https://malang.times.co.id/
Opini

Mahasiswa, Organisasi, dan Ruang Tumbuh Kreativitas

Selasa, 23 Desember 2025 - 18:12
Mahasiswa, Organisasi, dan Ruang Tumbuh Kreativitas Baihaqie, Kader HMI dan Mahasiswa Hukum Universitas PGRI Kanjuruhan Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Di tengah tuntutan akademik yang semakin teknokratis, organisasi kemahasiswaan sering dipandang sebagai aktivitas sampingan. Ia dianggap mengganggu kuliah, menyita waktu, bahkan dicurigai sebagai sumber kegaduhan. Padahal, justru di ruang-ruang organisasi itulah mahasiswa belajar hal yang tidak diajarkan di ruang kelas: kreativitas, kepemimpinan, dan keberanian berpikir.

Organisasi bukan sekadar wadah berkumpul, tetapi laboratorium sosial. Di sanalah mahasiswa bertemu dengan perbedaan karakter, gagasan, dan latar belakang. Konflik, perdebatan, dan kerja kolektif menjadi proses alami yang membentuk cara berpikir kreatif. Kreativitas lahir bukan dari kenyamanan, melainkan dari keterpaksaan untuk mencari jalan keluar bersama.

Ruang kelas mengajarkan teori, tetapi organisasi mengajarkan praksis. Mahasiswa belajar menyusun program, mengelola anggaran, membangun jejaring, hingga menyelesaikan persoalan yang tidak selalu ideal. Di situ kreativitas diuji: bagaimana membuat kegiatan dengan sumber daya terbatas, bagaimana mengemas gagasan agar diterima banyak pihak, dan bagaimana bertahan di tengah tekanan internal maupun eksternal.

Lebih dari itu, organisasi melatih kepekaan sosial. Mahasiswa tidak hanya berpikir untuk diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan kolektif. Proses ini menumbuhkan empati dan imajinasi sosial dua unsur penting dalam kreativitas. Tanpa empati, kreativitas hanya menjadi pamer kecerdikan. Tanpa imajinasi sosial, gagasan kehilangan relevansinya.

Dalam organisasi, mahasiswa juga belajar gagal. Program tidak selalu berjalan mulus, ide tidak selalu diterima, dan kepemimpinan tidak selalu berhasil. Namun justru dari kegagalan itulah daya cipta tumbuh. Mahasiswa dipaksa beradaptasi, memperbaiki pendekatan, dan mencari strategi baru. Kreativitas berkembang sebagai respons terhadap keterbatasan, bukan kemewahan.

Sayangnya, budaya kampus sering kali tidak sepenuhnya ramah terhadap proses ini. Ukuran keberhasilan mahasiswa masih didominasi oleh indeks prestasi dan lama studi. Aktivitas organisasi diposisikan sebagai pelengkap, bukan bagian dari proses pendidikan. Akibatnya, banyak mahasiswa ragu terlibat aktif karena khawatir dianggap tidak fokus akademik.

Padahal, dunia kerja dan kehidupan sosial menuntut kemampuan yang tidak bisa diukur dengan transkrip nilai. Kreativitas, komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan bekerja dalam tim justru sering terbentuk di luar ruang kelas. Organisasi menjadi jembatan antara pengetahuan akademik dan realitas sosial.

Organisasi juga menjadi ruang aman bagi mahasiswa untuk menemukan identitas dan minatnya. Tidak semua mahasiswa langsung tahu apa yang ingin mereka tekuni. Melalui organisasi, mereka mencoba berbagai peran, mengeksplorasi potensi, dan menemukan passion. Proses pencarian ini adalah bagian penting dari kreativitas personal.

Di era digital, organisasi mahasiswa menghadapi tantangan baru. Aktivisme sering terjebak pada simbolisme media sosial: ramai di unggahan, sepi di kerja nyata. Kreativitas tereduksi menjadi konten instan, bukan proses panjang. Ini menjadi pengingat bahwa organisasi bukan sekadar panggung eksistensi, melainkan ruang belajar yang membutuhkan kedisiplinan dan konsistensi.

Karena itu, organisasi perlu terus berbenah. Budaya hierarkis yang kaku, konflik ego, dan orientasi kekuasaan harus ditinggalkan. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membuka ruang gagasan, mendorong kolaborasi lintas latar belakang, dan menghargai proses. Kreativitas hanya tumbuh di lingkungan yang inklusif dan terbuka.

Peran kampus pun krusial. Perguruan tinggi seharusnya tidak memandang organisasi sebagai ancaman akademik, melainkan mitra pendidikan. Dukungan kebijakan, pengakuan akademik, dan pendampingan yang tepat akan membuat organisasi menjadi ruang tumbuh yang lebih produktif.

Mahasiswa yang aktif berorganisasi bukan mahasiswa yang kehilangan fokus, tetapi mahasiswa yang sedang membangun kapasitas diri. Mereka belajar mengelola waktu, mengatur prioritas, dan menghadapi kompleksitas. Kreativitas yang tumbuh dari proses ini bukan kreativitas instan, melainkan kreativitas yang berakar pada pengalaman.

Organisasi adalah ruang pendidikan yang sering diremehkan, tetapi sangat menentukan. Di sanalah mahasiswa belajar menjadi manusia utuh yang berpikir, merasakan, dan bertindak. Jika kampus ingin melahirkan generasi kreatif dan berdaya saing, maka organisasi bukan pilihan tambahan, melainkan kebutuhan.

 

***

*) Oleh : Baihaqie, Kader HMI dan Mahasiswa Hukum Universitas PGRI Kanjuruhan Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.