TIMES MALANG, BATU – Sendratari Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja tampil dalam sesi International Performing Art Bantengan Nuswantara Trance Festival ke-17 di Galeri Batik Anjani, Dusun Binangun, Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, Sabtu (1/8/2025).
Karya seni pertunjukan ini menjadi bagian dari wujud cinta tanah air dalam forum seni yang diikuti oleh 9 negara, antara lain Malaysia, Jepang, Hongkong, Kolombia, Australia, India, Amerika, Denmark, dan Norwegia.
Sendratari Blitar Getarkan Jiwa Nasionalisme di Panggung Internasional
Sendratari Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja merupakan karya Kholam Shiharta yang mengangkat tema nasionalisme dan semangat kemerdekaan. Karya ini disusun sebagai respons atas pentingnya pewarisan nilai sejarah melalui media seni.
Sendratari kolaborasi ibu dan anak tampil menyentuh di Trance Festival 2025. (FOTO: Beril Bestarino Otniel Sasongko/TIMES Indonesia)
Pertunjukan berdurasi sekitar 10 menit ini dibawakan oleh dua penari, yaitu Widia Fitri Susanti dan putranya, Jagad Nata Shiharta. Keduanya menampilkan dinamika relasi ibu dan anak sebagai simbol pewarisan nilai kebangsaan dari generasi ke generasi.
Gerak tari dibangun dalam beberapa babak yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa. Dimulai dari periode Kerajaan Nusantara, kolonial, perlawanan, hingga penggambaran semangat proklamasi dan persatuan dalam bingkai spiritualitas budaya Nusantara.
Musik pengiring dan pencahayaan dirancang sederhana, menyesuaikan konsep minimalis dan simbolis yang diusung dalam karya. Dengan mengandalkan kekuatan koreografi dan ekspresi emosional, pertunjukan ini berhasil menarik perhatian penonton dari berbagai latar budaya.
"Kami ingin menampilkan refleksi nasionalisme melalui format yang lebih intim dan simbolik, tanpa banyak ornamen, tetapi menyentuh secara emosional," ujar Kholam Shiharta, seniman sekaligus pencipta karya.
Penampilan sendratari Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja menjadi bagian dari sesi pertunjukan internasional di Performing Art Bantengan Nuswantara Trance Festival ke-17 yang fokus pada ekspresi budaya dan spiritual Nusantara. Karya ini menjadi satu-satunya pertunjukan Indonesia dalam sesi tersebut yang mengusung tema nasionalisme secara eksplisit.
Dengan format dua penari, karya ini menunjukkan bahwa kekuatan pesan tidak selalu bergantung pada jumlah personel atau kemegahan tata panggung, melainkan pada kedalaman narasi dan penghayatan.
Dibalut nuansa merah putih, duet tari ibu dan anak ini tampilkan semangat kemerdekaan di Trance Festival ke-17. (FOTO: Beril Bestarino Otniel Sasongko/TIMES Indonesia)
Bantengan Nuswantara Trance Festival ke-17 sendiri merupakan ajang tahunan yang mempertemukan seniman ritual, tari kontemporer, dan pertunjukan budaya dari berbagai latar budaya. Kehadiran penari ibu dan anak dalam satu panggung membawa makna tersendiri dalam konteks pewarisan budaya dan identitas. Penonton internasional memberikan apresiasi atas penyampaian yang kuat secara emosional, meski disampaikan melalui format sederhana.
Dengan tampil di forum internasional, karya ini memperkuat posisi seni pertunjukan sebagai medium diplomasi budaya dan penyampai nilai-nilai luhur bangsa kepada dunia global. (*)
Pewarta: Ardana Pramayoga
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Cinta Ibu dan Anak Menggema dalam Sendratari Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja
Pewarta | : TIMES Magang 2025 |
Editor | : Deasy Mayasari |