https://malang.times.co.id/
Berita

Wetland Milestones, Pameran Seni yang Menggali Memori Peradaban Lintas Zaman di Delta Brantas

Sabtu, 26 Oktober 2024 - 17:36
Wetland Milestones, Pameran Seni yang Menggali Memori Peradaban Lintas Zaman di Delta Brantas Pameran 'Wetland Milestones' di Malik Ibrahim Art Space, Sidoarjo. (FOTO: M Tsabit Taqy Izdihari/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, SIDOARJO – Pameran seni bertajuk 'Wetland Milestones' hadir sebagai ajang perayaan sejarah dan seni yang memukau di kawasan Delta Brantas.

Berlangsung mulai tanggal 25 Oktober hingga 3 November 2024 di Malik Ibrahim Art Space, Sidoarjo, pameran ini mengajak para pengunjung untuk menjelajahi warisan budaya yang membentuk identitas kawasan yang mencakup Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, dan Surabaya.

Dengan menampilkan karya-karya dari sejumlah seniman berbakat, 'Wetland Milestones' menjadi representasi memori kolektif akan peradaban kuno, budaya, dan geologi Delta Brantas yang sarat sejarah. 

Kurator pameran, Satriagama Rakantaseta, menyebutkan bahwa pameran 'Wetland Milestones' adalah upaya untuk menggali dan menghadirkan kembali ingatan kolektif masyarakat mengenai peradaban kuno di kawasan Delta Brantas.

Menurutnya, kawasan ini menyimpan jejak kehidupan manusia purba yang terungkap dengan ditemukannya fosil manusia purba di Desa Perning, Mojokerto, pada tahun 1936 oleh Weidenreich dan G.H.R von Koenigswald. Fosil ini kemudian dikenal sebagai 'Pithecanthropus Mojokertensis', menandai bahwa Delta Brantas sudah dihuni sejak zaman prasejarah. 

"Delta Brantas adalah wilayah dengan memori peradaban yang panjang, dari manusia purba hingga berbagai kerajaan kuno, seperti Medang, Kahuripan, Janggala, Singasari, hingga Majapahit," ujar Satriagama Rakantaseta.

"Geologis dan geografis Delta Brantas tidak hanya memberi bentuk tanah yang kaya dan subur, tetapi juga daya tarik bagi banyak bangsa untuk datang dan menetap," imbuhnya. 

Pameran ini menampilkan beragam karya seni dari para perupa, di antaranya Joni Ramlan, Jenny Lee, Lail Lafi Liyun, Andi Prayitno, Nofi Sucipto, Akbar Warisqia, Agung Prabowo, Yoes Widowo, Beny Dewo, Zainul Qusta, dan A. Priyanto "Omplong".

Karya-karya mereka menjadi representasi visual dari memori kolektif persilangan budaya yang hadir dalam keseharian masyarakat Delta Brantas. Setiap seniman menyampaikan interpretasi pribadi tentang nilai-nilai budaya, sejarah, dan kenangan yang terpendam di dalam tanah Delta Brantas, yang berabad-abad lalu menjadi titik temu berbagai bangsa. 

Delta Brantas juga dikenal sebagai tempat berkembangnya berbagai candi dengan gaya arsitektur Hindu-Buddha. Menurut penelitian arkeolog N.J. Krom, arsitektur candi di kawasan ini memiliki kesamaan dengan gaya arsitektur candi-candi di Champa, Vietnam. Candi-candi seperti yang tersebar di Mojokerto (Trowulan & Mojosari), Pasuruan (Carat, Gempol, dan Bangil), serta Sidoarjo (Porong dan Wonoayu) menunjukkan interaksi budaya yang begitu kompleks dan erat dengan budaya Asia Tenggara lainnya. Pengaruh ini menjadi cermin dari persilangan budaya yang terjadi melalui jalur perdagangan pada masa kerajaan Jawa Kuno. 

Pada masa peralihan ke periode Islam, zona Delta Brantas menjadi saksi penyebaran agama Islam yang disosialisasikan oleh para Wali Songo. Dalam perkembangannya, muncul pesantren-pesantren yang memiliki pengaruh besar terhadap penyebaran ajaran Islam di pulau Jawa. Sementara itu, kehadiran bangsa-bangsa Eropa di Nusantara seperti Portugis, Spanyol, dan Belanda pada masa penjajahan membuat kawasan ini menjadi titik penting bagi persinggahan kapal-kapal dagang di ujung timur laut Pulau Jawa.

Tidak hanya bangsa Eropa Barat, bangsa dari Eropa Timur seperti Rusia juga sempat singgah dan menetap di kawasan ini, sebagaimana kisah Willy Klimanoff, seorang keturunan Rusia yang mendirikan grup teater tonil 'Dardanella' di Sidoarjo pada tahun 1921. 

"Dalam perjalanan sejarah, Delta Brantas menjadi semacam palet warna yang kaya. Dari budaya Hindu-Buddha, Islam, hingga Eropa, semua berbaur membentuk karakter unik di kawasan ini. Karya-karya dalam 'Wetland Milestones' adalah bentuk apresiasi terhadap perjalanan lintas budaya tersebut, sebuah penghormatan pada nilai-nilai luhur yang telah hidup di kawasan ini," katanya. 

Selain itu, pengaruh peradaban klasik Hindu dan Buddha masih terlihat pada seni arsitektur dan relief-relief yang tersebar di candi-candi di wilayah ini. Namun, tak jarang peristiwa geologis besar yang terjadi pada masa Jawa Kuno menyebabkan banyak peninggalan kuno tersebut terkubur. Meski begitu, ingatan kolektif akan masa lalu yang kaya ini tetap terjaga di benak masyarakat dan diwariskan ke generasi selanjutnya. 

Bahkan pada masa kolonial, para pendatang Eropa yang menetap di Delta Brantas turut berperan dalam perkembangan kawasan ini. Mereka bekerja di perkebunan tebu, pabrik gula, dan berbagai sektor industri, serta sebagian di antaranya menikah dengan penduduk lokal. Misalnya, dr. Soetomo, pendiri organisasi 'Boedi Oetomo', menikah dengan Everdina Broering, seorang perawat Belanda yang mengabdi di Rumah Sakit Blora. Perpaduan seperti ini tidak hanya memperkaya kehidupan sosial dan budaya Delta Brantas, tetapi juga memperkuat ikatan lintas budaya yang telah berlangsung sejak berabad-abad lalu. 

Dengan berbagai karya rupa dari para seniman kontemporer, 'Wetland Milestones' berupaya menghidupkan kembali kenangan tentang kekayaan budaya Delta Brantas, serta mengajak para pengunjung untuk merenungkan esensi dari persilangan budaya yang menjadi akar kuat kawasan ini. Setiap lukisan, instalasi, dan patung dalam pameran ini mengandung cerita panjang tentang hubungan antarbangsa, persilangan agama, dan pergolakan budaya yang memperkaya Delta Brantas hingga hari ini. 

"Semoga pameran ini bisa menjadi ruang refleksi bagi kita semua. Delta Brantas adalah saksi sejarah persilangan budaya yang begitu kaya dan kompleks. Dengan memahami masa lalu, kita bisa lebih menghargai keberagaman dan warisan yang ada," tutup Satriagama. 

Pameran 'Wetland Milestones' ini terbuka bagi semua kalangan dan diharapkan menjadi ajang untuk menggali kembali dan merayakan memori peradaban yang ada di tanah Jawa. Bagi para penikmat seni dan sejarah, pameran ini adalah sebuah kesempatan untuk memahami lebih dalam kompleksitas budaya yang pernah dan masih hidup di kawasan Delta Brantas. (*)

Pewarta : M Tsabit Taqy Izdihari (MG)
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.