https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Menjadi Pribadi yang Pemaaf

Sabtu, 22 Juli 2023 - 13:00
Menjadi Pribadi yang Pemaaf Alfan Jamil, Dosen Kajian Fiqh Ulama Nusantara di Ma'had Aly Nurul Jadid dan pengajar di PP. Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan.

TIMES MALANG, PROBOLINGGO – Manusia tidak mungkin luput dari kesalahan. Adakalanya kesalahan itu muncul karena setiap orang memiliki pendapat atau pandangan yang berbeda, bisa juga karena adanya ketidaksamaan respons atas suatu perkataan atau perbuatan orang lain sehingga menimbulkan rasa tersinggung salah satu pihak.

Salah satu fitrah manusia adalah berbuat salah. Setiap orang memang tidak pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan secara sengaja maupun tidak. Kesalahan itu bisa berupa kesalahan besar maupun kecil. Oleh sebab itulah setiap orang perlu melakukan introspeksi diri setiap waktu agar tidak mengulangi kesalahan. Sebaliknya, siapapun perlu untuk melatih diri sendiri untuk memahami dan memaafkan kesalahan orang lain.

Manusia Bisa Berbuat Salah

Dalam kehidupan bermasyarakat, tentu ada yang namanya interaksi. Dalam berinteraksi, terkadang seseorang berbuat salah kepada individu yang lain. Pada sisi lain, ia tentu pernah mengalami perlakuan yang mengecewakan atau menyakitkan. Tidak semua orang mampu dan mau secara tulus memaafkan dan melupakan kesalahan orang lain.

Proses memaafkan memerlukan energi dan kerja keras, kemauan kuat serta latihan mental karena hal ini terkait dengan emosi manusi yang fluktuatif, dinamis, dan sangat reaktif terhadap stimulan luar. Karenanya, tidak mengherankan apabila ada gerakan kelompok ekstrem atau pihak yang melakukan perbuatan anti sosial sebagai akibat dari kekecewaan dan dendam masa lalu yang tidak termaafkan.

Maaf dan Memaafkan

Maaf adalah salah satu kosa kata yang sangat populer. Kata itu muncul di mana-mana dalam berbagai peristiwa dan kesempatan. Ia hadir dalam percakapan lisan maupun tulisan, ia pun sangat akrab dengan kehidupan manusia. Dalam literatur ke-Islaman, “maaf” berasal dari kata ‘afa atau al-‘afwu yang berarti menghapus. Orang yang memaafkan adalah orang yang menghapus bekas luka di dalam hatinya. Oleh karena itu sesuatu yang dihapus seharusnya tidak diingat lagi. McCullough dkk. (1997) mendefinisikan pemaafan sebagai seperangkat motivasi untuk mengubah seseorang untuk tidak membalas dendam dan meredakan dorongan untuk memelihara kebencian terhadap pihak yang menyakiti serta meningkatkan dorongan untuk konsiliasi hubungan dengan pihak yang menyakiti.

Memaafkan tidak cukup hanya secara verbal. Baumeister dkk. (1998) mengungkapkan bahwa pemaafan memiliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah dimensi intrapsikis, dimensi ini melibatkan aspek emosi dan kognisi dari pemaafan. Sedangkan dimensi kedua adalah dimensi interpersonal. Dimensi interpersonal melibatkan aspek sosial dari pemaafan. Oleh karena itu, memaafkan orang lain bisa dikatakan sebagai pemaafan yang total dan tulus apabila sudah mencakup dua dimensi tersebut.

Akan tetapi pemaafan yang semu hanya terbatas pada dimensi interpersonal saja, hal ini ditandai dengan pernyataan pemberian maaf secara verbal terhadap orang yang bersalah tetapi dalam dirinya terus menyimpan sakit hati dan dendam kesumat. Karenya, dalam memaafkan orang lain disyaratkan ada pernyataan intrapsikis seperti ketulusan bukan hanya perilaku interpersonal dan hanya sekedar rekonsiliasi belaka. Pemaafan yang tulus merupakan pilihan individu secara sadar untuk melepaskan keinginan membalas dan mewujudkannya dengan respon rekonsiliasi.

Dalam agama Islam sendiri diajarkan untuk saling memaafkan di antara dua orang yang berselisih. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 178:

فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ (البقرة: 178)

Artinya: “Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (dia) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (al-Baqarah: 178)

Dalam ayat lain juga ditegaskan:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللهِ (الشورى: 40)

Artinya: “Barangsiapa yang memaafkan dan mendamaikan maka pahalanya dari Allah SWT.” (Asy-Syura: 40)

Selain ayat di atas, sebagai muslim tentu kita harus mengikuti pribadi Nabi Muhammad SAW. Beliau merupakan panutan dalam segala aspek kehidupan dan beliau dikenal sebagai orang yang paling baik akhlak dan perangainya. Beliau tidak pernah membalas kebencian dengan amarah dan dendam, malah beliau menyambut murka orang kafir Quraisy dengan kasih sayang dan penuh maaf. Suatu ketika Sayyidah ‘Aisyah RA pernah ditanya mengenai karakter atau watak pribadi Rasulullah SAW, kemudian beliau menjawab:

كان أحسن الناس خلقا، لم يكن فاحشا ولا متفحشا، ولا سخابا في الأسواق، ولا يجزي بالسيئة السيئة، ولكن يعفو ويصفح

Artinya: “Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya: beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan.” (HR. Ibnu Hibban)

Dengan memaafkan kesalahan orang lain, setidaknya kita sudah mencoba untuk mengikuti perilaku Nabi SAW. Mengikuti etika dan kesopanan yang beliau ajarkan tentu lebih utama daripada hanya sekadar mengikuti model pakaian Nabi saja.

Dampak Positif Memaafkan

“Tidak ada manusia yang sempurna”, kalimat ini terdengar klise tapi mengandung kebenaran. Dengan demikian memaafkan orang yang bersalah merupakan suatu kewajaran. Memaafkan bukan hanya penting bagi masa depan orang yang bersalah, tetapi juga penting untuk orang yang tersakiti dengan artian sikap memaafkan mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan setiap orang atau individu.

Ada sebuah penelitian yang dirilis oleh Journal of Health Psychology menunjukkan bahwa orang yang memaafkan lebih sehat dan lebih bahagia dari pada orang yang menyimpan kebencian dan dendam. Lebih lanjut dalam hasil penelitian tersebut juga disimpulkan bahwa memaafkan dapat menghilangkan stress, depresi, serta gangguan mental. Memaafkan juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh karena meningkatnya respons imunitas, menurunkan tekanan darah, meningkatkan tidur yang berkualitas, dan menenangkan pikiran.

Selain temuan di atas, para peneliti dari University of California, San Diego, dan Amerika Serikat juga menemukan bahwa orang-orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung lebih rendah risiko mengalami tekanan darah. Para peneliti meminta lebih dari 200 relawan untuk memikirkan saat ada teman yang menyinggung perasaannya. Setengah dari kelompok itu disuruh untuk memikirkan tentang hal-hal yang bisa membuatnya marah, sedangkan setengahnya lagi didorong untuk memaafkan kesalahan tersebut. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa orang yang marah mengalami peningkatan tekanan darah lebih besar dibandingkan orang yang pemaaf. 

Sebagai penutup sekaligus ajakan penulis dalam tulisan ini, mari menjadi pribadi yang mudah memaafkan dan tak mudah menaruh kebencian terhadap orang lain. Orang yang tersakiti harus berusaha untuk menelisik kembali alasan dia membenci orang yang menyakiti dirinya. Membenci sama halnya mengingkari sebuah kenyataan bahwa setiap orang tidak luput dari kesalahan. Jika orang yang tersakiti sudah menyadari hak itu, maka selangkah lagi dia lebih dekat untuk memaafkan orang yang menyakitinya.

***

*) Oleh: Alfan Jamil, Dosen Kajian Fiqh Ulama Nusantara di Ma'had Aly Nurul Jadid  dan pengajar di PP. Darul Lughah Wal Karomah Kraksaan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.