TIMES MALANG, BANDUNG – Collaborative governance adalah model pengelolaan satu atau lebih lembaga publik, untuk proses pengambilan keputusan kolektif yang formal, deliberatif, berorientasi pada konsensus, dan memfasilitasi pengembangan, implementasi kebijakan publik, pengelolaan program dan aset publik. Namun, prinsip collaborative governance juga memungkinkan partisipasi langsung aktor non-state.
Proses kerjasama antar birokrasi dalam hal ini harus mengikutsertakan pejabat struktural dan non-struktural sebagai aktor collaborative governance. Tujuannya untuk penyelesaian berbagai permasalahan publik, karena collaborative governance menciptakan "kepemilikan bersama'' atas masalah. Tak terkecuali dalam membangun generasi berkarakter.
Untuk keberhasilan pengembangan pendidikan berkarakter, tentu membutuhkan kerjasama lintas sektoral dengan dinamika yang kompleks; antara lain teknologi dan globalisasi, perubahan nilai sosial budaya yang dinamis, dan moral generasi.
Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat
Gerakan 7 kebiasaan anak indonesia hebat merupakan inovasi strategis Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) yang bertujuan untuk menanamkan kebiasaan baik pada anak sejak usia dini.
Program ini dimaksudkan untuk membangun generasi muda Indonesia menjadi pribadi yang sehat, cerdas, dan berkemauan keras guna mewujudkan generasi emas tahun 2045. Penekanannya bukan hanya pada akademis, tetapi juga pada nilai-nilai moral, sosial, dan spiritual.
Gerakan 7 kebiasaan anak indonesia hebat: Pertam, bangun pagi, kebiasaan ini mengajarkan manajemen waktu dan memulai hari secara produktif. Harapannya, individu dan anak dapat melakukan pengembangan diri dalam konteks menghargai, efisiensi, dan ketertiban.
Kedua, ibadah, hal ini mendorong anak-anak untuk memiliki nilai-nilai spiritual dan agama yang kuat serta mengembangkan karakter dan integritas moral.
Ketiga, olahraga, karena kebugaran jasmani menjadi landasan optimalnya aktivitas sehari-hari.
Keempat, makan makanan sehat dan bergizi, sebab gaya hidup sehat dengan nutrisi yang baik mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan mental.
Kelima, giat belajar, yaitu mengembangkan kebiasaan mencintai pengetahuan. Hal ini merupakan keuntungan utama dalam membesarkan generasi yang inovatif dan kompetitif.
Keenam, bermasyarakat, mengajarkan nilai-nilai solidaritas, empati dan gotong royong yang menjadi ciri masyarakat Indonesia.
Ketujuh, tidur lebih awal, sebagaia adalah untuk mendukung perkembangan fisik dan mental yang optimal.
Gerakan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat ini menjadi acuan untuk pengembangan kepribadian generasi muda, khususnya pada penguatan karakter bangsa. Dengan praktik-praktik seperti beribadah, bergaul dan bangun pagi, anak-anak diajarkan kejujuran dan kedisiplinan.
Juga, tercapainya keseimbangan mental dan fisik anak; dari kebiasaan berolahraga, makan sehat dan tidur lebih awal. Sementara kebiasaan menikmati pembelajaran akan meningkatkan kecerdasan mental anak.
Lainnya, dalam hal bermasyarakat dimaksudkan untuk menanamkan nilai-nilai budaya dan tradisi untuk memperkuat identitas nasional. Sehingga, setiap generasi muda yang berkarakter akan siap menghadapi persaingan global baik dari segi kepribadian, akademis maupun aspek sosial.
Tentunya hal ini akan tercapai apabila terdapat kolaborasi lintas sektoral tersebut, dengan tetap melibatkan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintah, dan media sebagai elemen perkembangan anak secara holistik.
Langkah Integrasi Kebijakan
Oleh karena keberhasilan gerakan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat bergantung pada kolaborasi lintas sektoral; maka penting untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Antara lain kementerian, lembaga pemerintah, pemerintah daerah, organisasi kemasyarakatan dan sektor swasta.
Ini mencakup peran aktif sektor pendidikan dalam mengintegrasikan nilai aktivitas fisik ke dalam kurikulum, sektor kesehatan dalam memastikan akses yang memadai terhadap gizi dan kebugaran bagi anak-anak dan lingkungan yang mendukung pengembangan karakter anak-anak.
Sekolah berperan untuk mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam kurikulum, kegiatan ekstrakurikuler, dan rutinitas sehari-hari seperti senam pagi serta menyediakan pilihan menu sehat di kantin dan sekolah.
Hal ini menjadi pusat pembelajaran dan pembinaan kebiasaan positif. Anggota keluarga juga diharapkan memainkan peran penting dalam membangun kebiasaan baik di rumah.
Strateginya adalah memberikan pelatihan pengasuhan anak dan mendorong orang tua untuk mencontohkan kebiasaan baik seperti bangun pagi, berdoa dan makan makanan sehat bersama.
Kemudian media berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan pesan gerakan secara luas melalui edukasi kesadaran seperti iklan, video animasi yang menarik bagi anak-anak.
Kerjasama ini memastikan gerakan ini berjalan optimal dan lahirlah generasi muda yang sehat, cerdas dan berkarakter.
***
*) Oleh : Tati, S.Pd., MPA., Dosen Program Studi Administrasi Publik Universitas Muhammadiyah Bandung.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |