TIMES MALANG, MALANG – Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi Z yang tumbuh di era digital. Platform media sosial memungkinkan penggunanya untuk berbagi, berpartisipasi, dan menciptakan konten secara bebas. 

Di Indonesia, penggunaan media sosial berkembang pesat, dengan data menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia rata-rata menghabiskan lebih dari tiga jam per hari untuk mengakses media sosial, dengan mayoritas pengguna berasal dari kelompok usia 18 hingga 34 tahun. 

Platform-platform seperti YouTube 53,8%, Instagram 47,3%, Facebook 45,9%, WhatsApp 45,2%, dan TikTok 34,7%, telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, dengan jumlah pengguna yang terus meningkat setiap tahunnya. 

Fenomena ini menggambarkan betapa kuatnya pengaruh media sosial terhadap masyarakat Indonesia, termasuk generasi Z yang lebih sering terpapar informasi dan interaksi melalui dunia maya dibandingkan dengan dunia nyata.

Bagi generasi Z, media sosial memberikan dampak positif dan negatif yang signifikan. Di satu sisi, media sosial dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk belajar, memperluas pengetahuan, dan mengembangkan keterampilan teknis dan sosial yang dibutuhkan di era digital. 

Banyak generasi muda yang memanfaatkan platform seperti YouTube untuk belajar hal-hal baru, Instagram untuk berbagi kreativitas, dan TikTok untuk mengembangkan bakat. Namun, di sisi lain, ketergantungan pada media sosial juga membawa dampak negatif yang tidak kalah besar. 

Salah satunya adalah paparan terhadap konten negatif seperti pornografi, kekerasan, atau perundungan daring, yang dapat merusak moral dan perkembangan karakter generasi muda. 

Selain itu, kecenderungan untuk menghabiskan waktu lebih banyak di dunia maya daripada berinteraksi langsung dengan lingkungan sosial dapat menyebabkan kurangnya empati dan kemampuan untuk bergaul dengan orang lain secara nyata. 

Hal ini mengarah pada fenomena isolasi sosial, di mana anak muda merasa lebih nyaman berkomunikasi secara virtual namun mengabaikan hubungan sosial di dunia nyata.

Pendidikan karakter memainkan peran penting dalam menghadapi tantangan yang muncul akibat pesatnya perkembangan teknologi dan media sosial. Dalam dunia pendidikan, penting untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang kuat kepada generasi muda, agar mereka dapat menyaring dan memanfaatkan media sosial dengan bijak. 

Pendidikan karakter yang efektif dapat membantu membentuk perilaku yang baik, seperti rasa hormat, tanggung jawab, dan empati terhadap sesama. Namun, dalam menghadapi tantangan era digital, pendidikan karakter juga harus dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. 

Konten digital yang terus berkembang dan sering kali berisiko mengandung nilai yang bertentangan dengan etika dan moral menjadi tantangan tersendiri dalam proses pendidikan.

Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk menggunakan pendekatan yang tepat dalam menyampaikan materi pendidikan karakter, agar generasi muda tidak hanya memahami nilai-nilai tersebut, tetapi juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia maya maupun dunia nyata. 

Dalam konteks ini, pendidikan karakter di era digital bukan hanya soal pengajaran, tetapi juga soal membekali anak-anak dengan keterampilan untuk memilah dan memilih informasi yang dapat mendukung perkembangan mereka sebagai individu yang bertanggung jawab dan bermoral.

***

*) Oleh : Syifaur Rohania, Kader PMII Sunan Bonang Komisariat Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.