https://malang.times.co.id/
Gaya Hidup

Ternyata Balai Kota Malang Dibangun dengan Konsep Benteng Pertahanan dan Pendingin Alami

Senin, 02 Mei 2022 - 10:43
Ternyata Balai Kota Malang Dibangun dengan Konsep Benteng Pertahanan dan Pendingin Alami Gedung Balai Kota Malang terlihat dari depan. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Belum banyak orang tahu tentang sejarah konsep dibangunnya Kantor Balai Kota Malang yang megah berdiri di dekat Alun-Alun Tugu Malang. Bangunan yang diresmikan sejak tahun 1929 itu, memiliki beberapa konsep infrastruktur yang unik dan menarik.

Terdapat dua konsep infrastruktur yang sengaja dibangun dan memiliki masing-masing fungsi. Pertama, letak dan konsep bangunan di desain untuk memiliki pendingin alami. Kemudian kedua, gaya bangunan tersebut ternyata difungsikan sebagai benteng pertahanan.

Desain Bangunan Sebagai Penunjang Pendingin Alami

Pengamat Sejarah dan Budaya sekaligus Sekretaris TACB Kota Malang 2016-2020, Agung Buana menjelaskan, Balai Kota yang masuk dalam Bouwplan 1 Belanda (perencanaan kota) memang telah dirancang menjadi pusat pemerintahan.

Diketahui, di jaman dulu memang peralatan elektronik penunjang bangunan seperti AC (Air Conditioner) atau biasa disebut pendingin ruangan memang tidak ada.

Gedung-Balai-Kota-Malang-2.jpgPlafon langit-langit di Lobby Balai Kota Malang. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)

Maka, Balai Kota Malang saat itu telah dirancang bagaimana untuk bisa menciptakan pendingin alami dengan memanfaatkan alam dan struktur bangunan penunjangnya.

"Belanda membuat Balai Kota itu dengan pendingin udara menggunakan air sungai, karena jaman dulu kan gak menggunakan AC seperti sekarang," ujar Agung, Rabu (27/4/2022). 

Gedung megah Balai Kota Malang, sebenarnya di sisi belakang gedung terdapat aliran sungai besar yang disebut sungai Brantas. Sungai itulah yang dimanfaatkan guna mendapatkan sirkulasi udara dingin yang nantinya ditarik masuk ke dalam gedung Balai Kota Malang, sehingga bisa menciptakan pendingin alami.

"Dulu dari Balai Kota bisa langsung melihat sungai, belum ada bangunan lain. Posisinya setelah Balai Kota tanahnya menurun, kemudian ada sungai. Sehingga udara dari sungai langsung menghempas naik ke Balai Kota," ungkapnya.

Menariknya, desain arsitektur sebagai penunjang dinginnya gedung, telah dirancang sedemikian rupa kala itu. Rancangan tersebut diantaranya, seperti sirap atau kepingan papan tipis yang dibentuk miring ke bawah di atas jendela untuk menangkap aliran angin yang dibawa dari sungai Brantas.

"Jadi sistem pendingin yang digunakan Belanda di Balai Kota itu menggunakan air sungai yang terbawa angin. Itu belum banyak orang tahu," katanya.

Kemudian, berpindah posisi di parkiran mobil Wali Kota Malang sama lobby Balai Kota Malang. Menengok sedikit ke atas, tepatnya di plafon atau dinding-dinding langit, sebenarnya memiliki desain kotak-kotak terbalik.

Hal itu, lanjut Agung, difungsikan sebagai tempat sirkulasi udara dan juga sebagai penyimpan udara dingin yang masuk ke dalam gedung dari arah sungai Brantas.

Namun, lambat laun, kini struktur kotak terbalik tersebut telah tertutup plafon baru yang mengakibatkan sudah tak berfungsinya dinding langit sebagai tempat penyimpanan udara dingin yang mengalir.

"Jadi ada kotak-kotak di atas itu kalau terkena angin akan muter di situ. Kalau permukaan rata, pasti udara akan memantul. Itu teknologi dari Belanda yang belum banyak orang tahu, meski sudah saya tutup saat saya menjabat sebagai Kepala Rumah Tangga," bebernya.

Bentuk Bangunan Balai Kota Malang Sebagai Benteng Pertahanan

Beranjak ke konsep desain bangunan Balai Kota Malang yang dibangun selama tiga tahun, yakni sejak tahun 1926 hingga 1929.

Tak banyak orang tahu, jika dilihat dari jauh, bentuk bangunan Balai Kota Malang berbentuk huruf "M" yang dimana di setiap sisi kanan dan kirinya berbentuk sedikit melintang. Hal itu, ternyata difungsikan sebagai benteng pertahanan.

"Ketinggian jendela Balai Kota juga persis dirancang seperti posisi menembak. Pas posisinya, jadi kalau terjadi perang tinggal menaruh senjata di jendela saja," ungkap Agung.

"Jadi gedung itu bukan hanya sebagai identitas pusat pemerintahan saja, tetapi juga sebagai benteng," imbuhnya.

Sedikit cerita, di tahun 1947 Balai Kota Malang pernah dibakar oleh gerakan yang mengatasnamakan Gerilyawan Rakyat Kota (GRK). Gerakan tersebut terbentuk dengan tujuan agar Balai Kota tak jatuh jatuh ditangan Belanda lagi pada waktu agresi militer.

Tak hanya Balai Kota Malang saja yang terbakar, akan tetapi juga sekitar seribu bangunan Belanda di Kota Malang yang juga ikut dibakar oleh GRK kala itu.

"Peristiwa itu sebagai simbol kekuatan rakyat. Maka Balai Kota ini sekarang sebagai simbol Kota Malang," katanya.

"Jadi jika berada di ujung atas Balai Kota Malang, seluruh sisi bisa melihat musuh yang ingin menyerang Balai Kota Malang. Maka itu Gedung Balai Kota dikonsep sebagai benteng pertahanan," pungkasnya. (*)

Pewarta : Rizky Kurniawan Pratama
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.