusak. Kalau gramafon, jangan lupa diberi minyak singer di mesinnya," bebernya.
Selain itu, Galeri miliknya juga kerap kali didatangi anak-anak sekolah hingga mahasiswa untuk belajar barang-barang antik.
Tentu, Ozy yang sudah malang melintang mengikuti jejak sang Ayah jadi banyak belajar bagaimana cara merawat hingga membedakan barang-barang palsu atau asli.
Sebab, hal itu penting dilakukan karena memang selama ini banyak sekali penipuan yang mengatasnamakan barang asli tapi ternyata saat dilihat palsu.
"Rugi saya pernah, ada orang jual ke saya bilang kondisi bagus, tapi setelah dibeli ternyata speakernya jebol. Jadi harus benar-benar teliti kalau beli," tandas pemuda asal Kota Malang ini.(*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ronny Wicaksono |