TIMES MALANG, SURABAYA – Dua desa di Jawa Timur menjadi pemenang dalam Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2024. Dua desa tersebut bersaing dengan puluhan desa dari berbagai daerah di Indonesia yang juga menawarkan ikon wisata.
Dua desa dimaksud adalah Desa Klepu Kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo untuk kategori desa sangat tertinggal/tertinggal/berkembang. Juga Desa Mendak Kecamatan Dagangan Kabupaten Madiun untuk kategori desa maju/mandiri.
Atas dedikasi dan komitmen dalam membina dua desa wisata tersebut, Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono mendapatkan penghargaan dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar, September 2024 lalu. Penghargaan untuk Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono diberikan kepada PJ Setda Prov Jatim, Benny Sampirwanto.
Menurut Menteri Abdul Halim Iskandar, pemberian penghargaan kepada sejumlah kepala daerah dimaksud, karena dianggap berhasil dalam membina, mendukung dan memfasilitasi desa wisata di daerahnya.
“Selain dukungan dan keseriusan kepala daerah, ternyata kemampuan desa dalam mengembangkan dan mengelola dirinya, juga sudah dapat diandalkan baik itu dari sisi pengembangan ekonomi, wisata, penguatan kelembagaan desa dan tata kelola keuangan desa,” kata Menteri Halim Iskandar.
PJ Setda Prov Jatim, Benny Sampirwanto saat mewakili Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono menerima penghargaan atas komitmen dan dedikasi dalam membina desa wisata sehingga desa klepu, desa mendak menjadi juara pada lomba desa wisata nusantara tahun 2024 kategori sangat tertinggal/tertinggal/berkembang dan kategori maju/mandiri.
LDWN 2024 digelar untuk mewujudkan desa yang berbasis wisata guna mewujudkan ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan berkualitas dan berkeadilan, pengembangan wilayah untuk mengurangi kesenjangan, sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.
Selain itu juga meningkatkan inovasi dan kreatifitas desa dalam memanfaatkan potensi sumber daya guna mewujudkan desa wisata yang berdaya saing sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa.
"Selain itu juga meningkatkan kinerja kepariwisataan nasional yang berbasis desa dan kawasan perdesaan, serta mendorong lahirnya desa wisata percontohan yang dapat mendorong pengembangan desa wisata baru," terangnya.
Dua Desa Wisata di Jatim Bersaing dengan 15 Desa Wisata se Indonesia
Kepala Desa Klepu Andreas Gimin mengatakan, desanya bersaing ketat dengan 15 desa wisata yang sama-sama menakjubkan secara konsep yang diusungnya.
“Kami bersaing ketat dengan 15 desa, diantara dari Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Timur, Maluku, juga ada dari Sulawesi Selatan,” ungkapnya.
Desa Klepu tidak menawarkan destinasi wisata yang mainstream seperti air terjun, museum, maupun bangunan kuno. Tetapi, desa yang dipimpinnya tersebut menawarkan desa wisata yang berkonsep kehidupan pedesaan dengan segala kearifan lokal yang secara alami tumbuh di desanya.
“Kami ini menawarkan konsep desa wisata yang memadukan adat istiadat, budaya, tradisi dan kehidupan khas pedesaan,” ungkapnya.
Desa Klepu, Kecamatan Sooko, Ponorogo dan Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Madiun memenangkan Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2024.
Adapun Desa Mendak menawarkan wisata alam khas pegunungan. Terletak di deretan Pegunungan Wilis dengan ketinggian 800 Mdpl, Desa Wisata Mendak dilengkapi dengan Taman Wisata Watu Rumpuk dan Pendakian Tapak Bimo.
Desa Mendak memiliki panorama yang alami dan masih terjaga keasriannya. Udara yang segar dan bersih, serta masih dikelilingi hutan menjadikan Desa Mendak layaknya surga yang tersembunyi. Taman Wisata Watu Rumpuk dan Pendakian Tapak Bimo adalah buah inovasi dari pemerintah desa beserta masyarakat.
Selain disuguhkan dengan panorama keindahan alamnya, destinasi Desa Wisata Mendak, Taman Wisata Watu Rumpuk dan Pendakian Tapak Bimo juga menyuguhkan kearifan lokal dari masyarakatnya yang ramah dan sangat kental dengan adat kejawen.
Adat istiadat kejawen yang ada di desa mendak masih tetap dilaksanakan, dilestarikan dalam kehidupan sehari-sehari. Kegiatan selametan dan bersih desa, nyadran, tetap dilaksanakan sebagai prinsip uri-uri budoyo peninggalan budaya nenek moyang. (*)
Pewarta | : |
Editor | : Deasy Mayasari |