TIMES MALANG, MALANG – Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bendungan Karangkates atau Bendungan Sutami yang terencana dilaksanakan pada tahun ini menuai penolakan. Para petani ikan air tawar di tiga kecamatan: Sumberpucung, Pagak, dan Kalipare, Kabupaten Malang, mengetahui bahwa proyek tersebut mengancam Keramba Jaring Apung (KJA), yang menjadi sumber satu-satunya mata pencaharian mereka berpotensi tergusur.
Menurut penuturan Yudiyono, salah satu petani ikan air tawar di Desa Jatiguwi, Kecamatan Sumberpucung, wilayahnya sudah pernah disurvei oleh tim ahli proyek PLTS dari salah perguruan tinggi. Bahkan, kata dia, telah dilakukan sosialisasi bersama Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Muri Makmur Sutami 1 dan Muri Makmur 2.
“Di Desa Jatiguwi sendiri memang sudah pernah dilakukan sosialisasi. Kami di situ (saat sosialisasi) tegas menyampaikan menolak, sebab berkaitan dengan satu-satunya mata pencaharian kami,” kata Yudiyono kepada TIMES Indonesia, Selasa (28/01/2025).
Yudiyono mengatakan bahwa dia dan para petani ikan tawar di Bendungan Karangkates menyayangkan proyek PLTS jika sampai mengakibatkan penggusuran terhadap lahan petani.
“Kami para petani sepakat menolak jika lahan KJA digusur, perlu juga kami sampaikan sebenarnya tidak menolak juga kedatangan proyek tersebut. tapi alihkan ke tempat lainnya. Kan masih banyak, cukup lah untuk kebutuhan proyek yang katanya besarannya selebar lapangan sepak bola,” ujarnya.
Yudiyono mengungkapkan, ada potensi besar dari Keramba Jaring Apung yang lebih bernilai, yakni dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, yang belum banyak diketahui. Potensi ini akan terancam bila PLTS dibangun di wilayah keramba miliknya dan para petani lainnya.
“Potensi itu tidak hanya berdampak pada masyarakat setempat tapi juga masyarakat luas, khususnya di Jawa Timur,” terangnya.
KJA bagi Peningkatan Taraf Hidup Petani
Sebelum para petani membudidayakan ikan tawar di Bendungan Karangkates, taraf kehidupan masyarakat, terutama ekonomi dan pendidikan, sangat rendah.
“Pekerjaan masyarakat di sini serabutan dan semua para petani bisa dipastikan hanya lulusan SD serta yang paling mengkhawatirkan lagi adanya tindakan kriminalitas yang disebabkan karena kebutuhan kita tidak mencukupi, akhirnya mencuri dan lain sebagainya,” kata Yudiyono.
Sejak 2008, para petani KJA mulai membudidayakan ikan tawar. Taraf kehidupan sosial ekonomi mulai berubah. Bahkan, kata Yudiyono, para petani KJA mampu memberikan santunan terhadap abak yatim piatu.
“Kami juga bersyukur bisa membangun jalan yang itu sebenarnya adalah tanggung jawab pemerintah," ujarnya.
Yudiyono menambahkan, ikan hasil budidaya KJA di Bendungan Karangkates mampu menjadi penyuplai tertinggi ikan di Pasar Induk Gadang Kota Malang, dan beberapa daerah lainnya di Jawa Timur.
Hal tersebut, menurut Yudiyono, merupakan pencapaian yang tidak banyak diketahui oleh pemerintah.
Oleh karenanya dia berharap agar proyek PLTS yang akan dibangun di wilayahnya, dimana terdapat KJA yang jadi sumber penghidupan para petani, dipertimbangkan kembali.
“Kami hanya masyarakat kecil yang hanya bisa berharap pemerintah melihat kesejahteraan kami dan tidak justru menggangu lahan satu-satunya pekerjaan para petani ikan tawar,” ujarnya berharap.
Yudiyono dan para petani ikan tawar KJA lainnya di Bendungan Karangkates berharap dapat terus mengembangkan usaha yang telah digeluti sejak 2008 itu. Ada ratusan petani dan keluarganya yang menggantungkan hidupnya dari budidaya ikan ini. (*)
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |