TIMES MALANG, MALANG – Daerah pertanian di Desa Ngadas, Poncokusumo, Kabupaten Malang punya potensi luar biasa untuk komoditi kentang. Produktivitas kentang di Ngadas ini terus ditingkatkan, dengan memperbanyak benih kentang berkualitas.
Pihak Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Malang menyebutkan, awalnya petani kentang di wilayah Desa Ngadas, mendapatkan hasil panen 8 sampai 10 ton per hektar, dengan musim tanam 2-3 kali setahun.
Akan tetapi, potensi komoditas kentang di Ngadas, Poncokusumo ini meningkat signifikan, setelah mendapatkan intervensi benih berkualitas, yakni varietas Granula G.0.
"Bergitu kelompok petani Ngadas ini mendapatkan intervensi (bantuan) benih, sangat bagus hasilnya, provitas kentang bisa mencapai 35 sampai 50 ton per hektare didapatkan, luar biasa,” terang Kepala Dinas TPHP Kabupaten Malang, Avicenna M. Sani Putera, Kamis (16/1/2025).
Dikatakan, potensi kentang di wilayah Poncokusumo sangat luar biasa, mengingat ada sekitar 300 hektare lebih lahan pertanian satu desa, yang dikelola Poktan Bromo dan Poktan Semeru.
Anggota kelompok petani milenial desa Ngadas ini, sempat mengikuti program Youth Enterpreneur and Employment Support Services (YESS) Kementerian Pertanian. Maka, dengan potensi tanaman kentang yang besar, para petani milenial YESS ini ingin ada kemandirian benih.
Keinginan petani ini lalu disanggupi, sehingga pihaknya membangun Screen House ini.
"Dengan potensi yang cukup besar dari hasil budidaya tanaman kentang, petani ingin ada kemandirian benih. Maka muncullah juga ide teknologi pertanian Screen House ini," bebernya.
Sementara itu, Joko Utomo, Ketua Poktan Bromo mengungkapkan, telah mendapatkan bantuan teknis dari Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Malang.
"Sebelumnya para petani kentang di desa Jarak Ijo, Ngadas, masih menggunakan bibit lokal. Dengan teknologi (Screen House) ini, kami bisa memantau kebutuhan tanaman seperti air dan pupuk secara akurat. Hasilnya produksi kentang kami meningkat drastis dari 7-8 ton per hektar menjadi 15-20 ton per hektar," jelas Joko.
Pada Screen House yang dibangun di Dusun Jalak Ijo ini sudah berteknologi moderen, karena telah dilengkapi sistem IoT (Internet of Things), sehingga semuanya terkoneksi dengan baik. Dengan aplikasi digital IoT, memungkinkan pemantauan kondisi tanaman secara real-time, sehingga menjalankan pertanian lebih mudah.
Metode pembenihan tanaman kentang dengan menggunakan aplikasi khusus sistem IoT ini, maka tata kelola pengairan, pengendalian hamanya semuanya diatur otomatis, dengan digitalisasi dan otomatisasi sistem pertanian moderen.
Menurut Avi, di Kabupaten Malang telah dibangun 2 unit Screen House, yakni berada di Kecamatan Turen untuk budidaya buah melon dan di Desa Ngadas Poncokusumo. Namun demikian, nantinya bisa digunakan untuk budidaya tanaman yang lain selain kentang.
"Dua Screen House tersebut beda komoditas. Saat ini di sini (Ngadas) kan tanaman kentang, bisa saja nanti digunakan untuk tanaman yang lain," ungkapnya.
Jadi Percontohan Revolusi Pertanian Moderen
Keberadaan sistem pertanian moderen screen house untuk komoditas sayur di Ngadas Poncokusumo ini, dikunjungi Bupati Malang, HM Sanusi, saat Sambang Desa Malang Makmur, kemarin.
Diresmikannya Screen house modern untuk pembibitan kentang G0, diharapkan dimanfaatkan para petani dapat meningkatkan hasil panen kentang secara signifikan.
"Saya berharap petani milenial Jarak Ijo Ngadas semakin semangat, karena menginspirasi kepada petani se Kabupaten Malang dan memberi barokah," ujar Bupati Sanusi di depan puluhan petani Dusun Jarak Ijo, Ngadas, Poncokusumo Kabupaten Malang, Rabu (15/1/2025).
Kelompok Tani milenial di Ngadas Poncokusumo ini, juga mendapatkan dukungan hibah kompetitif sebesar kurang lebih Rp 140 juta, melalui program YESS Kementan. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Imadudin Muhammad |