TIMES MALANG, BENGKULU – Berbicara mengenai pendidikan karakter hal tersebut tidak hanya sekedar terjadi di sekolah saja. Pendidikan sejatinya adalah serangkaian aktivitas yang berlangsung dan saling terintegrasi, baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.
Oleh karenanya, keberhasilan pendidikan bukanlah tanggung jawab pihak lembaga pendidikan formal, melainkan tanggung jawab bersama.
Dalam rangka memelihara generasi yang memiliki potensi, karakter dan kepribadian memang memerlukan sinergi tri pusat pendidikan. Hal ini selaras dengan pendapat Masmidah (2025), sebagai Ketua Bidang 2 Pengasuhan dan Pendidikan Karakter di Seruni.
Masmidah menyampaikan bahwa pendidikan karakter adalah tanggung jawab bersama. Ia menambahkan pemerintah, sekolah, keluarga dan masyarakat seharusnya terlibat dalam upaya membangun mental dan karakter bangsa.
Lebih lanjut, Masmidah juga menegaskan bahwa generasi muda merupakan aset paling berharga bagi bangsa Indonesia. Terlebih, Indonesia mencanangkan di tahun 2045 generasi emas.
Menyambut visi jangka panjang Indonesia, Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasme) secara resmi meluncurkan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Hebat.
Gerakan ini merupakan inisiatif yang strategis untuk mewujudkan pendidikan karakter, dengan demikian asta cita dalam visi keempat Presiden Prabowo turut tercapai melalui program ini.
Gerakan yang berfokus pada tujuh kebiasaan antara lain; kebiasaan bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat merupakan tonggak penting dalam upaya menghadirkan generasi emas.
Program ini tentu merupakan program yang luar biasa dan secara jangka panjang jika dilaksanakan dengan baik, akan menghadirkan dampak yang signifikan terhadap dunia pendidikan.
Melalui implementasi kebiasaan-kebiasaan ini, Kemdikdasmen mendukung bahwa pembelajaran tidak hanya pada penguatan akademis, melainkan generasi yang berkarakter adalah yang memiliki kepribadian kuat, kepedulian terhadap sosial, serta memiliki tanggung jawab terhadap sekitar.
Abdul Mu’ti dalam momentum ini menyampaikan harapannya perihal peluncuran program 7 kebiasaan anak hebat. Menurutnya, jika kebiasaan ini mampu terlaksana menjadi kebiasaan setiap anak, maka generasi Indonesia tidak hanya cerdas secara intelektual, melainkan memiliki kecerdasan sosial dan spiritual.
Kemdikdasmen juga menambahkan bahwa program ini merupakan cerminan dari tradisi dan nilai-nilai utama bangsa Indonesia yang berakar kuat pada budaya dan agama. Selain berdampak pada kecerdasan sosial dan spiritual, dengan program 7 kebiasaan anak hebat Indonesia, hal ini secara jangka panjang juga memberikan perubahan pada kematangan emosional dan kesehatan mental anak.
Pertama, kebiasaan bangun pagi. Secara kesehatan fisik, bangun pagi memiliki manfaat tersendiri. Tetapi lebih dari itu, bangun pagi ternyata juga dapat membantu pada aspek emosional. Selain meningkatkan produktivitas, dengan bangun pagi mampu meningkatkan fungsi kognitif, menurunkan risiko depresi dan membuat suasana lebih tenang.
Kedua, kebiasaan beribadah yang dicanangkan oleh Kemdikdasmen juga memiliki manfaat yang tidak kalah penting. Dilansir dari Idntimes, sedikitnya terdapat 5 menfaat memiliki kebiasaan beribadah, salah satunya adalah membantu lebih bisa berpikir jernih.
Selain itu, kebiasaan ini juga memudahkan kita untuk memiliki kematangan emosi. Jika beribadah menjadi kebiasaan yang mampu diterapkan oleh anak, maka generasi emas akan bisa terwujud. Generasi yang tidak mudah marah dan objektif dalam menilai sesuatu.
Ketiga, ada beragam manfaat dari kebiasaan berolahraga. Tidak hanya berdampak langsung pada kesehatan jasmani, ternyata berolahraga juga berpengaruh pada kesehatan mental dan emosional.
Disebutkan dalam artikel Clarity Child Guidance Center (2017), olahraga memiliki efek pencegahan saat menghadapi stresor dan masalah emosional. Anak-anak dan remaja yang berolahraga juga cenderung merasa lebih baik dan percaya diri, yang pada gilirannya dapat membantu mereka bersosialisasi dengan orang lain.
Keempat, makan sehat dan bergizi. Salah satu program prioritas Presiden Prabowo adalah makan siang gratis, perlu ditegaskan bahwa makan yang dikonsumsi juga harus sehat dan bergizi.
Program ini terlihat seperti program biasa, padahal jika dijalankan dengan komprehensif akan berdampak positif. Kenapa demikian? Ternyata makan sehat dan bergizi juga memiliki pengaruh terhadap kesehatan anak.
Berdasarkan tinjauan bukti ilmiah yang dilakukan pada tahun 2022, diketahui terdapat pola makan berpotensi mempengaruhi kesehatan mental, yaitu diet-MIND (Mediterranaen- DASH Intervention for Neurodegenerative delay).
Gizi berperan penting terhadap timbulnya depresi, durasinya, serta tingkat keparahannya. Asupan gizi yang tidak seimbang berkaitan dengan risiko seseorang mengalami depresi. Sebaliknya, nutrisi yang baik juga secara signifikan mempengaruhi kesehatan mental.
Kelima, secara sederhana kebiasaan gemar belajar memiliki pengaruh terhadap peningkatan kecerdasan intelektual dan memberikan kemudahan anak dalam menerima informasi.
Lebih jauh, kebiasaan gemar belajar juga berdampak pada kematangan emosional dan kesehatan mental anak, jika anak memiliki kecenderungan untuk gemar belajar maka mereka akan jauh lebih produktif dan minim menerima informasi tidak penting.
Durasi waktu bermain gadget juga akan berkurang, hasilnya anak-anak akan fokus dan justru tidak mudah menyimpulkan suatu kejadian secara reaktif.
Keenam, bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial, sependiam apapun seseorang tentu mendambakan kontak sosial. Oleh karenanya, anak perlu ditanamkan kebiasaan bermasyarakat agar tidak tumbuh menjadi generasi yang indidualisme.
Bagi kematangan emosional, jika kita sering bermasyarakat kita akan berselancar pada pengalaman-pengalaman sosial yang memahamkan kita mengenai makna hidup dan bagaimana menyelesaikan konflik-konflik sosial.
Kebiasaan menyendiri juga tidak baik bagi kesehatan, kita hanya akan hidup didunia maya dan minim referensi kontekstual. Penting bagi generasi hari ini untuk diajak terlibat langsung dalam kegiatan masuarakat, sebab banyak nilai-nilai pengetahuan yang justru mereka dapatkan ketika terjun langsung untuk mengamati dan ikut serta berkontribusi.
Ketujuh, tidur cepat menjadi salah satu kebiasaan yang sangat penting bagi kesehatan mental dan emosional anak. Penulis mengapresiasi Kemdikdasmen yang turut memberikan perhatian untuk kebiasaan ini.
Ditinjau dari dr. Verury Verona Handayani (2020), nyatanya tidur dan kesehatan mental saling berkaitan erat. Kurang tidur diketahui bisa memengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan mental seseorang.
Di lain sisi, orang yang memiliki masalah dengan kesehatan mental seringnya juga mengalami gangguan tidur, misalnya insomnia atau susah tidur di malam hari.
Penting bagi anak untuk memiliki kebiasaan tidur cepat. Kenapa demikian? Sebab, aktivitas otak berfluktuasi selama tidur, meningkat dan menurun selama berbagai tahap tidur yang membentuk siklus tidur.
Setiap tahap berperan dalam kesehatan otak, memungkinkan aktivitas di berbagai bagian otak meningkat atau menurun dan memungkinkan pemikiran, pembelajaran, dan ingatan yang lebih baik.
Program 7 Kebiasaan Anak Hebat ini selaras dan tegak lurus dalam penguatan pendidikan karakter. Hal ini dapat diliat dari dampak positif yang dihasilkan dengan hasil riset dan kajian ilmiah yang mendalam.
Program pemerintah ini wajib kita dukung tentu dengan saling bekerjasama dengan berbagai pihak untuk mewujudkan generasi emas 2045.
***
*) Oleh : An-Najmi Fikri R, Akademisi dan Praktisi Pendidikan.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |