https://malang.times.co.id/
Opini

Ramadan dan Literasi di Zaman Nabi

Rabu, 12 Maret 2025 - 15:15
Ramadan dan Literasi di Zaman Nabi Moh Nur Fauzi, S.H.I., M.H., Dosen Studi Islam dan Filsafat Ilmu Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.

TIMES MALANG, BANYUWANGI – Ramadan merupakan bulan yang istimewa dalam sejarah Islam, bukan hanya karena kewajiban puasa, tetapi juga karena momen turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada 17 Ramadan, Malaikat Jibril menyampaikan ayat pertama dari Surah Al-Alaq kepada Rasulullah di Gua Hira, yang berbunyi: "Iqra’ bismi rabbika alladzi khalaq" (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan). Ayat ini menjadi tonggak awal literasi dalam Islam.

Nabi Muhammad SAW sendiri tidak bisa membaca dan menulis, tetapi beliau memiliki pemahaman mendalam terhadap ilmu dan informasi yang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa literasi dalam Islam tidak hanya sebatas membaca teks, tetapi juga pemahaman dan implementasi ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam sejarah, banyak sahabat yang menjadi pencatat wahyu, seperti Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, dan Abdullah bin Mas’ud. Mereka berperan dalam mendokumentasikan Al-Qur’an, sehingga penyebaran wahyu dapat dilakukan dengan tertib dan sistematis. Proses ini menunjukkan bagaimana budaya literasi sangat diperhatikan sejak awal perkembangan Islam.

Pada masa Nabi, literasi juga diterapkan dalam berbagai bentuk, termasuk dalam perjanjian dan administrasi. Perjanjian Hudaibiyah, misalnya, menjadi contoh nyata bagaimana pentingnya pencatatan dalam Islam.

Ketika perjanjian ini ditulis, Nabi Muhammad meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi penulis, sementara Suhail bin Amr dari pihak Quraisy juga memantau isi perjanjian tersebut. Ini menunjukkan bahwa budaya menulis dan membaca sudah menjadi bagian dari praktik sosial di zaman Nabi.

Selain itu, upaya literasi di masa Nabi juga diperkuat dengan perintah beliau kepada para tawanan perang Badar yang bisa membaca dan menulis. Mereka diperintahkan untuk mengajarkan anak-anak Muslim menulis sebagai syarat pembebasan mereka.

Kebijakan ini membuktikan bahwa literasi memiliki nilai yang tinggi dalam Islam dan menjadi strategi penting dalam membangun masyarakat yang berpengetahuan.

Dalam berbagai literatur Islam, literasi menjadi bagian tak terpisahkan dari ajaran agama. Dalam Al-Qur’an, banyak ayat yang menekankan pentingnya membaca, menulis, dan berpikir kritis.

Selain Surah Al-Alaq, terdapat juga ayat dalam Surah Al-Mujadalah ayat 11 yang menegaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.

Hadis-hadis Nabi juga banyak yang menyinggung pentingnya literasi dan ilmu pengetahuan. Salah satu hadis terkenal menyebutkan: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah). Hadis ini menunjukkan bahwa Islam menghendaki umatnya untuk memiliki wawasan yang luas, baik dalam ilmu agama maupun ilmu dunia.

Kitab-kitab sejarah Islam seperti Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam dan Tarikh al-Rusul wa al-Muluk karya Ath-Thabari juga mengungkapkan bagaimana proses literasi berkembang di zaman Nabi.

Dalam kitab-kitab ini dijelaskan bahwa Rasulullah SAW memiliki sejumlah sahabat yang bertugas mencatat wahyu, pidato, serta berbagai peristiwa penting dalam Islam.

Selain itu, literatur klasik Islam seperti Muqaddimah karya Ibnu Khaldun juga menyoroti bagaimana budaya membaca dan menulis menjadi salah satu faktor utama dalam kemajuan peradaban Islam. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa ilmu pengetahuan dan literasi adalah kunci utama dalam membangun masyarakat yang maju.

Secara teori, literasi dalam Islam dapat dikaitkan dengan berbagai konsep pendidikan yang berkembang dalam peradaban Islam. Salah satu teori utama adalah konsep Iqra’ sebagai perintah untuk membaca, memahami, dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Teori ini tidak hanya mencakup literasi dalam arti harfiah, tetapi juga literasi moral dan spiritual.

Beberapa pemikir Islam seperti Al-Farabi, Al-Ghazali, dan Ibnu Sina juga menekankan pentingnya ilmu dan literasi dalam kehidupan manusia. Al-Farabi, dalam Al-Madina al-Fadhila, menyatakan bahwa masyarakat ideal adalah masyarakat yang berpengetahuan dan memiliki kesadaran intelektual yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa literasi tidak hanya sekadar keterampilan teknis, tetapi juga bagian dari pembentukan karakter dan peradaban.

Ibnu Sina, dalam karyanya Kitab al-Shifa, menegaskan bahwa pendidikan dan literasi adalah jalan menuju kebahagiaan dan kesempurnaan manusia. Ia berpendapat bahwa seseorang harus menguasai ilmu pengetahuan sebelum dapat memahami dan menjalankan agama dengan baik.

Al-Ghazali, dalam Ihya Ulumuddin, menekankan bahwa ilmu harus diajarkan dengan metode yang benar dan sesuai dengan prinsip Islam. Ia juga mengkritik orang-orang yang hanya membaca tanpa memahami atau mengamalkan ilmunya, yang menunjukkan bahwa literasi bukan sekadar membaca tetapi juga merenungkan dan mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam konteks kekinian, literasi masih menjadi isu yang sangat relevan, terutama di bulan Ramadan. Banyak umat Muslim yang memanfaatkan bulan ini untuk meningkatkan kegiatan literasi mereka, seperti membaca Al-Qur’an, menghadiri kajian keislaman, dan menulis refleksi spiritual.

Di era digital, literasi juga mengalami pergeseran dari sekadar membaca buku fisik menjadi membaca informasi digital. Tantangan utama dalam era ini adalah bagaimana memastikan bahwa informasi yang dikonsumsi memiliki kredibilitas dan kebenaran yang jelas. Banyaknya hoaks dan informasi palsu yang beredar di media sosial menuntut umat Muslim untuk lebih selektif dalam membaca dan memahami informasi.

Selain itu, semangat literasi di bulan Ramadan juga dapat dikaitkan dengan peningkatan literasi keagamaan dan sosial. Kegiatan seperti tadarus Al-Qur’an, kajian online, serta gerakan literasi Islam di media sosial semakin marak dilakukan, yang menunjukkan bahwa Ramadan masih menjadi momentum untuk memperkuat budaya membaca dan menulis.

Implementasi literasi di bulan Ramadan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu yang paling umum adalah gerakan one day one juz, di mana umat Muslim diajak untuk membaca satu juz Al-Qur’an setiap hari.

Program ini tidak hanya meningkatkan keterampilan membaca Al-Qur’an tetapi juga memperkuat pemahaman terhadap isi kitab suci.

Selain itu, banyak lembaga pendidikan Islam yang mengadakan program literasi selama Ramadan, seperti seminar, lomba menulis islami, dan workshop membaca kitab kuning. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan wawasan keislaman sekaligus memperkuat budaya menulis di kalangan santri dan pelajar Muslim.

Di tingkat masyarakat, gerakan wakaf buku dan penyebaran literasi Islam juga menjadi salah satu bentuk implementasi nyata dari semangat literasi Ramadan. Banyak komunitas Muslim yang mengadakan program berbagi buku Islami kepada anak-anak kurang mampu, sehingga mereka dapat memiliki akses terhadap bacaan yang berkualitas.

Walhasil, Ramadan tidak hanya menjadi bulan ibadah tetapi juga bulan literasi. Sejarah menunjukkan bahwa literasi sudah menjadi bagian penting dalam Islam sejak zaman Nabi.

Dengan memahami dan mengaplikasikan semangat literasi dalam kehidupan modern, umat Islam dapat terus berkembang menjadi masyarakat yang cerdas, berpengetahuan, dan berakhlak mulia.

***

*) Oleh : Moh Nur Fauzi, S.H.I., M.H., Dosen Studi Islam dan Filsafat Ilmu Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.