TIMES MALANG, SURABAYA – Maraknya kabar kelahiran generasi Beta menjadi bahan perbincangan di kalangan akademisi. Generasi Beta merupakan generasi yang lahir setelah generasi Alpha antara tahun 2025 dan diperkirakan hingga tahun 2040 mendatang.
Generasi Beta merupakan generasi pertama yang sepenuhnya lahir di abad 21 dan diprediksi akan tumbuh di dunia yang semakin terhubung otomatis dan didominasi oleh kecerdasan buatan (AI). Generasi Beta yang akan lahir mendatang akan sangat akrab dengan teknologi sejak lahir.
Mereka akan tumbuh di lingkungan dimana AI dan otomatisasi sudah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, mulai Pendidikan, pekerjaan, hingga interaksi sosial. Mereka diprediksi akan lebih mahir dalam mengoperasikan teknologi canggih dan beradaptasi dengan inovasi-inovasi baru.
Lahirnya generasi Beta bersamaan dan tidak bisa lepas dari permasalahan remaja saat ini yaitu pengaruh digitalisasi yang melaju pesat terhadap kesehatan mental mereka sendiri. Hal ini disebabkan intensitas yang sangat tinggi dan berlebihan penggunaan teknologi berupa media sosial pada remaja yang massif.
Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan permasalahan remaja di Indonesia dalam tiga dekade, terjadi perubahan pola penyakit mental, dimana gangguan depresi tetap menduduki urutan pertama. Gangguan depresi dapat dialami oleh semua kalangan dan kelompok usia. Kondisi kesehatan mental pada usia remaja merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan psikososial remaja.
Era digital yang mengacu pada masa dimana teknologi informasi dan komunikasi, khususnya teknologi digital yang telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai aspek kehidupan. Termasuk cara bekerja, berkomunikasi, menerima informasi dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Dengan ditandai kemajuan teknologi seperti komputer, internet, perangkat seluler dan aplikasi digital. Era digital juga ditandai dengan pergeseran budaya dan perilaku komunikasi kea rah media yang cepat dan sederhana.
Sejak tahun 1980 era kemajuan digital telah terjadi. Cara orang melihat kehidupan telah berhasil diubah oleh revolusi digital. Era digitalisasi telah memungkinkan berbagai aspek teknologi saling berinteraksi satu sama lain.
Isu kesehatan mental generasi beta dari pengaruh digital terutama dunia maya menjadi perbincangan yang sangat masif, mengingat generasi beta ini akan tumbuh dalam dunia yang didominasi oleh teknologi canggih dan konektivitas digital.
Paparan dunia digital yang semakin imersif membawa dampak besar terhadap kesehatan mental mereka antara lain seperti kecanduan teknologi dan media sosial karena generasi beta sangatlah mudah untuk mengakses yang lebih besar sejak usia sangat muda.
Kecanduan teknologi dapat mempengaruhi otak, menyebabkan ketergantungan pada rangsangan digital. Hal ini sangat mengganggu perkembangan otak mereka yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Dunia maya dapat menimbulkan perbandingan sosial yang merugikan, dimana anak-anak dan remaja merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan bahkan kesuksesan yang tidak realistis. Hal ini yang dapat menyebabkan kecemasan dan depresi bahkan menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri mereka.
Teknologi juga sangat berpengaruh terhadap apa yang mereka konsumsi seperti paparan konten negatif dan kekerasan. Dunia maya sangat mudah membuka akses tak terbatas ke berbagai konten.
Meskipun ada sistem penyaringan konten, anak-anak dari generasi beta bisa terpapar berbagai informasi yang mungkin belum siap untuk mereka terima seperti kekerasan, berita hoaks maupun konten yang merusak psikologis.
Hal ini menjadi sorotan para tokoh dan akademisi di Indonesia sehingga para ahli memberikan peta jalan untuk generasi beta yang akan lahir dengan memberikan pemahaman terutama kepada orang tua agar lebih memperhatikan anak-anak nya dalam bermain dan mengkonsumsi informasi di dunia maya.
Membatasi penggunaan media sosial yang harus dilakukan agar anak tidak mudah kecanduan membatasi penggunaan media sosial dengan memberikan durasi waktu bermain setiap harinya.
Ketika anak sudah terbiasa membatasi waktu bermain media sosial setidaknya akan mengurangi tingkat kecanduan mereka, dan dalam prosesnya harus dialihkan dengan kegiatan lain seperti bermain Bersama keluarga, teman dan orang sekitar.
Bijak dalam menggunakan media sosial untuk menggali informasi dan ilmu dalam meningkatkan kompetensi, hadirnya teknologi sangat memiliki banyak manfaat apabila bijak dalam menggunakannya. Dapat mengalihkan dalam mencari informasi seperti edukasi, pengembangan intelektual dan bakat atau bisa mengalihkan dengan membaca buku atau novel.
Banyak sekali upaya untuk meningkatkan kesehatan mental di era digital seperti dengan membatasi waktu didepan layar dan bersosial media, memilah konten yang positif, melakukan interaksi secara langsung dengan sesame atau bersosialisasi, menjaga privasi di media.
***
*) Oleh : Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Tutor & Lecturer Academic advisor at Ta’lim Mahad Uinsa.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |