TIMES MALANG, JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) telah menyetor dividen dan pajak senilai Rp98,4 triliun kepada negara dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.
Hal itu seperti diungkapkan Sunarso, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) dalam BRI Microfinance Outlook 2025 di Tangerang, Banten, Kamis (30/1/2025).
Sunarso mengatakan, jumlah yang disetor itu masih akan meningkat seiring dengan pelunasan dividen usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dijadwalkan berlangsung pada Maret 2025.
“Termasuk di tanggal 16 kemarin kami sudah menyicil bayar dividen interim porsi negara Rp10,8 triliun. Ini baru uang muka, nanti masih ada pelunasannya setelah RUPS,” kata Sunarso.
Sebelumnya, BRI membagikan dividen interim kepada para pemegang saham sebesar Rp135 per lembar saham dengan total nilai mencapai Rp20,33 triliun.
Dalam struktur kepemilikan saham BRI, negara menguasai 53,19 persen saham atau setara dengan 80,61 miliar lembar saham perseroan. Sedangkan sisanya dimiliki oleh publik dengan porsi sebesar 46,81 persen atau setara dengan 70,95 miliar lembar saham.
Dari total dividen interim Rp20,33 triliun, maka negara menerima Rp10,88 triliun dan pemegang saham publik mendapatkan Rp9,45 triliun.
Menurut perseroan, pembagian dividen ini bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi negara sebagai pemegang saham mayoritas melainkan juga manfaat bagi masyarakat umum yang menjadi pemegang saham ritel.
Perseroan menyebutkan jumlah pemegang saham BBRI merupakan yang terbanyak di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah mencapai 653.251 pemegang saham per Desember 2024.
Sunarso menambahkan bahwa pertimbangan pembagian dividen interim ini juga menunjukkan keberhasilan BRI dalam menjaga kinerja keuangan, yang didukung oleh modal yang kuat dan likuiditas memadai.
Menurut catatan perseroan, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dan pengelolaan likuiditas internal menunjukkan kinerja baik. CAR BRI per September 2024 mencapai sebesar 26,76 persen dan loan deposit ratio (LDR) bank yang terjaga di level 89,18 persen.
“Dengan likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI masih memiliki ruang yang cukup untuk tumbuh lebih baik,” kata Sunarso. (*)
Pewarta | : Antara |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |