https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

HAB ke-79 Kementerian Agama, Membangun Harmoni dan Optimalisasi Layanan Pendidikan

Jumat, 03 Januari 2025 - 10:28
HAB ke-79 Kementerian Agama, Membangun Harmoni dan Optimalisasi Layanan Pendidikan Ruchman Basori, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan Setjen Kemenag dan Doktor Manajemen Kependidikan UNNES.

TIMES MALANG, JAKARTA – Tepat pada 3 Januari 1946 Kementerian Agama dilahirkan. Sebuah keniscayaan sejarah bangsa dan merupakan kado terindah pasca diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kurang lebih lima bulan, the founding fathers bangsa, berdiskusi dan berdialektika secara serius tentang perlunya Kementerian, yang khusus menangani hal ikhwal agama. Dicetuskan untuk pertama kali menurut pelbagai sumber, oleh Muhammad Yamin, yang memandang perlunya dibentuk Kementerian Agama.

Dalam perjalanannya, Kementerian Agama mengalami pasang surut, dinamika yang komplek, sesuai dengan situasi dan kondisi bangsa. Kini telah berusia 79 tahun dan telah memberikan kontribusi yang besar dalam menjaga kerukunan dan harmoni antar dan intern umat beragama. Di satu sisi dan mencetak generasi bangsa yang tangguh di sisi lainnya. 

Hari Amal Bakti (HAB) Kementerian Agama Republik Indonesia merupakan momentum penuh makna dan penting untuk direnungkan. Rakaat panjang yang menandakan dedikasi dan komitmen Kementerian Agama dalam melayani masyarakat Indonesia di bidang keagamaan.

Secara kelembagaan, Kementerian Agama telah memiliki perwakilan Kantor Wilayah di 34 Provinsi, dari 38 Provinsi yang ada dan Kankemenag di hampir semua Kabupaten/Kota di Indonesia. Bahkan struktur organisasinya sampai ke Tingkat Kecamatan, yaitu Kantor Urusan Agama (KUA). Sebuah model pengelolaan kelembagaan yang kuat dan hirarkis hingga ke akar rumput (grassroot).

Hampir semua hajat kehidupan masyarakat memerlukan tangan-tangan Kemenag. Urusan kelahiran anak, pendidikan, bagaimana melakoni hidup yang bahagia, menikah, mempunyai keturunan hingga urusan kematian. Telah tergambar dengan sangat jelas dalam rukun Islam yang lima. Dapat dikatakan urusan Kemenag adalah dari urusan dunia hingga akhirat.

Penguatan peran Kementerian Agama menyongsong usianya yang genap 79 tahun setidaknya meliputi beberapa hal antara lain Penguatan Toleransi dan Kerukunan, Optimalisasi Pelayanan Keagamaan dan Penguatan Peran Pendidikan Islam dan Pesantren.

Toleransi dan Kerukunan

Sebagai bangsa yang majemuk dengan berbagai latar belakang agama dan kepercayaan, Indonesia membutuhkan sebuah institusi yang mampu menjadi penjaga kerukunan umat beragama. Kementerian Agama telah menjalankan peran ini dengan penuh tanggung jawab, melalui berbagai kebijakan, program, dan layanan yang mengedepankan nilai-nilai toleransi, keadilan, dan keberagaman.

Peter Drucker (1954) mengingatkan bahwa tujuan utama dari sebuah organisasi adalah menciptakan nilai bagi masyarakat yang dilayaninya. Dalam konteks Kemenag, ini berarti memberikan pelayanan keagamaan yang inklusif, meningkatkan toleransi antar umat beragama, serta memfasilitasi harmoni sosial. 

Konsep "manajemen berbasis nilai" dari Drucker juga relevan untuk memastikan bahwa setiap program yang dijalankan lembaga ini didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan keberlanjutan.

Semangat Hari Amal Bakti bukan hanya sekadar selebrasi, tetapi juga refleksi terhadap pencapaian yang telah diraih serta tantangan yang masih harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah memperkuat harmoni sosial di tengah dinamika globalisasi dan modernisasi yang sering kali membawa dampak terhadap hubungan antar umat beragama. 

Melalui beberapa upaya strategis dalam menekankan pentingnya harmoni sosial di tengah keragaman agama dan budaya, melibatkan tokoh agama dalam dialog lintas agama untuk memperkuat pemahaman dan kerja sama dan mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai keberagaman yang menjadi kekuatan bangsa

Optimalisasi Pelayanan Keagamaan

Kementerian Agama melalui pelbagai layanannya perlu terus melakukan evaluasi dan peningkatan kualitas menuju inklusif dan professional. Melayani masyarakat tanpa diskriminasi dan membedakan latar belakang agama dan budaya, serta menjadi rumah bagi semua agama. Selain terus memupuk profesionalisme untuk mengoptimalkan pelayanan publik yang berkualitas, tepat waktu, dan prosedur yang sederhana.

Dalam memudahkan akses publik, Kementerian Agam juga perlu melakukan penguatan digitalisasi. Hal ini pentung sebagai upaya meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan kepada masyarakat, digitalisasi layanan pemerintah secara terpadu dikerjakan secara masif. 

Osborne dan Gaebler (1992) dalam teori New Public Management (NPM) menjelaskan bahwa teknologi digital memungkinkan pengelolaan layanan publik dengan cara yang lebih berbasis pasar, inovatif, dan responsive.

Salah satunya diinisiasi oleh Kementerian Agama melalui penggunaan Pusaka Superapps yang telah mengintegrasikan layanan di sejumlah Satuan Kerja Kemenag. Merujuk pada studi terkait persepsi publik tentang digitalisasi layanan Pusaka Superapps tahun 2024, tingkat kepuasan masyarakat terhadap Pusaka Superapps cukup tinggi, 65% responden menyatakan puas dan 20% sangat puas.

Aplikasi Pusaka ini merupakan ikhtiar Kemenag untuk lebih mendekatkan layanan keagamaan bagi masyarakat. Dengan aplikasi Pusaka, masyarakat dapat mengakses layanan dalam satu genggaman. Aplikasi ini bisa memberikan manfaat, dampak yang lebih besar bagi masyarakat, khususnya dalam mengakses layanan-layanan keagamaan semua agama.

Peningkatan Layanan Pendidikan Islam

Berkaitanya dengan politik anggaran pada Kemenag, Pendidikan Islam mendapat sekitar 90% anggaran. Berdasarkan data EMIS Kementerian Agama periode tahun ajaran 2024/2025 semester ganjil menyajikan capaian data yang penting. 

Pada model pendidikan Pesantren, terdapat 350.217 lembaga di Indonesia, dengan 9.183.032 santri dan 1.155.076 Ustadz. Sementara pada data Madrasah yang dikelola oleh Kemenag sebanyak 87.605 Satuan Pendidikan Raudlatul Athfal (RA) dan Madrasah dengan 10.571. 578 siswa dan 936.697 pendidik.

Selanjutnya, pada jenjang pendidikan tinggi, Kemenag telah memiliki 864 PTK 59 diantaranya PTKIN dan 14 diantaranya PTKN Non Pendidiakn Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN). 59 PTKIN, terdiri dari 29 UIN, 24 IAIN, 5 STAIN dan 1 UIII. Faktanya, Kemenag tidak hanya mengelola pendidikan Islam dan Pesantren, melainkan bidang pendidikan agama lainya, seperti Pendidikan Agama pada Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Kemenag di pandang sebagai Kementerian yang eksis mengembangkan Pendidikan Islam. Mulai dari tingkat Raudlatul Athfal (RA) hingga Perguruan Tinggi. Dari Pendidikan formal hingga non-formal, yang menjadi ciri khas penting Pendidikan Islam ala Indonesia. Salah satunya Pendidikan Pesantren, yang merupakan pendidikan khas Indonesia (indigenous).

Selama tahun 2024 kualitas PTKIN meningkat drastis. Capaian akreditasi institusi (AIPT) dari semula hanya 5 PTKIN sekarang telah mencapai 27 PTKIN. Sebuah prestasi yang belum pernah terjadi dalam rentang berdirinya PTKIN. 

Hal lain yang membanggakan adalah tumbuhnya jurnal internasional kualitas scopus dan Sinta 1, 2 dan 3 pada PTKIN. Ini telah mendongkrak cukup signifikan yang menjadikan kualitas PTKIN tidak kalah dengan PT di bawah Kemristekdikti.

Selain itu, perkembangan Madrasah juga bertransformasi sangat pesat, dan membanggakan. Saat ini, kita memiliki Madrasah Unggul seperti Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia (MAN IC) di 24 Provinsi. Kualitasnya sudah setara dengan SMA unggulan binaan Kemdikdasmen, bahkan beberapa diantaranya telah melampaui.

Bagi anak-anak usia SLTA menjadi kebanggan tersendiri bisa diterima di MAN IC besutan Kemenag. Kualitas MAN IC juga telah diikuti dengan makin menonjolnya kualitas MAN di Kabupaten/Kota. Juga MA yang berada di Pondok Pesantren telah memberi warna tersendiri akan kualitas Madrasah. Sebut saja misalnya Madrasah Bertaraf Internasional (MBI) Amanatul Ummah di Mojokerto, besutan KH. Asep Saifuddin Chalim.

Tantangannya adalah bagaimana menjadikan MAN IC sebagai Madrasah Berasrama, dapat lebih optimal, layaknya pesantren. Kitab-kitab kuning sebagai asupan para siswa MAN IC di Asrama, harus tetap dilanjutkan, walau memiliki tantangan yang tidak mudah. Maka penyediaan ustadz/kyai yang memahami kitab kuning menjadi keharusan. Tak kalah pentingnya adalah diikuti dengan kesejahteraan para guru dan pembina asrama.

Kenapa masalah Asrama MAN IC penting, karena di situlah tempat terbaik, sebagai kawah candradimuka mendidik moral dan akhlak. Tak kalah pentingnya adalah soal menanamkan pemahaman dan sikap keagamaan yang moderat, di tengah kontestasi pemikiran keagamaan yang cenderung normatif, rigid dan radikal.

Selain itu, peran pesantren juga tidak dapat diabaikan dalam membangun karakter bangsa yang berkeadaban. Pendidikan Islam, baik formal maupun non formal, memiliki kontribusi besar dalam mencetak generasi yang tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Pesantren sebagai lembaga pendidikan khas Indonesia, telah menjadi ujung tombak dalam membentuk insan yang mandiri, toleran, dan berjiwa sosial tinggi.

Pesantren juga berperan sebagai pusat pemberdayaan masyarakat, baik melalui pendidikan agama, pelatihan keterampilan, maupun pengembangan ekonomi berbasis komunitas. Keberadaan pesantren yang tersebar di berbagai daerah menjadikannya sebagai institusi strategis dalam menjaga nilai-nilai keislaman sekaligus memperkuat harmoni sosial.

Dalam konteks modern, pesantren dituntut untuk terus beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai tradisional yang menjadi jati dirinya. Dengan penguatan pendidikan Islam dan pesantren, kita dapat melahirkan generasi yang mampu menjadi agen perubahan bagi masyarakat dan bangsa.

Oleh karena itu, penguatan program-program strategis seperti kemandirian pesantren perlu terus ditingkatkan. Berdasarkan data capaian total kegiatan program kemandirian pesantren 2021-2024 terdapat 2074 pesantren penerima bantuan inkubasi pesantren, 610 produk pesantren, 292 jenis usaha dan 34 Badan Usaha Milik Pesantren (BUMPes).

Potret Pendidikan Islam yang didalamnya adalah pondok pesantren, madrasah dan perguruan tinggi keagamaan, telah menjadikan posisi dan peran Kemenag semakin strategis. Momentum Hari Amal Bhakti yang ke 79, menjadi tonggak penting untuk menjawab kebutuhan masyarakat kontemporer akan Pendidikan Keagamaan.

Madrasah semakin modern dengan layanan berbasis mutu. Model MAN IC harus banyak di transformasi ke daerah-daerah lain di Indonesia. Termasuk melakukan revitalisasi Madrasah Keagamaan Program Khusus untuk memperkuat ciri khas Madrasah sebagai Lembaga Pendidikan umum ber ciri khas Islam.

Perguruan Tinggi Keagamaan yang saat ini merangkak maju, dapat menjadi evident mewujudkan Pusat Pendidikan Islam dunia. Karenanya beragam layanan perguruan tinggi semacam Siber Islamic University yang saat ini sedang di rintis di Cirebon, semakin diperkuat. 

Pada saat yang sama keberadaan Universitas Internasional Islam Indonesia (UIII) semakin diperkuat melalui pelbagai kebijakan akseleratif. UIN-UIN yang saat ini memiliki prestasi gemilang secara kelembagaan dapat ditingkatkan menjadi PTN BH sekaligus mendapat pengakuan dunia melalui akreditasi internasional.

Menutup tulisan ini, saya sependapat dengan gagasan memekarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menjadi tiga Direktorat Jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Keagamaan, Direktorat Jenderal Pesantren dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Keagamaan.

Melalui ikhtiar penguatan kelembagaan Pendidikan Islam tersebut, akan mengantarkan Kemenag menjadi lembaga yang tetap eksis, kredibel dan dapat menyesuaikan perkembangan zaman. Lepasnya urusan haji dan umroh dan juga jaminan produk halal menjadi Lembaga mandiri, diganti dengan optimalisasi layanan Pendidikan Islam yang salah satunya maujud dengan pendirian Direktorat Jenderal yang baru. 

Selamat Memperingati Hari Amal Bhakti (HAB) ke-79. 

***

*) Oleh : Ruchman Basori, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan Setjen Kemenag dan Doktor Manajemen Kependidikan UNNES.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.