TIMES MALANG, MALANG – “Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.” Ungkapan Mohammad Hatta tersebut menggambarkan betapa pentingnya sebuah buku. Najwa Shihab (Duta Baca Indonesia 2016-2021) juga memberikan kalimat motivasi tentang membaca. “Cuma perlu satu buku untuk jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu, mari jatuh cinta.” Namun, faktanya adalah minat baca di Indonesia masih perlu ditingkatkan.
Berdasarkan data Institut Statistik UNESCO (UIS) yang dikutip dari Country Cassatte menyatakan bahwa tingkat literasi orang dewasa di Indonesia mencapai 95,44%. Indonesia berada di posisi ke-100 dari 208 negara yang dihimpun.
Peringkat Indonesia pun masih tertinggal dari negara ASEAN lainnya, seperti Singapura yang berada di urutan ke-84 dengan 96,77%, Brunei di peringkat ke-86 dengan 96,66%, dan Filipina di posisi ke-88 dengan 96,62%. Data tersebut menunjukan bahwa tingkat literasi di Indonesia masih perlu terus ditingkatkan.
Beberapa negara Eropa telah mengembalikan budaya membaca buku. Pemerintah Swedia pada Januari 2025 misalnya, membuat keputusan krusial dalam bidang pendidikan. Mereka kembali mengumumkan mengganti perangkat digital dan menggantinya dengan buku teks cetak di ruang kelas.
Perubahan ini terjadi karena kekhawatian soal pengaruh perangkat digital terhadap pembelajaran dan pertumbuhan siswa. Di tahun sebelumnya, Firlandia terlebih dahulu kembali menggunakan buku cetak.
Penggunaan perangkat digital memang tidak terelakan, terutama semenjak pandemi Covid-19. Anak sudah dibiasakan bersahabat dengan smartphone dan internet.
Anak-anak pun dapat dengan mudah memperoleh informasi secara singkat dengan hanya sekali “klik”. Hal ini menyebabkan anak-anak malas membaca buku dan kurang mampu memahami informasi secara detail dan menyeluruh.
Ada beberapa hal sederhana yang dapat meningkatkan minat baca anak demi menguatkan budaya literasi pada anak. Pertama, biasakan membaca rutin 30 menit sehari.
Kebiasaan-kebiasaan literasi juga dapat dihadirkan di dalam rumah. Semisal orang tua yang mewajibkan satu kelurga untuk membaca di jam-jam tertentu, seperti pukul 19.00-20.00.
Tidak perlu lama-lama untuk membiasakan hal ini, cukup 1 jam saja. Namun, keberhasilan kebiasaan literasi di rumah ini memerlukan peran dari seluruh anggota keluarga. Bila salah satu orang enggan melakukan kegiatan ini, maka dapat memengaruhi anggota keluarga lain.
Kedua, terus berlatih membaca dan mulai baca buku yang disuka. Kebiasaan membaca memang harus dibiasakan. Sebagai orang tua, kita bisa memberikan buku yang memang disukai anak sesuai dengan usainya.
Sebelum kita memberikan buku itu, kita bisa melihat ulasan buku tersebut. Hal lain yang bisa dilakukan adalah bersama sang anak ke toko buku dan membiarkannya memilih buku sesuai minatnya.
Ketiga, cari teman membaca. Lingkungan pertemanan juga memiliki andil terhadap minat baca anak. Memiliki teman yang suka membaca dapat memberikan dampak positif. Salah satunya dapat dengan bertukar buku yang dimiliki.
Hal positif lain yang di dapat adalah adanya teman diskusi setelah membaca sebuah buku dan adanya orang yang mau mendengar terhadap sudah pandang yang dimiliki si anak.
Keempat, membaca buku sebelum menonton film. Banyak sekali film-film yang diadaptasi dari novel. Sebelum sebuah film akan tayang, orang tua dapat memberikan novelnya terlebih dahulu. Dengan membaca novel terlebih dahulu, dapat mengasah imajinasi anak. Imajinasi yang baik dapat menumbuhkan kreativitas anak.
Membudayakan membaca buku pada anak di era globalisasi ini bukanlah perkara mudah. Ada banyak tantangan yang membendung keinginan anak untuk membaca. Namun, dengan resep yang tepat minat baca pada anak pasti akan tumbuh juga.
Pertanyaannya sekarang, maukah kita sebagai orang tua memberikan dan menelateni resep itu? Sebab, membaca merupakan hal yang penting, seperti pepatah populer mengatakan “membaca adalah jendela dunia” Ayo membaca.
***
*) Oleh : Wildan Pradistya Putra, Pendidik di Thursina International Islamic Boarding School (IIBS) Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainor Rahman |
Editor | : Hainorrahman |