https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Meretas Kohesifitas Sosial Melalui Pemahaman Agama Secara Universal

Senin, 26 Desember 2022 - 22:10
Meretas Kohesifitas Sosial Melalui Pemahaman Agama Secara Universal Mohammad Afifulloh, KPS Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Unisma Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Manusia sebagai makhluk hidup individual juga menjadi pelaku kehidupan secara sosial. Mereka tidak bisa melepaskan diri dari lingkungan sekitar, sehingga proses berkomunikasi, berinteraksi, bersosialisasi merupakan keadaan yang memang perlu dilakukan bahkan menjadi kebutuhan tersendiri.

Kebahagiaan umat manusia tidak hanya diwujudkan melalui pemenuhan materi yang dapat dirasakan oleh inderawi, namun pemenuhan ranah psikologis ternyata terkadang lebih urgen dari sekedar ranah fisiologis. Maslow dengan hirarki kebutuhannya menempatkan kebutuhan aktualisasi diri ada di tempat teratas dibanding kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat fisiologis.

Persoalannya, kebutuhan psikologis seringkali tidak cukup dipenuhi dengan pemuasan biologis namun rasa aman, nyaman, tenteram, harmonis, nirkonflik di kehidupan sosial justru merupakan berbagai faktor yang menjadikan umat manusia bisa menjalani hidup secara seimbang.

Kita tidak memungkiri urgensi kebutuhan fisiologis-biologis, namun yang tidak kalah penting adalah pemenuhan kebutuhan batiniyah yang lebih banyak dipengaruhi oleh suasana kehidupan sosial. 

Penciptaan rasa aman dan nyaman di kehidupan sosial menopang kohesifitas sosial, dunia idealisme manusia pasti mengharap ketenangan dan kebahagiaan hidup bersama, namun realitasnya tidak mudah mereka menjalani kehidupan sosial yang dinamis penuh dengan segregasi.

Salah satu pemicu dan pemantik disharmonisasi kehidupan sosial adalah kedangkalan umat beragama dalam memahami makna yang sangat luas dari ajaran agamanya itu sendiri. Sikap fanatisme yang berlebihan mengakibatkan pemikiran yang sempit dalam memandang situasi kehidupan beragama. Fanatisme bisa mendorong seseorang pada sikap eksklusif dan akhirnya kurang bisa menerima kebenaran dari golongan/agama lain.

Dalam ajaran agama tentu ada perihal yang tidak mungkin bisa dicampuradukkan, namun sisi-sisi lain masih banyak yang bisa dipahami oleh banyak agama. Nilai-nilai universal sebuah agama menjadi modal membangun kohesifitas sosial. Sesuatu yang berbeda tidak perlu dipaksakan sama, dan sebaliknya yang sama tidak perlu dipaksakan untuk berbeda. 

Nilai-nilai universalisme agama dapat dijadikan pondasi bangunan kohesifitas sosial. Menghormati sesama, menerima perbedaan, berlaku adil, menghargai hak privasi orang, adalah bagian dari implementasi nilai universalisme agama. Salah satu kisah yang tidak asing di kalangan umat Islam adalah perlakuan Nabi SAW. terhadap seorang nenek Yahudi di pasar.

Setiap hari Nabi menyuapi kurma yang sebelumnya sudah dilembutkan sehingga mudah untuk ditelan. Nenek Yahudi itu sendiri buta, tidak mengetahui siapa yang menyuapinya. Suatu hari nenek tersebut disuapi oleh sahabat Abu Bakar, namun suapannya dimuntahkan karena kurma terasa tidak lembut dan cara menyuapinya tidak seperti selama ini yang ia rasakan.

Dengan berat hati sahabat Abu Bakar memberitahu nenek tersebut bahwa yang selama ini menyuapinya adalah Nabi SAW. Tentu saja ia sangat terkejut karena hampir setiap hari ia menghina, mencaci dan memaki Nabi SAW. Selanjutnya nenek tersebut ingin diantarkan ke Nabi SAW. Namun itu tidak bisa dilakukan karena Nabi SAW telah wafat. Nenek itupun menangis sejadi-jadinya dan akhirnya memutuskan masuk agama Islam.

Akhlak Nabi SAW membuktikan universalisme agama yang tidak memandang status keyakinan seseorang. Bila kebaikan itu hanya perlu ditujukan kepada orang-orang yang sama keyakinan, bangsa, atau suku maka nilai kebaikan itu sudah mengalami reduksi kebermaknaannya.

Bangunan kohesifitas sosial akan bisa diwujudkan melalui pemahaman agama yang benar dan lebih mengedepankan nilai-nilai universal bukan sebaliknya menonjolkan nilai-nilai parsial yang bersifat eksklusif. Bagi mereka yang memiliki kedalaman dalam memahami makna kehadiran sebuah agama akan memiliki toleransi dan sikap inklusif.

Meletakkan agama sebagai tatanan suci dari Tuhan yang diperuntukkan untuk kepentingan manusia, bukan semata-mata kepentingan Tuhan, dan memang Tuhan tidak memiliki kepentingan dari agama itu sendiri.

Semua aturan yang dilahirkan dari sebuah agama pasti bertujuan untuk mengarahkan manusia pada kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat. Bila ada tindakan-tindakan intoleransi dan terorisme mengatasnamakan agama perlu dikritisi sebagai kedangkalan para pelakunya dalam memahami agama yang suci. Tidak ada satupun agama di dunia ini melegalkan ekstrimisme apalagi terorisme yang pada akhirnya merusak kesucian agama tersebut. 

Sosialisasi pemahaman agama yang benar dan nilai-nilai universal menjadi salah satu solusi mewujudkan kohesifitas sosial. Peradaban dunia akan mudah terrealisasi jika dibangun di atas sikap-sikap inklusivisme dan tetap menghargai perbedaan yang menjadi sunnatullah.

Umat manusia didesain hidup secara sosial dengan berbagai macam kultur dan keberagamannya, seandainya Tuhan berkehendak menjadikan umat manusia dalam satu warna, niscaya itu bukan sesuatu yang sulit, tapi ternyata Tuhan tidak melakukannya. Wallahu a’lam bis showab       

***

*) Oleh: Mohammad Afifulloh, KPS Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana Unisma Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

 

___
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

 

Pewarta :
Editor : Irfan Anshori
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.