https://malang.times.co.id/
Berita

Kisah Cinta Sepasang Kakek Nenek Penjual Dawet Beras

Kamis, 06 Mei 2021 - 21:57
Kisah Cinta Sepasang Kakek Nenek Penjual Dawet Beras Sepasang pejuang hidup, Satirun (86) dan Matiah (77) saat berjualan dawet beras di sekitaran Jl Wilis, Kota Malang. (FOTO: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Kerasnya dunia dengan segala persoalannya ternyata tak membuat gentar sepasang suami istri yang bisa dibilang sebagai pejuang hidup dalam melalui lika-likunya dengan rasa syukur dan bahagia.

Pasangan tersebut adalah Satirun (86) dan Matiah (77) yang setiap harinya sejak 2010 silam berjualan dawet beras untuk menyambung hidupnya.

Meski mereka memiliki keterbatasan, yakni sang kakek (Satirun) yang dimana lututnya berat untuk dibengkokkan dan sang nenek (Matiah) yang pergelangan tangan kirinya mengalami patah tulang tak membuat pasangan tersebut berhenti bekerja.

Sepasang suami istri penjual Dawet yang setiap hari menjajakan dawet beras dengan berkeliling disekitaran Jl Kawi, Jl Ijen hingga Jl Wilis, Kota Malang tersebut masih merasa bersyukur dengan kemampuan yang mereka punyai masih bisa membahagiakan satu sama lain.

Nenek Matiah saat ditemui TIMES Indonesia mengungkapkan bahwa dirinya sangat bahagia meski dengan keterbatasannya masih bisa membantu mendorong gerobak dawetnya untuk menemani sang kakek berkeliling untuk menjajakan dawetnya.

"Ini pergelangan tangan saya patah mas. Tapi mau gimana lagi. Saya nemenin bapak (Satirun) dorong rombong (gerobak) sudah seneng banget mas. Saya bahagia bisa nemenin bapak jualan kemana-mana," ujar Matiah, Kamis (6/5/2021).

Matiah menjelaskan, pergelangan tangannya tersebut patah akibat terpeleset saat mendorong gerobak dawet berasnya yang memang sehari-hari dilakukan untuk membantu dan menemani suaminya.

Kakes Satirun dan Nenek Matiah yang tinggal bersama saudaranya di sebuah lorong kecil di Jl Gading Kasri No 14 B, RT 04 RW 06, Klojen, Kota Malang tersebut mencari nafkah untuk mencukupi hidupnya sehari-hari dan membeli obat untuk sang nenek yang memang sedang sakit.

"Yang penting bisa makan, kalau kepingin beli apa gitu kan sulit. Orang beli obat saja juga susah, belum untuk belanja keperluan dawet ini," ungkapnya.

Sang nenek yang setiap pukul 06.00 WIB berbelanja kebutuhan bahan membuat dawet beras di kawasan Pasar Mergan tersebut, setiap harinya juga ditemani sang kakek.

Matiah mengaku, memang kemana-mana selalu bersama sang kakek. Entah berbelanja, sekedar membeli obat hingga setiap hari berjualan memang selalu bersama sang kakek.

"Alhamdulilah saya senang mas bisa kemana-mana sama bapak itu. Gak jualan saja, apa-apa sama bapak, seneng banget," katanya.

Dikatakan Matiah, ia bersama sang kakek setiap hari berjualan jika hari biasa, yakni mulai pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB. Lalu saat memasuki bulan puasa, mereka berdua berjualan mulai pukul 02.00 WIB hingga 17.00 WIB.

Tak setiap hari memang dawet yang mereka jual habis. Terkadang kata Matiah, juga bisa dawet yang mereka jual tak laku dan akhirnya harus dibuang karena memang tidak bisa disimpan lagi.

"Kadang rame kadang ya sepi. Kalau gak laku ya buang mas, mau gimana lagi, ya rugi. Meski gak laku tetap kita syukuri, karena kita niat berjualan dan niat bareng-bareng," tuturnya.

Sementara itu Satirun menuturkan bahwa dengan adanya sang nenek yang setiap hari bisa menemaninya, hal itu dirasa cukup olehnya.

Bagaimana tidak, dikatakan Satirun, sang nenek yang setiap hari berada disampingnya menjadi energi semangat untuk terus berkeliling dan menghasilkan rejeki guna menafkahi kehidupan mereka berdua.

"Bersyukur ibu setiap hari mau menemani. Ada disini (matiah) saya sudah senang mas. Saya capek, ibu itu semangat saya. Bagaimana pun ini jeri payah juga buat dia," ungkapnya.

Satirun yang setiap hari membawa sebuah kursi lipat, memang digunakannya untuk duduk karena lututnya tak bisa dibegkokkan. Namun dengan perjuangan yang selama ini dilakoninya, tak membuatnya menyerah begitu saja.

Selagi ada sang nenek disampingnya, Satirun merasa hidupnya bahagia dan tak perlu ada masalah ataupun beban yang harus dipikirkannya.

"Ya gimana pun, keringat saya kan buat kita mas. Mau laku atau tidak tetap disyukuri. Yang terpenting bisa tetap berjualan dan makan saya rasa itu cukup," pungkas penjual Dawet Beras tersebut. (*)

Pewarta : Rizky Kurniawan Pratama
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.