TIMES MALANG, MALANG – Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Kakansar) Surabaya, Nanang Sigit P.H, melakukan kunjungan kerja ke Kota Malang untuk audiensi awal pelaksanaan program "Basarnas Goes to School". Program ini akan menyasar seluruh jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga SMA/SMK di wilayah Malang Raya.
Kunjungan diawali dengan pertemuan bersama Pemerintah Kota Malang yang diwakili Asisten I Wali Kota, Swarjana, karena Wali Kota Madya Malang sedang bertugas di Yogyakarta. Pemkot Malang menyambut baik program ini dan siap mendukung sinergi lintas sektor untuk edukasi kebencanaan.
Selain audiensi di balai kota, tim Basarnas juga mengunjungi SMP Negeri 3 Kota Malang dan SMA Negeri 8 Kota Malang. Para kepala sekolah, Drs. Teguh Edy Purwanta dan Nuraeni, M.Pd., menyampaikan dukungan penuh terhadap program ini.
"Kami ingin membangun budaya sadar bahaya sejak dini sebagai fondasi generasi tangguh. Dengan adanya Unit Siaga SAR di Malang Raya, sinergi dan pemahaman risiko bencana dapat diperkuat," kata Nanang Sigit.
Pentingnya Edukasi SAR Sejak Dini
Ketua Jaringan Kemanusiaan Jawa Timur (JKJT), Agustinus Tedja Bawana atau Ayah Tedja, menegaskan bahwa "SAR Goes to School" merupakan langkah strategis memperkenalkan pengetahuan kebencanaan dan pertolongan pertama sejak usia dini.
Materi disesuaikan dengan tingkat pendidikan:
-
TK/PAUD: Pengenalan bahaya, respon sederhana, mengenal sirine, mengenali petugas penyelamat, lokasi aman, dan simulasi sederhana.
-
SD: Pengenalan jenis bencana, cara evakuasi, siapa yang dihubungi saat darurat, dan simulasi drop–cover–hold.
-
SMP: Pemahaman manajemen risiko, pertolongan pertama sederhana, sistem komunikasi darurat, serta simulasi evakuasi kompleks.
-
SMA/SMK: Kesiapsiagaan lanjutan, pelatihan dasar SAR, pemetaan risiko, manajemen posko, dan edukasi komunitas.
Menurut Ayah Tedja, pendidikan ini akan melahirkan generasi yang sadar risiko, tangguh, dan siap menjadi relawan di masa depan.
Antusiasme Sekolah
Kepala SMA Negeri 8 Kota Malang, Nuraeni, M.Pd., menyebut program ini sangat penting, bahkan setara dengan praktik kesiapsiagaan di Jepang.
"Siswa bisa langsung memahami langkah penyelamatan saat bencana, sehingga mampu melindungi diri dan membantu orang lain," ujarnya.
Basarnas Surabaya berharap program ini menjadi budaya kolektif di sekolah-sekolah, memperkuat kesiapsiagaan masyarakat, dan membentuk generasi muda yang peduli keselamatan di wilayah rawan bencana seperti Indonesia.(*)
Pewarta | : Slamet Mulyono |
Editor | : Imadudin Muhammad |