TIMES MALANG, JAKARTA – Hamas menyatakan tidak akan melucuti senjata kecuali negara Palestina merdeka berdiri.
Dalam pernyataannya, Sabtu (2/8/2025) Hamas mengatakan, mereka tidak bisa melepaskan haknya untuk melakukan perlawanan bersenjata, kecuali Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya berdiri.
Sementara Israel, seperti dilansir Arab News, menganggap pelucutan senjata Hamas sebagai syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik, tetapi Hamas telah berulang kali mengatakan pihaknya tidak bersedia meletakkan persenjataannya.
Negosiasi tidak langsung antara Hamas dan Israel yang tujuannya untuk mengamankan gencatan senjata selama 60 hari dalam perang Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera berakhir minggu lalu, mengalami kebuntuan.
Selasa lalu Qatar dan Mesir, yang menengahi upaya gencatan senjata juga telah mendukung deklarasi Prancis dan Arab Saudi yang menguraikan langkah-langkah menuju solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina dan mengatakan bahwa sebagai bagian dari ini Hamas harus menyerahkan senjatanya kepada Otoritas Palestina yang didukung Barat.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengangga berdirinya negara Palestina merdeka di masa depan sebagai platform untuk menghancurkan Israel.
Karena alasan itu kendali keamanan atas wilayah Palestina harus tetap berada di tangan Israel.
Netanyahu pun mengkritik beberapa negara, termasuk Inggris dan Kanada, karena mengumumkan rencana untuk mengakui negara Palestina sebagai respons atas kehancuran Gaza akibat serangan dan blokade Israel, dan menyebut langkah tersebut sebagai hadiah atas tindakan Hamas.
Perang di Gaza dimulai setelah militan yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober 2023, dan menewaskan 1.200 orang serta menyandera 251 orang kembali ke Gaza.
Balasan militer Israel terhadap Gaza kemudian telah mengubah sebagian besar daerah kantong itu menjadi tanah tandus, membunuh lebih dari 60.000 warga Palestina dan sebagian besar anak-anak dan wanita serta memicu bencana kemanusiaan.
Israel dan Hamas saling menyalahkan setelah putaran perundingan terakhir berakhir dengan kebuntuan, dengan masih adanya kesenjangan mengenai sejumlah isu termasuk sejauh mana penarikan militer Israel. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |