TIMES MALANG, JAKARTA – Pendidikan karakter di Indonesia telah menjadi salah satu fokus utama dalam upaya membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia dan sehat secara fisik dan mental. Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menjadi inisiatif yang relevan.
Melalui kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat, gemar belajar, bermasyarakat, dan tidur cepat, program ini memberikan fondasi yang kokoh bagi pembangunan karakter anak yang seimbang secara mental, fisik, dan sosial.
Gerakan ini bertujuan untuk menanamkan kebiasaan positif dalam kehidupan sehari-hari anak Indonesia, dengan harapan mereka akan tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan berbudi luhur.
Memupuk kebiasaan positif sejak dini tidak hanya membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak tetapi juga memperkuat karakter untuk lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.
Anak akan diajarkan disiplin, tanggung jawab, dan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental melalui kebiasaan seperti bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan makanan yang sehat, dan tidur tepat waktu.
Penguatan karakter melalui kebiasaan ini juga akan membantu menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama dan lingkungan, yang merupakan dasar bagi masyarakat harmonis dan toleran.
Dalam Social Learning Theory albert bandura, perilaku manusia banyak dipengaruhi oleh pengamatan terhadap perilaku orang lain dan hasil dari perilaku tersebut. Dalam konteks Gerakan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat, ini sangat relevan karena anak cenderung lebih mudah mengadopsi kebiasaan positif jika mereka melihat kebiasaan tersebut dan diterapkan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari Bersama dengan orang sekitar mereka.
Begitupun dalam Teori Konstruktivisme Jean Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran terjadi melalui interasi aktif individu dengan lingkungan sekitarnya, dimana anak dapat membangun pengetahuan melalui pengalaman langsung.
Teori konstruktivis relevan dengan Gerakan ini dengan belajar kebiasaan positif melalui pengalaman dan interaksi langsung yang mereka lakukan dengan orang tua, guru, teman dan masyarakat.
Piaget mengidentifikasi empat tahap perkembangan kognitif anak: sensorimotor (0-2 tahun), praoperasi (2-7 tahun), operasional konkret (7 -12 tahun) dan operasional formal (12 keatas). Dalam Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, penting untuk menyesuaikan pendekatan dengan tahap perkembangan kognitif anak.
Anak di tahap praoperasional mungkin lebih cenderung belajar melalui permainan dan lagu. Di sisi lain, anak di tahap operasional konkret dapat diajak untuk melakukan kegiatan yang lebih sistematis dan berdasarkan pengalaman nyata.
Namun, untuk mewujudkan tujuan besar ini, tidak cukup hanya dengan inisiatif dari pemerintah. Semua orang, termasuk orang tua, guru, masyarakat, dan lembaga terkait, harus bekerja sama untuk merealisasikan Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat.
Oleh karena itu, Kemendikdasmen juga meluncurkan berbagai program kreatif, seperti Senam Anak Indonesia Hebat dan Album Lagu Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program ini tidak hanya mendidik anak tetapi juga memberi mereka hiburan.
Program ini bertujuan untuk membuat anak belajar dengan cara yang menyenangkan dan kreatif dan membuat kebiasaan baik lebih mudah diterima dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Senam ini dimaksudkan untuk meningkatkan kebugaran anak dan sekaligus memberi mereka waktu untuk bergerak dengan cara yang menyenangkan dan aktif. Sementara itu, album lagu-lagu yang mengangkat tema kebiasaan positif ini bertujuan untuk mengedukasi dan menginspirasi generasi muda dengan cara yang kreatif.
Melalui musik, anak lebih mudah menyerap dan memahami nilai-nilai moral yang terkandung dalam setiap kebiasaan baik yang diajarkan, sekaligus menikmati proses belajar yang lebih menyenangkan dan krearif.
Selain itu, gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat membutuhkan kerja sama lintas sektor dari berbagai kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan organisasi masyarakat untuk berhasil. Keberhasilan gerakan ini sangat bergantung pada dukungan yang kuat dari sektor pendidikan, kesehatan, sosial, dan perlindungan anak.
Setiap sektor memiliki peran penting dalam pembentukan generasi yang sehat, cerdas, dan berbudi luhur. Mereka juga harus membuat lingkungan yang mendukung anak untuk menerapkan kebiasaan baik.
Dalam laporannya, Suharti, Sekretaris Jenderal Kemendikasmen, menekankan betapa pentingnya menggunakan pendekatan terpadu untuk menjalankan program ini. Kami sadar bahwa membangun generasi emas Indonesia memerlukan dukungan dari semua pihak.
Suharti menyatakan bahwa keberhasilan gerakan ini bergantung pada sinergi antara keluarga, sekolah, masyarakat dan media. Pernyataan ini menunjukkan betapa pentingnya bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan besar untuk memiliki anak Indonesia yang sehat, cerdas, dan berbudi pekerti luhur.
Dengan melibatkan semua pihak, mulai dari keluarga, sekolah, hingga komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung anak untuk mengembangkan kebiasaan positif.
Melalui pendekatan yang holistik ini, bukan hanya kebiasaan baik yang diajarkan, tetapi juga nilai-nilai sosial yang memperkuat karakter dan kesejahteraan anak, menjadikan mereka generasi yang siap.
***
*) Oleh : Lanny Ilyas Wijayanti, Anggota Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |