TIMES MALANG, JAWA TENGAH – Pembelajaran koding di jenjang dasar di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala yang cukup kompleks, meskipun penting untuk mengembangkan keterampilan digital pada generasi muda. Salah satu kendala terbesar adalah keterbatasan infrastruktur yang ada di banyak sekolah, terutama di daerah terpencil.
Di banyak tempat, akses terhadap perangkat komputer dan koneksi internet yang stabil masih sangat terbatas. Menurut data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sekitar 60% sekolah di daerah terpencil belum memiliki fasilitas teknologi yang memadai.
Hal ini membuat pembelajaran koding menjadi sangat sulit diterapkan, karena banyak siswa dan guru yang tidak dapat mengakses materi pembelajaran berbasis digital.
Selain itu, keberadaan guru yang terlatih di bidang teknologi juga menjadi masalah. Meskipun beberapa pelatihan telah dilakukan melalui program seperti Merdeka Mengajar, data dari Kemendikbudristek pada 2020 menunjukkan bahwa hanya sekitar 17% guru yang memiliki keterampilan dalam pengajaran berbasis teknologi.
Kekurangan ini tentu saja mempengaruhi kualitas pengajaran koding di sekolah dasar, karena guru yang belum memahami betul konsep pemrograman akan kesulitan mengajarkannya kepada siswa. Ini menjadi tantangan ganda, di satu sisi kita ingin mengajarkan keterampilan digital sejak dini, tetapi di sisi lain banyak guru yang belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengajar keterampilan tersebut.
Selain faktor infrastruktur dan tenaga pengajar, kurikulum pendidikan di Indonesia juga belum sepenuhnya mendukung pembelajaran koding. Saat ini, pembelajaran koding masih dipandang sebagai mata pelajaran tambahan dan belum menjadi bagian integral dari kurikulum pendidikan dasar.
Meskipun ada beberapa upaya untuk memasukkan koding ke dalam kurikulum merdeka, banyak sekolah yang belum sepenuhnya mengimplementasikan pembelajaran tersebut. Kurikulum yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan perkembangan teknologi ini menjadikan pembelajaran koding tidak optimal di tingkat sekolah dasar.
Namun, meskipun tantangan tersebut cukup besar, ada beberapa solusi yang bisa diambil untuk mengatasi masalah ini. Salah satunya adalah dengan memperkuat infrastruktur pendidikan di seluruh Indonesia.
Pemerintah perlu meningkatkan akses ke perangkat teknologi dan koneksi internet di sekolah-sekolah, terutama di daerah-daerah terpencil. Dengan adanya fasilitas yang memadai, pembelajaran koding bisa lebih mudah diakses oleh siswa di berbagai penjuru Indonesia.
Selain itu, pelatihan guru dalam bidang teknologi harus menjadi prioritas. Guru adalah kunci dalam keberhasilan pembelajaran, dan untuk itu mereka perlu diberikan pelatihan yang berkelanjutan dalam mengajarkan koding dan teknologi secara efektif.
Program dan pelatihan lain yang lebih fokus pada pengembangan keterampilan teknologi harus diperluas dan diperbanyak, agar lebih banyak guru yang siap mengajarkan koding kepada anak-anak. Penguasaan teknologi oleh guru akan membuat mereka lebih percaya diri dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut.
Di sisi lain, kurikulum pendidikan di sekolah dasar perlu lebih mengakomodasi pembelajaran koding, sehingga tidak hanya dianggap sebagai mata pelajaran tambahan. Koding dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain, seperti matematika atau seni, untuk membuatnya lebih relevan dan menarik bagi siswa.
Dengan demikian, pembelajaran koding akan lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa, karena mereka dapat mengaitkan konsep pemrograman dengan hal-hal yang mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Penting juga untuk melibatkan sektor swasta dan organisasi non-pemerintah dalam upaya meningkatkan pendidikan koding di Indonesia. Banyak perusahaan teknologi yang sudah mulai memberikan dukungan melalui penyediaan perangkat lunak gratis, pelatihan untuk guru, atau platform pembelajaran daring. Kolaborasi ini akan sangat membantu mempercepat penerapan pembelajaran koding di sekolah-sekolah dasar.
Pada akhirnya, meskipun terdapat berbagai kendala, upaya untuk mengajarkan koding kepada siswa di jenjang dasar harus terus didorong. Pembelajaran koding bukan hanya soal mempersiapkan siswa untuk dunia kerja yang semakin digital, tetapi juga untuk membentuk pola pikir kritis dan kreatif yang penting di era teknologi.
Dengan meningkatkan infrastruktur, memperkuat pelatihan guru, serta menyesuaikan kurikulum, Indonesia dapat menciptakan generasi muda yang lebih siap menghadapi tantangan digital di masa depan.
***
*) Oleh: Tundung Memolo, S.Pd.Si., M.Sc., CEO Litbang Indomatika, Jawa Tengah.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |