TIMES MALANG, MALANG – Kendaraan listrik di Indonesia memang belum familiar seperti kendaraan bertenaga mesin bahan bakar minyak (BBM). Apresiasi patut diberikan kepada SMK Nasional Malang yang memberikan terobosan baru di dunia transportasi dengan motor listrik karya mereka.

Tiga kendaraan listrik yang diproduksi oleh siswa SMK Nasional Malang ini memiliki keunggulan tersendiri. Kendaraan listrik yang dihasilkan ada tiga jenis. Yakni, sepeda gunung listrik, skuter listrik dan trail listrik.

Semuanya didaftarkan dan dipatenkan dengan nama produk CASSA yang bermakna unggul, terampil, ulet dan berkompeten.

Kepala SMK Nasional Malang Drs. Rusdi, M.Si menjelaskan bahwa untuk sementara ini CASSA diproduksi satuan sesuai permintaan klien.

Untuk sepeda gunung listrik menghabiskan biaya produksi sekitar Rp7-9 juta. Sedangkan skuter listrik memakan biaya sekitar Rp25 juta. Biaya yang relatif sama juga dikeluarkan untuk memproduksi motor listrik jenis trail yakni Rp26 juta.

"Kenapa mahal? Karena masih memproduksi satuan. Biaya lebih banyak yang dihabiskan. Tapi selanjutnya bisa diperbanyak lagi agar bisa menekan biaya produksi," ujar Rusdi kepada TIMES Indonesia.

Biaya produksi tersebut digunakan untuk biaya design, belanja bahan mentahan, uji coba, evaluasi dan persiapan pematangan lainnya sebelum digunakan secara umum.

Jika dibandingkan dengan kendaraan bertenaga BBM, motor listrik ini lebih hemat dan ekonomis di kantong. Pengendara tidak perlu merogoh kocek lebih banyak karena hanya menggunakan battery charging.

Dalam posisi kosong, bateri dapat penuh dalam durasi waktu 6-8 jam. Namun, dalam praktiknya, kendaraan listrik sebisa mungkin terhindar dari kondisi 0 persen baterai. Posisi amannya adalah berada di kisaran 40 persen.

Dari 40 persen tersebut, bateri dapat terisi penuh dengan hanya membutuhkan waktu 3 jam pengecasan. Kendaraan listrik ini telah dilengkapi Battery Management System (BMS) sehingga pengecasan tidak membutuhkan tegangan listrik tinggi.

Layaknya handphone dan laptop, kendaraan listrik ini dapat di-charge di rumah atau tempat-tempat umum lainnya. Dengan motor listrik ini, pengendara yang menggunakan speed 1 dan berjalan di medan datar, dapat menempuh perjalanan 100 KM. Angka ini jauh lebih irit daripada kendaraan bermotor jenis BBM.

"Yang jelas keberadaan kendaraan listrik lebih ramah lingkungan dan tidak ada polisi udara dan suara. Kita bantu program pemerintah menggalakkan tenaga listrik, jangan semuanya minyak yang suatu saat mungkin akan berkurang bahkan habis," ungkapnya.

Rusdi terus mendukung dan mendorong inovasi siswa dan guru dalam pengembangan motor listrik. Ke depan, pihaknya menyiapkan untuk memproduksi mobil listrik.

"Teknik otomotif ingin bikin mobil. Tapi saya bilang, kalau hanya mengambil mobil lama kemudian dikembangkan dan diracik kembali, saya tidak mau. Saya tidak mendukung daur ulang. Saya dukung barang baru yang murni diproduksi baru dari awal," bebernya.

Pihaknya berencana mengembangkan power bank untuk kendaraan listrik, terutama disiapkan untuk perjalanan jauh dan tempat pegunungan. Misalnya, trail yang sulit mendapatkan aliran listrik untuk charge ketika berasa di tengah hutan.

"Terutama untuk trail ya karena mereka di alas. Untuk pengisian kapasitas gak sampai tinggi. Ya, untuk darurat saja," pungkasnya.

Sepeda gunung listrik karya SMK Nasional Malang sudah ada 6 unit yang terjual. Pembelinya di antaranya adalah Wakil Wali Kota Malang Sofyan Edi Jarwoko, Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang dr Husnul Muarif, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Suwarjana, dan pejabat lainnya. (*)