https://malang.times.co.id/
Opini

Hardiknas 2025: Arah Baru Pendidikan Pacitan

Sabtu, 03 Mei 2025 - 12:32
Hardiknas 2025: Arah Baru Pendidikan Pacitan Sulis Styorini, S.Pd., M.Si., Pemerhati masalah sosial, perempuan dan anak, Ketua KPU Kab. Pacitan Periode 2019-2024 dan Pengurus Forhati Wilayah Jawa Timur.

TIMES MALANG, PACITAN – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, menjadi momen penting untuk mengevaluasi dan merencanakan masa depan pendidikan di Indonesia. Bagi Kabupaten Pacitan, pendidikan bukan hanya alat untuk mencerdaskan generasi muda, tetapi juga fondasi utama dalam membangun kemajuan daerah. 

Dalam konteks ini, Pacitan memerlukan arah baru dalam sistem pendidikannya, arah yang tidak hanya responsif terhadap kebutuhan lokal, tetapi juga selaras dengan visi nasional. Hal ini juga sejalan dengan visi kepemimpinan Pacitan saat ini yakni Pacitan Semakin Sejahtera Bahagia pada poin membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), telah merancang berbagai kebijakan pendidikan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

Salah satu fokus utama adalah transformasi digital dalam pendidikan. Program seperti Bantuan Pembelajaran Digital Kolaboratif (PDK) Tahun 2025 bertujuan meningkatkan kapasitas institusi pendidikan melalui teknologi. 

Selain itu, penguatan pendidikan vokasi menjadi prioritas untuk mempersiapkan tenaga kerja yang kompeten, sementara pendidikan karakter ditekankan untuk membentuk generasi yang berintegritas.

Kurikulum Merdeka, yang memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan guru, juga menjadi andalan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kebijakan ini didukung oleh upaya pemerataan akses pendidikan, termasuk wajib belajar 13 tahun, yang diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendidikan di seluruh Indonesia.

Sinkronisasi dan Implementasi Program Pendidikan Nasional di Pacitan

Di Pacitan, pendidikan menghadapi tantangan khas daerah rural, seperti keterbatasan infrastruktur, akses terbatas ke teknologi, dan distribusi tenaga pendidik yang belum merata. Pemerintah Kabupaten Pacitan telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengatasi masalah ini, seperti renovasi fasilitas sekolah dan program pelatihan guru. 

Kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan masih menjadi isu utama. Sekolah-sekolah di desa sering kali kekurangan sumber daya, baik dari segi fasilitas maupun tenaga pengajar yang berkualitas. Oleh karena itu, Pacitan perlu merumuskan rencana yang lebih komprehensif untuk memastikan bahwa setiap anak mendapatkan pendidikan yang layak, sejalan dengan semangat Hari Pendidikan Nasional.

Sinkronisasi antara program lokal Pacitan dan kebijakan nasional bukan sekadar formalitas, melainkan kebutuhan strategis. Dengan mengadopsi Kurikulum Merdeka, misalnya, Pacitan dapat memastikan bahwa siswanya mendapatkan pendidikan yang relevan dengan tuntutan zaman. 

Sinkronisasi ini juga membuka peluang bagi Pacitan untuk mendapatkan dukungan dana dan teknis dari pemerintah pusat. Tanpa keselarasan ini, upaya lokal berisiko menjadi terfragmentasi dan kurang efektif. 

Sebagai contoh, program nasional seperti Sekolah Rakyat yang bertujuan memperluas akses pendidikan bagi keluarga miskin dapat menjadi solusi bagi anak-anak di pelosok Pacitan jika diterapkan dengan baik. Selain itu Sekolah Rakyat juga menjadi harapan baru bagi keadilan dan pemeraatan Pendidikan di Pacitan.

Sementara itu implementasi program nasional di Pacitan telah menunjukkan hasil yang beragam. Hal ini tentu menjadi hal yang wajar karena pasti diperlukan adaptasi terhadap sesuatu yang baru misalnya penerapan kurikulum yang silih berganti. 

Di sisi lain, inisiatif digitalisasi pendidikan mulai diterapkan, meskipun terkendala oleh akses internet yang terbatas di beberapa wilayah perdesaan. Keberhasilan implementasi ini sangat bergantung pada kemampuan Pacitan untuk mengatasi kendala lokal sambil memanfaatkan sumber daya nasional.

Potensi dan Prestasi Pendidikan Pacitan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2024: IPM Pacitan mencapai 71,02, dengan pendidikan sebagai salah satu komponen utama. Ini menunjukkan peningkatan dari dua tahun sebelumnya yakni 70,19 di tahun 2022 dan 70,94 pada tahun 2023.

Harapan Lama Sekolah (HLS) untuk penduduk usia 7 tahun juga mengalami peningkatan dari 12,68 tahun (2023) menjadi 12,69 tahun (2024), menunjukkan sedikit kemajuan dalam akses pendidikan.

Data statistik Kabupaten Pacitan juga menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, tetapi masih ada disparitas yang signifikan. Di wilayah perkotaan, fasilitas pendidikan relatif lebih baik, sementara di perdesaan, beberapa sekolah kekurangan tenaga pengajar dan sarana belajar. 

Selain itu, angka putus sekolah di tingkat menengah masih cukup tinggi, terutama di kalangan keluarga dengan ekonomi lemah. Data ini menjadi cermin bahwa Pacitan perlu mempercepat perbaikan sistem pendidikannya agar tidak tertinggal dari daerah lain.

Meski menghadapi berbagai kendala, Pacitan telah mencatat sejumlah prestasi yang membanggakan. Siswa-siswa dari kabupaten ini berhasil meraih penghargaan dalam Olimpiade Sains Nasional maupun Internasional, menunjukkan potensi akademik yang besar. 

Program pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam kurikulum juga mulai membuahkan hasil, dengan banyak siswa menunjukkan sikap disiplin dan tanggung jawab yang baik. Prestasi ini menjadi bukti bahwa, dengan dukungan yang tepat, generasi muda Pacitan mampu bersaing di tingkat nasional bahkan Internasional. Keberhasilan ini juga meningkatkan citra Pacitan sebagai daerah yang serius dalam mengembangkan pendidikan.

Arah Baru Pendidikan Pacitan

Untuk menuju arah baru, Pacitan perlu mengambil langkah konkret. Pertama, investasi dalam infrastruktur pendidikan, terutama di perdesaan, harus ditingkatkan. Pembangunan sekolah, penyediaan akses internet, dan distribusi buku pelajaran adalah beberapa hal yang mendesak. Kerjasama dengan sektor swasta atau organisasi non-pemerintah dapat mempercepat penyediaan ruang kelas, perpustakaan, dan akses internet. 

Kedua, Pengembangan kualitas guru. Pelatihan guru harus menjadi prioritas. Guru yang terlatih dengan baik akan mampu mengimplementasikan kurikulum modern dan memanfaatkan teknologi secara efektif. Insentif khusus dapat diberikan kepada guru yang bersedia mengajar di daerah terpencil untuk memastikan distribusi yang merata. 

Ketiga, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu diperkuat untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif. Pemerintah daerah harus lebih terbuka dalam mengalokasikan dana agar kepercayaan masyarakat terjaga.

Untuk mewujudkan arah baru ini diperlukan kolaborasi multi-pihak dengan melibatkan pemerintah daerah, sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan. Monitoring berkala juga penting dilakukan dengan membentuk tim khusus untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi dampak program terhadap kualitas Pendidikan di Pacitan. Yang terakhir adalah transparansi yakni pengelolaan anggaran pendidikan secara efektif efisien serta akuntabel.

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan masa depan Pacitan. Hari Pendidikan Nasional menjadi pengingat bahwa setiap anak berhak mendapatkan pendidikan berkualitas, tanpa terkecuali. Dengan menyinkronkan program lokal dan nasional, Pacitan dapat mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh kebijakan pemerintah pusat. 

Transformasi digital, penguatan vokasi, dan pendidikan karakter adalah pilar-pilar yang dapat membawa Pacitan menuju arah baru dalam pendidikan. Namun, semua ini hanya akan tercapai jika ada komitmen bersama dari semua pihak pemerintah, pendidik, dan masyarakat. Mari jadikan pendidikan sebagai jembatan menuju Pacitan yang lebih maju, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

***

*) Oleh : Sulis Styorini, S.Pd., M.Si., Pemerhati masalah sosial, perempuan dan anak, Ketua KPU Kab. Pacitan Periode 2019-2024 dan Pengurus Forhati Wilayah Jawa Timur. 

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.