TIMES MALANG, JAKARTA – Di tengah hiruk-pikuk pembangunan perkotaan, desa kerap terabaikan sebagai ruang pinggiran yang seolah tak memiliki kontribusi signifikan. Namun, Hari Desa Nasional 2025 mengingatkan kita bahwa desa adalah akar peradaban dan garda depan yang mampu menggerakkan roda pembangunan nasional secara berkelanjutan.
Ketahanan Pangan dalam Dimensi Pembangunan Desa
Desa, sebagai entitas sosial dan ekonomi, telah lama menjadi tulang punggung bagi sistem pangan Indonesia. Dengan kontribusi dominan dalam produksi pertanian, desa memainkan peran sentral dalam menciptakan ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Tantangan dan peluang yang dihadapi desa dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional tidak hanya merefleksikan dinamika lokal, tetapi juga menyoroti hubungan erat antara pembangunan desa dan stabilitas nasional.
Ketahanan pangan tidak sekadar memastikan pasokan pangan secara kuantitatif, tetapi juga mencakup dimensi aksesibilitas, stabilitas, dan kualitas nutrisi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2024) mengungkapkan bahwa sektor pertanian menyumbang 13,03%.
Secara rata-rata sampai dengan triwulan III terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dengan aktivitas agraris dominan terkonsentrasi di wilayah pedesaan. Angka ini menegaskan desa sebagai pilar utama dalam sistem ketahanan pangan nasional.
Desa sebagai Simpul Strategis dalam Ketahanan Pangan
Desa berfungsi sebagai simpul produksi pangan yang menopang kebutuhan domestik dan, dalam banyak kasus, juga berperan dalam ekspor komoditas strategis.
Dorongan investasi dalam infrastruktur pertanian dan layanan penyuluhan, serta adopsi langkah-langkah untuk meningkatkan daya beli rumah tangga, khususnya di pedesaan, merupakan kunci penting untuk meningkatkan ketersediaan dan akses pangan (Pawlak & Kołodziejczak, 2020).
Namun demikian, saat ini desa menghadapi berbagai hambatan struktural. Petani kecil masih bergantung pada metode tradisional, yang menghasilkan produktivitas jauh di bawah rata-rata global.
Selain itu, petani pedesaan sering kali terkendala akses terhadap teknologi, pembiayaan, dan pasar, memperdalam ketimpangan ekonomi antara desa dan kota.
Pendekatan Holistik untuk Pemberdayaan Desa
Mengintegrasikan desa sebagai episentrum pembangunan nasional membutuhkan strategi yang mencakup berbagai dimensi. Berikut adalah langkah strategis yang dapat diimplementasikan:
Pertama, Modernisasi infrastruktur agraris. Penyediaan infrastruktur agraris yang tepat seperti sistem irigasi, jalan desa, dan akses transportasi yang baik adalah dasar bagi peningkatan produktivitas. Dengan infrastruktur yang memadai, desa mampu meningkatkan efisiensi pertanian dan memperluas akses ke pasar regional dan nasional.
Kedua, Adopsi teknologi digital dalam pertanian. Teknologi digital, seperti aplikasi perencanaan tanam dan sistem informasi pertanian, dapat memberikan kemudahan bagi petani dalam mengelola sumber daya mereka. Transformasi ini memungkinkan peningkatan efisiensi kerja, penghematan biaya, serta optimalisasi hasil panen melalui keputusan berbasis data.
Ketiga, Reformasi sistem pembiayaan. Memastikan akses ke pembiayaan yang inklusif untuk petani desa melalui skema yang dirancang khusus, seperti kredit mikro berbunga rendah, dapat membantu mereka mengembangkan usaha agraris. Pendekatan ini memperkuat daya saing petani dan meningkatkan kapasitas mereka untuk berinovasi.
Keempat, Penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan keterampilan dan pengetahuan petani melalui pelatihan dan pendidikan berbasis komunitas menjadi langkah penting. Dengan pembekalan yang memadai, petani dapat lebih adaptif terhadap perubahan teknologi dan pasar yang dinamis.
Kelima, Diversifikasi Ekonomi Pedesaan. Mendorong diversifikasi ekonomi desa melalui pengembangan usaha pengolahan hasil tani dan sektor-sektor pendukung lainnya memberikan nilai tambah bagi produk desa. Hal ini juga membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan.
Rekonstruksi Peran Desa dalam Pembangunan Nasional
Ketahanan pangan adalah isu multidimensional yang memerlukan pendekatan lintas sektor. Desa harus diposisikan sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek intervensi.
Konsep pemberdayaan berbasis komunitas menjadi kunci dalam memastikan partisipasi aktif masyarakat pedesaan. Disampaikan pula pada Development as Freedom oleh Amartya Sen, pembangunan yang ideal adalah yang mampu memperluas kapabilitas masyarakat untuk mencapai tujuan yang mereka nilai berharga (Sen, 1999).
Hari Desa Nasional 2025 dengan tagline "Bangun Desa Bangun Indonesia" menjadi platform reflektif untuk memperkuat komitmen terhadap pengembangan desa. Desa yang berdaya bukan hanya pilar ketahanan pangan, tetapi juga motor penggerak bagi kedaulatan nasional dalam menghadapi tantangan global, seperti perubahan iklim dan krisis pangan.
Dari Desa untuk Indonesia yang Berdaulat dan Berkelanjutan
Desa bukan sekadar ruang marginal, melainkan aktor utama dalam arsitektur pembangunan nasional. Investasi strategis pada desa akan menghasilkan dampak berkelanjutan yang memperkuat fondasi kedaulatan bangsa.
Seperti yang pernah disampaikan Nelson Mandela, "It always seems impossible until it’s done". Dengan memuliakan desa, kita merintis jalan menuju masa depan Indonesia yang lebih berdaulat, adil, dan berkelanjutan.
***
*) Oleh: Fahmi Prayoga, S.E., Tenaga Ahli, Peneliti, dan Analis Kebijakan Publik SmartID.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi TIMES Indonesia.
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |