TIMES MALANG, JAKARTA – Dalam catatan 100 hari kerja kabinet Pemerintahan, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) meluncurkan tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Program yang diluncurkan pada periode akhir 2024 lalu adalah kebijakan yang menginisiasi upaya transformasi sumber daya manusia.
Selain itu, karena merupakan Asta Cita ke-4 Visi Pemerintahan, gerakan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat berorientasi pada tujuan menanamkan kebiasaan positif guna membentuk karakter anak-anak Indonesia sebagai generasi yang sehat, cerdas dan unggul (Sipres kemendikdasmen; 27/12).
Program yang berfokus pada pembumian tujuh kebiasaan utama bagi anak-anak Indonesia ini tentu diharapankan mampu menginternalisasi generasi penerus bangsa sejak dini. Bangun pagi, beribadah, olahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat dan tidur cepat menjadi kebiasaan positif yang melekat pada keseharian anak-anak sekalian.
Sebagai penyempurna proses pendidikan, adaptasi kebiasaan positif bagi anak-anak akan memberikan dampak yang signifikan pada tumbuh kembang pengetahuan dan mentalitas yang baik.
Pentingnya kebiasaan positif sebagai sebuah konsep pendidikan adalah dimana proses belajar juga mengacu pada perubahan yang relatif permanen atas pengetahuan dan perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman.
Belajar mengacu pada proses dimana peserta didik mengubah perilaku mereka setelah mereka mendapatkan informasi atau pengalaman. Belajar terjadi sebagai hasil tanggapan terhadap peristiwa eksternal. (M. Miftah, dkk: 2022).
Dengan menjadikan kebiasaan positif sebagai perilaku sehari-hari, karakter yang terbentuk akan semakin matang. Dari sini, setiap anak secara langsung akan menjadi pribadi yang disiplin dan bertanggung jawab atas berbagai aktivitasnya. Tak hanya akan sehat secara fisik, membiasakan pada kegiatan positif akan menjaga kesehatan mental setiap anak sebagai generasi penerus bangsa.
Penguatan Nilai Pendidikan
Nilai filosofis yang di dalamnya mengandung arti bahwa dalam pendidikan, yang jauh lebih penting adalah bagiamana pendidikan mampu menumbuhkan mentalitas kuat dan nalar pikir yang tanggap atas kebutuhan dinamika sosial.
Permasalahannya adalah, bagaimana peserta didik kita mampu menjawab persoalan sosial, jika dalam pendidikan, praktik yang ada justru cenderung belum mampu menyiapkan kesiagapan peserta didiknya dalam mengambil peran aktif di kehidupan sosial.
Gemar belajar dan bermasyarakat dalam tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat yang canangkan Kemendikdasmen berupaya menjawab tantang sumber daya peserta didik yang cakap dalam interaksi sosial. Selain itu, taat beribadah juga melengkapi ramu kebiasaan anak Indonesia hebat ini.
Dengan menjadi pribadi yang taat agama, pemahaman nilai agama tidak hanya dikonsepsikan sebagai sebuah "Pemahaman" atau "Ideologi", namun lebih kepada praktik dalam menebarkan kebermanfaatan bagi sesama manusia sebagai mahluk sosial.
Dalam konsep Islam, selain menjaga hubungan dengan sang pencipta (Habluminallah), sebagai muslim perlu menjadi hubungan baik sesama makhluk (Habluminannas).
Dalam konsep lain seperti teori pragmatisme, dimana segala sesuatu mampu dianggap sebuah kebenaran karena nilai kemanfaatannya antara "teori" dan kebutuhan atas "praktiknya", proses pendidikan yang menekankan pada berbagai aktivitas positif yang jadi bagian langsung dari tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat adalah serangkaian usaha secara terstruktur dan sistematis mewujudkan visi besar Indonesia Emas lewat generasi penerus bangsa yang berkualitas, berkarakter luhur dan berdaya saing global.
Selaras dengan nilai yuridis pendidikan, bahwa tujuan pendidikan nasional yang memuat tentang upaya mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Dari segi historis penyelenggaraan pendidikan yang menjadi pilar utama dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara Indonesia dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, mensejahterakan kehidupan umum dan berkeadilan mampu di akselerasi dengan membumikan tujuh kebiasaan anak Indonesia hebat ini.
Tak boleh lagi terus tertinggal, generasi penerus bangsa yang menopang harapan besar mewujudkan Indonesia Emas terus diupayakan mulai dari penguatan pembentukan karakter dalam pendidikan.
Tak boleh berpuas diri, kolaborasi dan dukungan lintas pihak dimulai dari lingkungan keluarga dalam memberikan tauladan bagi anak-anak, kampanye sosialisasi kebiasaan positif sebagai gaya hidup di media digital dan perluasan ruang interaktif bagi anak-anak di lembaga pendidikan juga perlu menjadi langkah yang terus diambil dalam mendukung tujuan lahirnya generasi emas lewat kebiasaan berkualitas.
Semoga segala upaya ini terus berlangsung memberikan dampaknya menyeluruh.
***
*) Oleh : Muhamad Ikhwan A. A., Manajer Program Al Wasath Institute.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |