https://malang.times.co.id/
Opini

Sinergi Perempuan untuk Energi Terbarukan dan Bumi yang Lestari

Rabu, 23 April 2025 - 10:22
Sinergi Perempuan untuk Energi Terbarukan dan Bumi yang Lestari Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M., Lecturer & Researcher Faculty of Law, Universitas Airlangga

TIMES MALANG, SURABAYA – Transisi energi bukan hanya urusan teknologi dan angka-angka. Di balik panel surya dan turbin angin, ada banyak kisah perempuan Indonesia yang menyalakan harapan akan masa depan lebih lestari. Tri Mumpuni membangun puluhan pembangkit listrik mikrohidro di desa-desa terpencil melalui IBEKA (Institut Bisnis dan Ekonomi Kerakyatan). 

Kelompok perempuan tani “Kaki Rinjani” di Lombok Tengah yang mengintegrasikan energi terbarukan ke dalam sistem pertanian berkelanjutan. Di Maluku, Maryam Karimah bekerja sebagai spesialis teknis energi terbarukan, memperluas akses listrik yang adil dan berbasis komunitas. 

Sementara itu, inisiatif WE for JET Indonesia (Women and Vulnerable Group Lead on Transformative and Just Energy Transition in Indonesia) secara strategis mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan energi nasional. 

Dalam peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi 2025, saatnya menyoroti “Our Power, Our Planet” bukan sekadar slogan, tetapi cerminan nyata dari kekuatan kolektif perempuan yang meretas jalan menuju keadilan energi dan keberlanjutan lingkungan.

Hari Bumi 2025 menegaskan bahwa transisi energi terbarukan bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau korporasi besar, tetapi juga panggilan kolektif yang membutuhkan keterlibatan setiap individu termasuk perempuan. 

Keterlibatan perempuan dalam gerakan energi terbarukan, baik sebagai pengelola energi rumah tangga, penggerak komunitas, maupun pengambil kebijakan, bukan hanya untuk keadilan representasi, tetapi juga sebagai kunci keberhasilan transisi energi yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Menyuarakan urgensi mempercepat transisi ke energi terbarukan sebagai respons nyata terhadap krisis iklim yang kian mengancam kehidupan di bumi menjadi fokus Hari Bumi 2025. Perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga persoalan keadilan sosial, karena dampaknya lebih membebani kelompok rentan seperti perempuan di daerah pedesaan dan pesisir. 

Dalam konteks ini, keterlibatan perempuan menjadi krusial, bukan karena banyak perempuan menjadi korban perubahan iklim, tetapi perempuan diharapkan mampu menjadi aktor kunci dalam membangun sistem energi yang tangguh, rendah emisi, dan berkeadilan. 

Perempuan memiliki perspektif unik dan peran strategis dalam mengelola sumber daya alam, menggerakkan komunitas, serta menciptakan inovasi berbasis lokal yang selaras dengan prinsip keberlanjutan. 

Oleh karena itu, tema Hari Bumi tahun ini harus dibaca sebagai seruan memastikan bahwa transisi energi yang kita jalankan adalah transisi yang inklusif, di mana kekuatan perempuan menjadi bagian dari solusi iklim global.

Di kawasan perkotaan, perempuan memiliki peluang besar memperluas kontribusinya dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, baik sebagai individu maupun bagian dari komunitas. 

Perempuan kota dapat memainkan peran strategis dalam membentuk pola konsumsi berkelanjutan, mendorong penggunaan transportasi ramah lingkungan, serta mengadvokasi kebijakan hijau di tingkat lokal.

Mereka juga dapat berperan sebagai inovator dan pelaku bisnis yang mengembangkan produk dan jasa berbasis energi terbarukan, ekonomi sirkular, atau teknologi bersih. 

Dalam skala rumah tangga, keputusan sehari-hari yang dibuat perempuan seperti memilih sumber energi, mengelola limbah, dan mengatur pola makan keluarga berkontribusi langsung terhadap jejak karbon perkotaan. 

Untuk itu, penting membuka ruang partisipasi perempuan dalam perencanaan kota yang responsif iklim, serta menyediakan akses terhadap pendidikan, pelatihan teknologi, dan pendanaan hijau, agar potensi mereka sebagai agen perubahan dapat benar-benar dioptimalkan.

Menjadikan perempuan bagian integral solusi iklim bukanlah pilihan, melainkan keharusan moral guna menjawab tantangan zaman. Semangat “Our Power, Our Planet” tidak akan benar-benar terwujud tanpa pengakuan dan pemberdayaan perempuan sebagai penggerak perubahan di semua lini dari desa hingga kota, dari ranah domestik hingga ruang pengambilan kebijakan. 

Hari Bumi 2025 adalah momentum afirmasi keberlanjutan planet ini bergantung pada kekuatan kolektif dan perempuan memegang kunci penting dalam transisi menuju masa depan yang bersih, adil, dan inklusif. 

Sebagai penggerak utama perubahan, perempuan memiliki kekuatan tidak hanya merawat bumi, tetapi juga memulihkannya. Saatnya memastikan energi kita adalah energi yang memberdayakan seluruh umat manusia dan perempuan adalah kuncinya. 

***

*) Oleh : Jani Purnawanty, S.H., S.S., LL.M., Lecturer & Researcher Faculty of Law, Universitas Airlangga.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.