TIMES MALANG, PROBOLINGGO – Embun es terlihat di kawasan Gunung Bromo pada Juli ini dan diperkirakan berlangsung hingga Agustus. Bagaimana fenomena itu bisa terjadi?
Dalam fenomena ini, embun yang turun membeku menjadi butiran es karena suhu udara yang begitu rendah di kawasan ini. Terutama di Kaldera Lautan Pasir Gunung Bromo.
Butiran es atau frost berwarna putih ini menempel di dedaunan atau ilalang, dan bercampur dengan butiran pasir. Warga setempat menyebut fenomena ini dengan embun upas.
Dedaunan di kawasan Gunung Bromo diselimuti embun es (FOTO: Dokumen/TIMES Indonesia)
Melalui akun resminya, Rabu (27/7/2022) siang, BMKG Juanda memberi penjelasan terjadinya fenomena tersebut. Dijelaskan, munculnya embun es berkaitan dengan bediding.
Kondisi ini terjadi karena adanya Monsoon Australia yang lewat Indonesia, yang membawa massa udara yang dingin dan kering.
Selain itu, cuaca yang cerah dan tak ada tutupan awan di malam hari, membuat panas di permukaan bumi langsung terlepas ke armosfir tanpa terhalang oleh awan.
"Fenomena embun es dan bediding biasa terjadi Juli-Agustus saat musim kemarau," begitu penjelasan BMKG Juanda Surabaya.
Fenomena embun es di Bromo biasanya hanya dapat di jumpai pada pagi hari sebelum matahari terbit dengan sempurna, dan segera mencair dan hilang seiring terpaan sinar matahari.
Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menyebut, fenomena seperti ini juga dapat dijumpai pada daerah yang berada di sekitar TNBTS yang berada pada ketinggian 500 meter di atas permukaan laut ke atas.
Pada malam hari, suhu di Kaldera Lautan Pasir Gunung Bromo dan sekitarnya, bisa berada di antara 2°-6° celcius. Dengan suhu serendah itu, embun yang turun membeku menjadi embun es. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Fenomena Embun Es di Gunung Bromo, Ini Penjelasan BMKG
Pewarta | : Muhammad Iqbal |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |