https://malang.times.co.id/
Berita

Kopi Dampit yang Mulai 'Kehilangan' Eksistensi di Daerah Sendiri

Rabu, 23 Oktober 2024 - 16:20
Kopi Dampit yang Mulai 'Kehilangan' Eksistensi di Daerah Sendiri Ilustrasi. Suasana di kedai kopi (kafe) di Malang. (FOTO: Dok. TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANGKopi Dampit, salah satu produk unggulan dari Malang, dirasakan mulai kehilangan gaungnya di daerah asalnya. Meski dikenal oleh para pecinta kopi di Malang, ironisnya masih banyak juga yang tidak pernah mencicipi cita rasa kopi ini. 

Nama besar Kopi Dampit hanya tersisa di permukaan, sementara masyarakat setempat jarang menikmatinya. Mengapa demikian?

Sejarah mencatat, wilayah Malang Raya merupakan salah satu penghasil kopi terbaik sejak zaman kolonial. Perkebunan kopi di daerah ini pernah menjadi tumpuan ekonomi pemerintah Hindia Belanda. 

Bahkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan bahwa Malang masih menjadi produsen kopi terbesar di Jawa Timur. 

Selain Kopi Dampit, Malang juga menghasilkan varian lain seperti Kopi Songgoriti, Kopi Ampelgading, dan Kopi Arjuno.

Namun, kenyataannya saat ini, jika Anda mengunjungi berbagai kafe di Kota Malang, relatif jarang menemukan kopi lokal di dalam menu mereka. Meski ada, pilihan kopi asli Malang seperti Kopi Dampit atau Kopi Arjuno sangat minim.

Arief Priyono, pengarsip kopi dari Galeri Akartana, mengungkapkan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya minat masyarakat terhadap kopi asli Malang. 

Kurangnya promosi dan edukasi mengenai kopi lokal menjadi salah satu alasannya.

Di sisi lain, banyak kopi asal Malang yang diekspor tanpa dilabeli sebagai produk dari Malang, membuat masyarakat tidak menyadari bahwa kopi yang mereka nikmati sebenarnya berasal dari daerah mereka sendiri. Ternyata kopi asal Malang.

Masuknya brand kopi besar dari luar daerah maupun luar negeri, seperti Vietnam, juga turut menekan keberadaan kopi Malang di pasaran. 

Kafe-kafe lebih cenderung memilih produk dengan harga lebih murah, meskipun kualitasnya di bawah standar kopi Malang. 

Arief menyoroti ironi yang terjadi: masyarakat ingin harga kopi murah, namun di sisi lain mereka juga menuntut kesejahteraan petani kopi. 

“Kalau harga kopi mahal kalian protes tapi kalian juga yang menyuarakan perekonomian petani harus sejahtera,” ujar Arief Priyono saat saat berbicara pada Festival Sastra Kota Malang di Kafe Critasena, beberapa waktu lalu.

Arief mengingatkan, harga kopi di pasar juga mempengaruhi pendapatan petani. Jika harga kopi murah maka pendapatan petani kopi turun.

Arief menambahkan bahwa masalah kopi Malang tidak bisa diselesaikan hanya oleh petani atau pemilik perkebunan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi masalah kopi Malang dan semuanya saling terhubung.  

Pemerintah dan masyarakat harus turut berperan dalam memajukan kembali kopi lokal agar bisa bersaing dengan produk kopi dari luar daerah maupun luar negeri. (*)

Pewarta : TIMES Magang 2024
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.