TIMES MALANG, MALANG – Apartheid adalah istilah sistem diskriminatif berdasarkan ras yang diterapkan di Afrika Selatan selama puluhan tahun. Apartheid adalah bagian penting dalam sejarah negara tersebut.
Dengan kebijakan yang merampas hak-hak dasar dan merugikan jutaan orang, sistem Apartheid ini menciptakan luka mendalam dalam sejarah Afrika Selatan.
Asal-usul Apartheid
Apartheid berasal dari bahasa Afrikaans yang berarti 'pemisahan.' Sejarahnya dimulai pada pertengahan abad ke-20 ketika Partai Nasional yang berkuasa di Afrika Selatan mulai menggulirkan kebijakan rasialis yang merinci pemisahan antara komunitas kulit putih (Afrikaans dan Inggris) dan komunitas kulit hitam.
Pada tahun 1948, Partai Nasional memenangkan pemilihan dan secara resmi mengimplementasikan kebijakan apartheid.
Pemisahan Ras dalam Apartheid
Sistem apartheid memberikan landasan hukum untuk pemisahan antara kelompok ras yang berbeda. Kebebasan bergerak, pendidikan, dan pekerjaan dibatasi berdasarkan ras. Hukum pemisahan ras terlibat dalam segala aspek kehidupan, dari transportasi hingga tempat tinggal, dan bahkan taman umum.
Apartheid tidak hanya merinci pemisahan fisik melalui undang-undang dan peraturan, tetapi juga menciptakan pemisahan psikologis dengan memberlakukan kurikulum pendidikan yang mendukung ideologi supremasi kulit putih. Ini mengakibatkan pembentukan persepsi negatif terhadap kelompok kulit hitam dan merendahkan martabat mereka secara sistematis.
Perlawanan Terhadap Apartheid
Meskipun hukum apartheid sangat keras dan ketat, sejumlah besar penduduk Afrika Selatan menentang sistem ini. Organisasi seperti Kongres Nasional Afrika (ANC) dan Pan Africanist Congress (PAC) memimpin perjuangan melawan ketidaksetaraan.
Gerakan anti-apartheid juga mendapat dukungan internasional, dengan banyak negara dan tokoh dunia mengecam kebijakan tersebut.
Pada 1970-an dan 1980-an, tekanan internasional terhadap rezim apartheid semakin meningkat. Pemberlakuan sanksi oleh berbagai negara dan isolasi ekonomi membuat Afrika Selatan semakin terisolasi.
Pada awal 1990-an, pemerintahan presiden Frederik de Klerk mulai melemahkan kebijakan apartheid dan membebaskan tokoh-tokoh anti-apartheid yang dipenjara, termasuk Nelson Mandela.
Pemilu Pertama Kali dan Era Mandela
Pada tahun 1994, Afrika Selatan mengadakan pemilihan umum yang pertama kali di mana semua warga dewasa memiliki hak suara. Pemilu ini menandai berakhirnya era apartheid dan pembentukan pemerintahan yang dipimpin oleh Nelson Mandela, tokoh anti-apartheid terkemuka. Ini juga menandai dimulainya proses rekonsiliasi nasional untuk menyembuhkan luka-luka masa lalu.
Pasca-apartheid, Afrika Selatan menghadapi berbagai tantangan dan pencarian identitas nasional. Meskipun negara ini telah membuat kemajuan besar dalam menciptakan kesetaraan dan merangkul keragaman, masih ada pekerjaan rumah untuk memastikan semua warganya merasakan dampak positif dari perubahan tersebut.
Peran komunitas internasional dalam memberikan tekanan pada rezim apartheid sangat berpengaruh dalam membantu perubahan di Afrika Selatan. Berbagai negara dan organisasi internasional memberikan dorongan kuat untuk mengakhiri kebijakan diskriminatif tersebut.
Proses rekonsiliasi nasional, yang dipimpin oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (TRC), menjadi tonggak penting dalam menyatukan masyarakat yang terpecah oleh apartheid. TRC memberikan platform bagi korban dan pelaku kejahatan apartheid untuk berbicara dan mendengar, menciptakan dasar untuk membangun masa depan yang lebih bersatu.
Pemerintah pasca-apartheid telah berkomitmen untuk memperkuat perlindungan hak asasi manusia dan menciptakan masyarakat yang adil secara sosial. Meskipun ada kemajuan, tantangan masih ada dalam menangani masalah seperti ketidaksetaraan dalam sistem pendidikan, perumahan, dan akses ke layanan kesehatan.
Pendidikan adalah Kunci
Pendidikan memainkan peran kunci dalam mengatasi warisan apartheid. Pemerintah fokus pada reformasi pendidikan untuk menciptakan kurikulum yang mencerminkan keragaman masyarakat. Re-edukasi dan peningkatan kesadaran tentang sejarah apartheid menjadi bagian integral dari upaya untuk membangun pemahaman yang lebih baik dan menghindari pengulangan kesalahan masa lalu.
Meskipun terdapat upaya untuk mewujudkan masyarakat multikultural yang inklusif, tantangan masih ada dalam mengatasi ketidaksetaraan dan prasangka sosial. Penciptaan budaya yang merangkul keberagaman dan menghormati hak-hak semua warga adalah aspek penting dari pembangunan sosial pasca-apartheid.
Generasi muda di Afrika Selatan memiliki peran kunci dalam menjaga dan memajukan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan. Pembelajaran dari masa lalu menjadi inspirasi bagi mereka untuk membangun masa depan yang lebih baik. Keterlibatan aktif generasi muda dalam politik, aktivisme sosial, dan pengembangan masyarakat menjadi penentu keberlanjutan perubahan positif.
Mencegah agar Apartheid tidak terjadi lagi
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mengenal dan Memahami Apartheid, Sejarah Kelam Pembagian Ras di Afrika Selatan
Pewarta | : |
Editor | : Faizal R Arief |