TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Seratus hari pemerintahan yang baru telah berjalan, membawa berbagai evaluasi terhadap kinerja kementerian dan kebijakan yang diterapkan, termasuk di bidang pendidikan.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga survei, Kemendikdasmen menjadi salah satu kementerian yang menunjukkan sikap positif di 100 hari kerja pertama. Tidak hanya itu, Mendikdasmen Abdul Mu'ti juga turut diapresiasi dan terpilih menjadi salah satu menteri dengan kinerja baik.
Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diperkenalkan oleh Kemendikdasmen merupakan langkah strategis dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter kuat.
Di tengah perubahan global yang begitu cepat serta tantangan yang semakin kompleks, menanamkan kebiasaan-kebiasaan dasar menjadi kunci dalam membangun individu yang sehat, mandiri, dan bertanggung jawab.
Melalui kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat, program ini memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan karakter anak yang seimbang secara mental, fisik, dan sosial.
Namun, keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada kualitas kebijakan yang dirancang, tetapi juga pada bagaimana kebijakan tersebut diterima dan diterapkan oleh masyarakat. Misalnya, di beberapa daerah yang telah aktif mengadopsi program ini, sekolah-sekolah mulai menerapkan jadwal harian yang mengintegrasikan kebiasaan seperti olahraga pagi dan membaca sebelum memulai pelajaran.
Selain itu, beberapa komunitas telah melibatkan orang tua dalam kelompok diskusi untuk mendukung penerapan kebiasaan ini di rumah. Dengan adanya inisiatif konkret seperti ini, efektivitas program dapat lebih terukur dan memberikan dampak nyata bagi perkembangan anak-anak Indonesia.
Sayangnya, kebiasaan-kebiasaan yang tampak sederhana ini sering kali terlupakan atau dianggap remeh dalam kehidupan sehari-hari anak-anak Indonesia. Padahal, kebiasaan ini adalah fondasi penting bagi pembentukan karakter yang akan memengaruhi kualitas hidup mereka di masa depan.
Oleh karena itu, perubahan yang perlu dilakukan tidak hanya terletak pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada perubahan pola pikir di tingkat keluarga, sekolah, dan masyarakat secara luas.
Keluarga memiliki peran utama dalam mengajarkan nilai-nilai dasar ini, karena rumah adalah tempat pertama bagi anak untuk belajar disiplin, tanggung jawab, dan kebiasaan baik.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan juga harus menjadi ruang yang mendorong penerapan kebiasaan-kebiasaan ini dalam keseharian siswa, baik melalui kegiatan pembelajaran formal maupun aktivitas ekstrakurikuler.
Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana mengedukasi masyarakat luas tentang pentingnya kebiasaan ini, terutama bagi orang tua dan pendidik yang mungkin belum sepenuhnya memahami manfaatnya.
Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan adalah melalui program edukasi berbasis komunitas, seperti lokakarya parenting di tingkat RT/RW atau pelatihan bagi guru di sekolah-sekolah tentang cara mengintegrasikan kebiasaan ini dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, menjaga konsistensi dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi tantangan tersendiri, mengingat banyaknya faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku anak, seperti akses terhadap makanan sehat, ketersediaan fasilitas olahraga, serta pola tidur yang cukup.
Oleh karena itu, selain kebijakan yang dirancang oleh pemerintah, diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk masyarakat dan sektor swasta, untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kebiasaan ini.
Keberhasilan program ini bukan hanya tentang menciptakan kebiasaan, tetapi juga bagaimana kebiasaan tersebut menjadi bagian dari nilai-nilai hidup anak-anak.
Melalui kebiasaan beribadah, misalnya, anak-anak dapat belajar tentang nilai-nilai spiritualitas yang membimbing mereka menuju kehidupan yang lebih bermakna dan penuh rasa syukur.
Sementara itu, kebiasaan bermasyarakat mengajarkan pentingnya gotong royong, empati, dan kepedulian terhadap sesama, yang menjadi kunci dalam membentuk karakter sosial yang kuat.
Kebiasaan-kebiasaan ini akan menjadi bekal penting yang menemani anak-anak dalam perjalanan hidup mereka dan berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan beradab.
Dengan demikian, program 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat bukan sekadar agenda nasional dari pemerintah, tetapi juga sebuah panggilan bagi setiap elemen masyarakat untuk berperan aktif dalam membentuk generasi muda yang tangguh dan siap menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
***
*) Oleh : Hilma Fanniar Rohman, Dosen Universitas Ahmad Dahlan, Peneliti Penggiat Pendidikan Indonesia (PUNDI).
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |