https://malang.times.co.id/
Opini

Gemas di Mata Kita, Mangsa di Mata Mereka

Rabu, 04 Juni 2025 - 10:25
Gemas di Mata Kita, Mangsa di Mata Mereka Mahsun Arifandy, Mahasiswa Magister Psikologi, UMM.

TIMES MALANG, MALANG – Masa kanak-kanak adalah fase kehidupan yang penuh keceriaan dan kepolosan. Di sinilah anak mengalami pertumbuhan pesat secara fisik, emosional, dan kognitif. Tak heran, masa ini kerap disebut sebagai golden age. Anak menjadi sangat peka, mudah menyerap informasi, dan mengingat hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Namun, di balik dunia anak yang tampak menyenangkan, terselip ancaman yang tak kasat mata: pedofilia. Bahaya ini bukan hanya mengintai dari luar, melainkan bisa datang dari orang-orang terdekat-termasuk mereka yang ada di lingkaran media sosial kita.

Saat ini, sudah menjadi hal lumrah bagi orang tua membagikan momen kebersamaan bersama anak di platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook. Tujuannya tentu sekadar ingin berbagi kebahagiaan, mengabadikan momen lucu dan menggemaskan sang buah hati. Tapi, pernahkah kita berpikir ulang soal risiko dari unggahan tersebut?

Tanpa disadari, foto atau video anak yang kita unggah dapat menjadi bahan konsumsi bagi para predator seksual. Apalagi jika kontennya memperlihatkan anak dalam kondisi tidak pantas, seperti sedang mandi, hanya mengenakan pakaian minim, atau sedang dalam posisi yang rentan.

Di sinilah letak kelalaian yang sering terjadi. Kita lupa bahwa dunia maya menyimpan mata-mata tak terlihat, termasuk para pedofil yang siap menjadikan anak kita sebagai target berikutnya.

Menurut Prof. Bülent Tansel, Ph.D., akademisi sekaligus mantan anggota Interpol-pedofilia adalah gangguan seksual yang tidak bisa disembuhkan. Maka, yang bisa kita lakukan adalah membentengi anak-anak dari potensi ancaman tersebut. Bahkan, tak sedikit kasus di mana pelaku adalah orang tua kandungnya sendiri. Miris, bukan?

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Pertama, jaga privasi anak di dunia digital. Jangan sembarangan mengunggah foto atau video yang bisa disalahgunakan. Pikirkan ulang sebelum membagikan konten anak ke publik. Pastikan pakaian anak sopan dan latar situasi tidak memperlihatkan hal yang sensitif.

Kedua, edukasi anak tentang sentuhan baik dan buruk. Ajarkan mana bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain dan mana yang tidak. Gunakan bahasa sederhana dan sesuaikan dengan usia anak. Bangun komunikasi dua arah agar anak merasa aman untuk bercerita.

Ketiga, hentikan candaan yang berbau seksual di depan anak, sekecil apapun. Anak merekam semuanya-termasuk hal yang kita anggap “tidak penting”.

Terakhir, waspadai lingkungan sekitar. Jangan anggap semua orang bisa dipercaya hanya karena mereka dekat secara emosional maupun fisik. Pelaku kekerasan seksual terhadap anak sering kali adalah sosok yang tidak kita duga.

Anak adalah amanah, bukan komoditas konten. Sudah saatnya kita lebih bijak dalam bermedia sosial dan lebih protektif terhadap lingkungan anak. Jangan sampai kita menyesal karena terlambat menyadari: ternyata, pedofil sudah berada di sekitar kita.

***

*) Oleh : Mahsun Arifandy, Mahasiswa Magister Psikologi, UMM.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

 

 

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.