TIMES MALANG, MALANG – Rumah Sakit Saiful Anwar Malang (RSSA Malang) memberikan klarifikasi terkait beredarnya informasi seorang tunawisma yang melakukan praktik prostitusi terselubung dan tindakan premanisme di area RSSA Malang.
Kabaghumas RSSA, Donny Iryan Vebry Prasetyo mengatakan, tunawisma berinisial MN tersebut sudah diamankan pihak RSSA dan dimintai keterangan pada 5 Agustus 2025 lalu.
Hasil klarifikasi, MN mengaku bahwa selama ini hanya menumpang tidur atau menginap di RSSA, karena tidak punya rumah dan keluarga.
“Benar, namanya itu (MN). Beliau mengaku seorang tunawisma dan sudah dua minggu menginap di RSSA,” ujar Donny, Senin (11/8/2025).
Kemudian, soal pemalakan kepada para keluarga pasien yang menunggu dan menginap di area RSSA, berdasarkan pengakuan MN, ia tidak pernah memalak. Akan tetapi, dibenarkan oleh Donny bahwa ia kerap meminta-minta kepada para keluarga pasien yang menunggu di ruang tunggu rawat jalan maupun IGD.
“Sesuai pengakyan beliau (MN), dia tidak memalak. Kita juga gak punya bukti. Tapi diakui, memang dia sering meminta minta,” ungkapnya.
Pengakuan itu juga sudah tertuang dalam surat pernyataan yang dibuat oleh MN kepada pihak RSSA Malang.
Dalam surat pernyataan tersebut, MN juga berjanji tidak akan menginap lagi di area RSSA Malang.
“Dalam surat pernyataan, beliau tidak akan mengulangi lagi untuk menginap,” katanya.
Donny menjelaskan, sebenarnya area yang bisa untuk keluarga pasien menginap adalah di ruang tunggu IGD. Untuk di kawasan ruang tunggu rawat jalan, sebenarnya tak diperbolehkan menginap, meskipun keluarga pasien.
Namun, karena selama ini diberikan toleransi, maka khusus bagi keluarga pasien boleh menginap di area ruang tunggu pasien rawat jalan, karena yang boleh masuk menemani pasien hanyalah satu orang.
“Selama ini memang kami biarkan, selama tidak membuat rusuh. Kebijakan kami beri dispensasi selama tidak merusak san membuat kotor,” tuturnya.
Dengan adanya kejadian ini, pihak RSSA akan melakukan evaluasi kebijakan. Tak hanya itu, nantinya akan ditempatkan juga satu petugas security untuk berjaga di area lokasi yang diduga kerap dijadikan tempat prostitusi oleh MN, yakni area ruang tunggu pasien rawat jalan.
“Kita akan evaluasi, kalau harus kita tutup ya kita tutup. Kami akan tugaskan satu security standby di sana,” ucapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu keluarga pasien yang enggan disebutkan namanya, mengaku resah dengan temuan dugaan prostitusi terselubung dan premanisme di area RSSA Malang.
Ia mengetahui kejadian tersebut mulai 19 Juli hingga 2 Agustus 2025.
Ia kerap melapor ke petugas bersama korban lainnya yang mengaku Hpnya dicuri, namun tidak ada respons.(*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Imadudin Muhammad |