https://malang.times.co.id/
Berita

Susanto, Komandan TRIP yang Gugur dengan Gagah Berani

Rabu, 09 November 2022 - 14:34
Susanto, Komandan TRIP yang Gugur dengan Gagah Berani Teatrikal Peperangan Jalan Salak antara Pasukan TRIP dan Pasukan Belanda. (FOTO: Bunga/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Ada sosok gagah yang berdiri paling depan di antara seluruh pasukan Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) yang berada di wilayah Malang. Sosok tersebut, bernama Susanto sebagai pemimpin Batalion 5000 yang ditempatkan di Malang.

Dari catatan sejarah, Susanto merupakan pelajar Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) di Malang. Ia memimpin Batalion 5000 bertujuan untuk menghadang Belanda saat melancarkan Agresi Militer I pada 21 Juli 1947 atau pasca kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Pasukan Belanda yang terdiri dari Brigade KNIL dan Brigade Marinir tiba di Malang dengan mengendarai tank AM-Track (sejenis tank amfibi) dan brencarier, bergerak dari arah timur dan barat untuk menjepit posisi pasukan TRIP di Jalan Salak yang kini bernama Jalan Pahlawan TRIP.

Pasukan-TRIP-dan-Pasukan-Belanda-2.jpg

"Brigadir Marinir Belanda itu mendapat tugas untuk merebut Kota Malang berdasarkan perintah dari Belanda untuk merebut wilayah yang menghasilkan hasil bumi, seperti di Malang yang menjadi pusat hasil bumi, yakni Kopi dan Tebu," ujar Pemerhati Budaya dan Sejarah Malang, Agung Buana, Rabu (9/11/2022).

Sebelum pertempuran TRIP, ada Dewan Rakyat Kota yang melakukan pembakaran 1.000 bangunan peninggalan Belanda di Kota Malang yang disebut dengan peristiwa Malang Bumi Hangus.

Pembakaran tersebut dilakukan untuk menahan pergerakan Belanda agar tak masuk ke wilayah Kota Malang.

"Saat pembakaran itu, mereka mundur ke sisi selatan Malang. Yang tinggal dan bertahan di Kota Malang hanya pelajar-pelajar TRIP itu," ungkapnya.

Saat itu, Susanto sebagai pimpinan TRIP Batalion 5000 membagi pasukan dalam empat kelompok. Kelompok KI.A mengambil posisi di Jalan Ijen Utara, Kelompok KI.B mengambil posisi di markas Batalion 5000 di Jalan Salak, Kelompok KI.C mengambil posisi di sebelah barat lapangan pacuan kuda dan Kelompok KI.D mengambil posisi di ujung selatan Jalan Ijen.

Namun, karena pasukan Belanda telah menjepit posisi pasukan TRIP dan memberikan serangan mendadak di pusat markas, sejumlah anak-anak TRIP pun panik, karena memang mereka belum berpengalaman dalam berperang.

"Tepat di depan Gereja Ijen itulah pertempuran terjadi yang dimana Belanda masuk menggunakan tank AM-Track," katanya.

Menurut catatan sejarah, lanjut Agung, kala itu posisi pertempuran tak seimbang. Setidaknya ada 25 sampai 30 pasukan TRIP dibawah pimpinan Susanto.

"Susanto melihat pertempuran ini tidak seimbang yang mana teman-teman TRIP memakai senjata ringan, sedangkan Belanda menggunakan senjata berat hingga tank," bebernya.

Susanto memiliki inisiatif yang tak terduga sama sekali. Melihat pasukannya tak berimbang dengan pasukan Belanda, ia pun berencana melemparkan granat ke tank milik Belanda sembari mengendarai kendaraan roda dua.

Dengan pistol di tangan kirinya dan granat di tangan kanannya, Susanto langsung melompat ke punggung tank Belanda.

"Ia menggunakan motor dan membawa granat untuk dilemparkan ke tank milik Belanda," imbuhnya.

Belum sempat granat dilemparkan, nahasnya Susanto tertembak beberapa kali oleh senjata miliki pasukan Belanda.

Susanto pun sempat roboh seketika. Namun, ia kembali bangkit dengan gagah untuk tetap berusaha melemparkan granat ke punggung tank milik Belanda tersebut.

Namun, tembakan pun kembali dilancarkan. Setidaknya dari catatan sejarah ada lima lobang di tubuh Susanto yang mengartikan setidaknya ada lima tembakan yang tepat mengenai tubuh Susanto.

"Dia terus terusan ditembak. Akhirnya beliau (Susanto) jatuh," katanya.

Saat jatuh itulah, secara sengaja Tank AM-Track milik Belanda tersebut mundur dan melindas tubuh Susanto hingga seketika hancur.

"Mengenaskan, saat jatuh dilindas tank dan gugurnya Susanto ini membuat pasukan TRIP lainnya perang habis-habisan membabi buta melawan pasukan Belanda," tuturnya.

"Tapi bagaimana pun beliau (Susanto) meski tertembak tetap berdiri dan ingin melempar granat ke tank itu," sambungnya.

Namun hasilnya, seluruh pasukan TRIP Batalion 5000 pun tewas setelah mempertahankan wilayah Malang dari gempuran tentara Belanda.

"Hasilnya semua meninggal dan dikuburkan di satu liang lahat yang sekarang menjadi Taman Malam Pahlawan TRIP," ujarnya. (*)

Pewarta : Rizky Kurniawan Pratama
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.